27. Ancaman yang akurat

541 60 13
                                    

*****
"Kamu yakin dengan ucapan kamu?" Tanya Ellena tersenyum miring.

"I–iya yakin" ucap Shinta terlihat gelisah.

"Kamu keliatan gelisah Shin. Kenapa? Ada yang mengganggu pikiran kamu?" Tanya Ellena pura-pura bingung.

"Ngga ada" jawab Shinta.

"Okey aku akan ngingetin lagi. Kamu inget dulu saat kita kuliah kamu sering disamping aku suka atau duka. Tapi semua sikap yang kamu tunjukan dihadapan aku ternyata ada maksud dibalik semua itu. Kamu ingin popularitas kamu tinggi dengan menggunakan aku yang notabe nya presiden mahasiswa. Bukan begitu Shinta?" Tekan Ellena diakhir ucapannya.

"Kamu sempat ingin mencelakai aku agar kamu bisa dengan mudah meningkatkan popularitas kamu tanpa ada halangan. Aku masih ingat itu Shinta. Semua tuduhan kamu, skandal palsu yang kamu rangkai untuk menjatuhkan aku, mempengaruhi teman-teman aku agar mereka menjauh. Aku masih ingat Shinta, aku ingat rasa sakit itu" ucap Ellena dingin.

"Aku maafin kamu atas semua yang kamu perbuat Shin. Bukan nya kamu memanfaatkan maaf dari aku untuk hal kebaikan justru kamu mengulangi kesalahan kamu dengan menghancurkan kebahagiaan aku lagi" gertak Ellena menunjuk Shinta dengan jarinya.

"Aku cukup sabar atas semua sikap iri kamu. Semua punya jalannya masing-masing ngga semua yang ada pada diri kamu harus jadi aku" ucap Ellena memelankan suaranya.

"Now tell me the truth! Aku minta kamu untuk mengatakan semua rencana yang kalian buat, katakan sekarang sebelum semua ini dimulai" Ucap Ellena menatap Shinta serius.

"Aku tidak akan mengatakan semua rahasia yang udah susah payah kami buat" ucap Shinta menggelengkan kepalanya.

"Jadi benar kamu dan Sofia yang udah merencanakan ini semua? Ck ternyata mudah banget memerangkap seekor tikus yang ga tau arah tujuan" ucap Ellena tersenyum miring.

"Aku tidak merencanakan apapun El" ucap Shinta menggelengkan kepalanya cepat.

"Kamu ga perlu bohong lagi Shinta. Semua udah terbongkar dari lidah kamu yang ngga pinter bohong" ucap Rafa.

"Kamu jangan ikut campur!" ucap Shinta menunjuk Rafa.

"Tidak sopan menunjuk seseorang yang lebih tua darimu" ucap Rafa menyingkirkan kan jari Shinta menggunakan sapu tangannya.

"Kalo kamu terus terusan berbohong kamu harus siap dengan semua konsekuensinya Shinta. Atau kamu mau mengatakan semua rencana kalian, dengan begitu kamu bisa selamat dari ancaman jeruji besi" ucap Ellena memajukan wajahnya.

"A–aku"

"Cepatlah nona. Kami tidak punya banyak waktu untuk berbasa basi dengamu" ucap Rafa melirik jam tangannya.

"Aku tidak memaksamu untuk mengatakan nya Shinta. Tapi satu hal yang harus kamu ingat bahwa kejahatan sampai kapan pun tidak akan pernah menang" tekan Ellena.

"Emm akuu–"

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang