57. Joging

301 23 13
                                    

*****
Setelah sampai di tukang cilok Ellena menatap panci besar yang tertutup dan yang pasti didalam sana terdapat banyak cilok.

"Bang cilok nya sepuluh ribu ya" ucap Ellena.

"Kenapa ngga beli seratus ribu aja El?" Tanya Rafa terkejut. Pasalnya Ellena berkata cuma 10k doang. Murahh bangettt, pikirnya.

"Kamu mau beli sepanci?" Tanya Ellena menatap Rafa.

"Sepanci berapa pak?" Tanya Rafa.

"Kurang lebih seratus ribu mas" ucap Pedagang itu.

"Yaudah angkut pak sepanci" ucap Rafa mengambil dompet disakunya.

"Eh eh. Ngga bang ngga suami saya bercanda doang. Sepanci siapa yang mau ngabisin coba" ucap Ellena kelabakan.

Ia tadi hanya bercanda tapi Rafa menganggapnya serius.

"Ya buat kamu semua" ucap Rafa menyodorkan uang 100k.

"Sepanci itu banyak sayang. Sepuluh ribu juga kenyang kok" decak Ellena.

"Sepuluh ribu aja bang. Gausah dengerin omongan suami saya" ucap Ellena menunjuk Rafa.

Pedagang itu tampak kebingungan. Ia harus menuruti ucapan siapa yang 100k apa yang 10k.

Cari aman aja dah 10k.

Ia menyodorkan ciloknya kepada Ellena dan dengan wajah bahagia Ellena menerima nya.

"Udah bayar ya bang tadi?" Tanya Ellena memastikan.

"Iya udah mba. Tapi kembaliannya ngga ada. Mba sama mas nya punya uang pas?" Tanya pedagang itu kembali menyodorkan uang 100k nya.

"Kembalian nya ambil aja pak" ucap Rafa.

"T–tapi ini kebanyakan loh mas?"

"Gapapa pak itung itung sedekah" ucap Rafa tersenyum.

"Terimakasih banyak mas mba. Semoga selalu dilancarkan rezekinya, hubungannya langgeng terus ya, dan janin nya semoga sehat selalu ya mba" ucap pedagang itu tersenyum sumringah.

"Janin?" Beo keduanya.

"Iya. Mba nya lagi hamil kan?" Ucap pedagang itu heran.

Kenapa ia bisa tau? Karena dari tadi Ellena terus mengusap perutnya berkali-kali jadi ia menyimpulkan bahwa Ellena sedang hamil.

Rafa tampak sumringah, ia harus memastikan ini semua.

"Kalo begitu kami permisi ya pak" ucap Rafa segera berlalu dengan menggandeng tangan Ellena

"Pulang ya sayang" ucap Rafa menghampiri mobilnya yang sudah ada Haris didalamnya

"Tapi aku masih mau disini" rengek Ellena menarik-narik kaos Rafa

"Lain kali kita kesini lagi. Tapi sekarang kita harus ke rumah dulu ya" ucap Rafa

"Ayo masuk. Hati-hati El" ucap Rafa melihat Ellena yang masuk dengan sedikit tergesa-gesa.

Sebelah tangannya menahan pintu mobil. Dan tangan yang satunya memegang kap mobil agar kepala Ellena tidak terjeduk.

Setelah mobil jalan. Rafa tidak berhenti tersenyum membayangkan apa yang ia pikirkan terjadi setelah ini.

Ellena masih anteng dengan ciloknya lalu ia menatap Haris dari kaca spion.

"Haris. Mau cilok?" Tawar Ellena menyodorkan plastik cilok kepada Haris.

"Tidak nona. Untuk nona saja" ucapnya.

Rafa yang mendengar ucapan Ellena mendelik tajam pada Haris.

"Kenapa aku ngga ditawarin?" Ucap Rafa merajuk..

"Mau?" Ucap Ellena menyodorkan cilok yang berada ditusuk bambu.

"Ngga sayang. Buat kamu aja" ucap Rafa tersenyum.

Ellena menatap Rafa jengah. Tadi minta ditawarin tapi setelah ditawarin ia menolak. Mau dia apasi?

"Tau ah" ucap Ellena kembali memakan ciloknya.

"Kenapa?"

"Gapapa"

"Bilang aja sayang. Kamu mau apa lagi hem?" Tanya Rafa.

"Terserah"

"Lain kali kita kesana lagi. Tapi ngga sekarang ya"

"Terserah" ketus Ellena.

Gini nih prinsip cewe. Apapun pertanyaan nya terserah jawabannya.

Haris tersenyum tipis melihat wajah Rafa yang tampak kerepotan. Mau tertawa tapi takut dosa.

"Apa?" Rafa menunjukkan wajah sangarnya pada Haris yang sekilas menutup mulutnya.

Dengan cepat Haris menggeleng kemudian menormalkan kembali ekspresi nya.

"Sayang" panggil Rafa.

"...." Tidak ada jawaban dari Ellena. Ia sibuk memakan ciloknya.

"Ellena" panggil Rafa yang kedua kalinya. Tapi masih tidak ada jawaban

Cukup sabar

Rafa memutar tubuh Ellena untuk menghadapnya

"Kenapa tidak menjawab panggilan suamimu" ucap Rafa menatap manik Ellena.

"Memangnya kamu manggil?" Tanya Ellena kebingungan. Tadi ia tidak mendengar apa-apa. Atau ini hanya alibi nya saja.

"Astagaa. Kenapa sibuk sama cilok mulu sih. Aku tadi manggil dua kali loh sayang" Ucap Rafa menepuk jidatnya.

Ellena mengangkat kedua bahunya lalu kembali sibuk dengan ciloknya.

Stok kesabaran Rafa untung masih banyak.

Rafa mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang. Entah apa yang mereka bicarakan Ellena tidak tau karena ia hanya sibuk dengan ciloknya.

Setelah sampai dirumah. Rafa dan Ellena berjalan memasuki pintu dan disofa terdapat satu wanita sedikit berkeriput sedang duduk ditemani pelayan.

"Hi aunty. Bagaimana kabarmu?" Tanya Rafa menuntun Ellena untuk duduk di sofa. Ciloknya udah abis dong.

"Baik Raf. Ini istrimu?" ucap wanita itu menunjuk Ellena.

"Iyaa. Dia Ellena istriku"

"Oh iya El ini aunty Resa. Adik dari ayah" ucap Rafa.

"Ellena tante" ucap Ellena menyalimi tante Resa.

Tante Resa mengangguk "Baik-baik ya Rafa sama istrimu. Jangan sia-siakan dia, aunty lihat dia wanita baik-baik plus sangat cantik"

"Pasti dong" ucap Rafa merangkul Ellena.

"Bisa kita ke salahsatu kamar? Setelah ini aunty masih ada jadwal pasien dirumah sakit" ucap tante Resa.

Rafa mengajak keduanya untuk ke kamar dia dan Ellena. Meski Ellena kebingungan dengan apa yang dilakukan dua orang ini. Dia tetep manut untuk berbaring dikasur dengan tante Resa yang sedang memeriksa perut nya.

Setelah selesai Tante Resa memperlihatkan ekspresi yang tidak bisa ditebak oleh siapapun

"Gimana aunty?" Tanya Rafa tidak sabaran.

"Diaaa–"

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang