3. Hampir Tertabrak

1.6K 233 49
                                    

"Suatu pertemuan lah yang mengawali suatu hubungan"

*****
"Maaf tapi jujur, aku membenci tindakan mu Evan Anderson"

Setelah mengatakan kalimat sakral bagi Evan ia turun dari mobil dengan sedikit tergesa

"Ellena" Lirih Evan menatap cincin digenggaman nya. Sebelum Ellena pergi ia sempat menaruh barang pada tangannya dan itu cincin tunangan mereka.

*****
Ellena meracau sepanjang jalan. Bak orang gila yang kelimpungan, ia berjalan ke arah jalan yang dimana terdapat banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Ia tidak sadar bahwa ada sebuah mobil yang hampir menabrak Ellena berhenti secara mendadak.

Cittt

Lalu seorang pria perawakan tinggi dengan balutan jas kantoran melekat ditubuhnya turun dari mobil, mengampiri Ellena yang diam mematung didepan mobilnya.

"Permisi nona. Maaf apa anda bisa minggir dari jalan raya? Ini bisa membahayakan keselamatan mu" ucap pria tadi dihadapan Ellena yang hanya diam menatapnya sendu.

Bukannya tersadar Ellena malah jatuh pingsan. Dengan sigap pria tersebut menangkap tubuh Ellena dan membawanya menuju mobil.

Laki-laki itu membawa Ellena ke rumahnya. Karena rumah sakit jauh dari lokasi tadi. Satu satu nya harapan ialah rumahnya karena rumahnya tidak jauh dari lokasi tersebut.

Sesampainya dirumah tempat ia tinggal bersama keluarganya. Ia dengan segera membuka pintu dengan kakinya dan berjalan menuju kamar tamu dengan Ellena digendongannya.

"Astaga Rafaaa. Siapa dia? Apa yang terjadi dengannya?" tanya seorang wanita paru baya kepada pria tadi yang disebut Rafa.

"Bund cerita nya nanti aja ya. Tolong bukakan pintu kamar tamu yang dikunci" Ucap Rafa dengan terburu-buru

Dengan segera wanita paru baya dengan panggilan bunda itu membukakan pintunya.

Lalu Rafa membaringkan Ellena yang tidak sadarkan diri itu di ranjang.

Dengan cekatan ia memeriksa Ellena dengan alat yang ia sediakan di tas medis nya.

Kebetulan ia seorang dokter, jadi dengan mudah ia mengetahui keadaan wanita dihadapannya.

"Jadi siapa dia Rafa? Kekasih mu? Bunda merestui kalian kalo dia memang kekasih mu, secara kan dia itu cantik. Liat deh muka nya glow up cantik banget kan. Aahhhh jodoh emang ga kemana" Cerocos bunda nya Rafa.

"Dia bukan siapa siapa, bunda. Dan aku katakan sekali lagi kalo aku ga punya kekasih" Gerutu Rafa lalu duduk disofa yang tersedia di kamar itu.

"Terus? " Tanya bunda Rafa kembali.

"Dia wanita yang hampir aku tabrak. Entah kejadian apa yang menimpa nya hingga ia nekat untuk bunuh diri" Ucap Rafa memandang wajah Ellena.

"Hampir ke tabrak itu bukan hanya bunuh diri aja ya Rafa. Mungkin dia lagi ada masalah" Jelas bunda.

"Terserah bunda. Tapi aku akan menganggap ini percobaan bunuh diri"

"Rafa tetaplah Rafa si keras kepala. Terus sekarang gimana keadaan nya?"

"Ga ada yang serius bund. Dia hanya kelelahan aja"

Tidak lama lenguhan Ellena terdengar, tanda ia sadar.

"Enghhh" lenguh Ellena tersadar dari pingsannya.

Rafa dan bunda nya menghampiri Ellena yang akan terduduk diatas kasur.

"Minumlah" Ucap Rafa menyerahkan gelas berisi air putih kepada Ellena.

Ellena menerimanya dan meminumnya sedikit.

"Gimana? Udah merasa lebih baik nona?" Tanya Rafa. Ellena terkejut setelah menyadari bahwa ia berada ditempat asing dengan orang yang tidak ia kenal.

"Kalian siapa? Dan dimana ini?"

"Aku Rafa yang hampir menabrak mu. Dan ini ibu ku"

"Namamu siapa sayang?" Tanya bunda Rafa.

"Ellena" jawab Ellena seadanya.

"Panggil aku bunda Lita ya"
Rafa memutar bola matanya malas  mendengar ucapan bunda nya.

"Iya" ucap Ellena tersenyum tipis.

"Makasih udah sempat nolong Ellena. Tapi maaf Ellena harus segera pulang " Ucap Ellena segera beranjak dari duduknya.

"Biar Rafa yang mengantarmu El" Ucap bunda Lita menyikut lengan Rafa.

"Pdkt gih" bisik Bunda Lita.

"Ngga perlu bund. Ellena bisa memesan taksi" Cegah Ellena tidak enak.

"Kamu baru sadar dari pingsan El. Biar Rafa aja yang mengantarmu dijamin aman. Iya kan Raf?" Ucap bunda Lita mengendipkan sebelah matanya kepada Rafa.

"Tidakk. Ahh aww i–iyaa aku akan mengantarmu nona" Rafa menolak tapi setelah bundanya menginjak kakinya akhirnya ia setuju.

"Sekali lagi makasih ya bunda lita dan maaf merepotkan" ucap Ellena tersenyum tidak enak.

"Bunda ngga merasa direpotkan kok. Justru bunda seneng kamu berada disini. Sering sering kesini ya El"

"Akan Ellena usahakan bund. Kalo begitu Ellena permisi" Ucap Ellena segera pergi mengikuti Rafa yang sudah berjalan duluan.

"Cepet banget. Kalo ada event lomba jalan cepat, dia pasti udah juara satu, boleh deh aku rekomendasiin" batin Ellena.

"Ck lambat. Bisa cepat sedikit nona?" Teriak Rafa yang sudah stanby di mobilnya.

"Bukan aku yang lambat dia nya aja yang kecepetan" gerutu Ellena tidak mau kalah.

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang