32. Kantor

541 49 9
                                    

*****
Setelah sampai dikantor polisi.

"Nona. Ada perlu apa anda kembali kesini?" Tanya polisi.

"Perlihatkan dan putarkan bukti rekaman yang pertama dan yang terakhir pada mereka" ucap Ellena.

"Baik. Silahkan duduk terlebih dahulu. Saya akan membawakan buktinya" ucap polisi tadi berlalu pergi meninggalkan mereka.

Ellena diam seribu bahasa, ia tidak berkata apapun tetapi jari jemarinya terus bergerak mengikuti irama keyboard dihandphone nya.

"Dengar dan lihat baik-baik. Saya hanya akan memutar satu kali saja tidak lebih" ucap polisi tadi datang membawa flashdisk dan memutarnya dilayar monitor komputer.

Mereka mendengar dengan jelas pengakuan Shinta dan rekaman cctv saat Sofia diruang interogasi tadi

Mereka terlihat malu karena telah menuduh dan melakukan tindak kekerasan pada Ellena yang mereka anggap pelaku dan justru korbannya

"Terimakasih pak. Kalo begitu saya permisi" ucap Ellena tersenyum lalu undur diri.

"Ellena" panggil Riko.

Ellena berhenti sejenak dan melirik ke belakang kemudian melanjutkan kembali langkahnya.

Evan dengan sigap mengikuti langkah Ellena dan berhasil memegang tangannya.

"Maaf semua ini salah aku El. Semua kekacauan ini aku yang membuat nya tapi kamu yang terus jadi sasaran nya. Maaf El" ucap Evan sungguh-sungguh.

Ellena mengangguk namun dari ekspresi wajahnya tidak berubah sama sekali. Ia kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Evan yang termenung.

Keesokkan harinya.

Ellena sedang bersiap-siap dengan setelan kantor nya. Ia berusaha sedisiplin mungkin agar menjadi contoh yang baik bagi bawahannya.

Ia merapikan rok span selulut yang ia pakai agar terlihat tidak kusut. Dan merapikan jas yang ia pakai agar terlihat lebih elegant.

Setelah itu ia turun tangga menuju pekarangan dan masuk ke sebuah mobil yang sudah menjemputnya, siapa lagi jika bukan asisten kulkas nya.

Sebelum masuk mobil ia berpapasan dengan mamanya.
"Kamu sudah sarapan El?"
"Sudah ma tadi dibawakan bibi ke kamar"

Mama nya memang seperhatian itu. Semalam Ellena tidak keluar kamar sama sekali dan orangtuanya menganggap ia sedang tidak baik-baik saja.

Jadi mama meminta bibi untuk mengantarkan makanannya langsung ke kamar Ellena.

Jalanan padat dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu lalang.
Trotoar penuh dengan orang-orang yang berjalan kaki untuk mencapai tujuan masing masing.

Sesampainya dikantor
Ellena keluar dengan menenteng tas mini yang berisi sebagian keperluan nya.

Ia berjalan memasuki kantor dari kejauhan ia melihat kerumunan karyawan sedang berbisik-bisik di papan pengumuman.

"Ku dengar salah satu tim HRD memecat beberapa karyawan tanpa alasan yang jelas"

"Aku melihatnya langsung saat melewati ruang HRD"

"Perusahaan ini tidak lagi terkendali saat nona Ellena tidak menghandle perusahaan ini"

"Iyaa. Hampir semua kepala staf yang ada di perusahaan ini bersikap semena-mena terhadap karyawan dibawahnya"

"Ada apa ini?" Ucap Ellena yang mendengar bisikan tadi.

"Nona Ellena. Maaf maaf nona" ucap mereka terkejut ketika melihat Ellena berdiri tidak jauh dari kerumunan.

"Silahkan kembali pada tempat masing-masing. Tidak ada yang membuat keributan apalagi berkerumun seperti ini. Apa menuding dan membicarakan seseorang termasuk tugas kalian diperusahaan ini? Bersikap profesional lah jangan campuri urusan yang tidak ada sangkut pautnya dengan tugas kalian" ucap Ellena tegas.

"Baik nona kami permisi" ucap mereka bubar dengan sopan.

"Haris. Ikuti aku" titah Ellena.

"Baik nona" ucap Haris, asisten pribadi Ellena.

Ellena menuju ruangannya yang berada dilantai teratas.

Ia duduk di kursi kebesarannya dan melipat kedua tangannya di dada.

"Duduklah" Haris duduk dihadapan Ellena yang terhalang oleh meja kaca.

"Kenapa belum ada laporan sama sekali tentang kasus tadi yang sampai padaku?" Tanya Ellena.

"Maaf nona. Saya juga baru tau barusan. Kemarin saya tidak menerima laporan apapun dari tim HRD" ucap Haris menundukkan kepalanya

"Kamu cari tau kebenarannya dalam satu hari ini. Usahakan semua staf di perusahaan ini tidak ada yang tau. Jika tidak aku akan memotong rambutmu sampai botak. Mau?" Ucap Ellena tersenyum miring.

"Ahh tidak mau. Siapa yang mau botak dan membiarkan kepalanya menyala diterik matahari" gerutu Haris.

"Maka dari itu kamu harus melaksanakan apa yang aku perintahkan sebaik mungkin" ucap Ellena.

"Baik nona. Kalo begitu saya permisi" ucap Haris berjalan selangkah lalu kembali berbalik setelah Ellena berucap.

"Eits siapa yang memintamu untuk pergi?" Tanya Ellena.

"Maaf nona"

"Beritahukan jadwalku hari ini"

"Pagi ini nona hanya menandatangani surat kerjasama yang menumpuk dimeja nona. Kemudian siang hari jam 11.00 nona akan melakukan meeting dengan perusahaan sebelah dikafe xxx. Setelah meeting selesai nona akan pergi memantau secara langsung proyek pembangunan Hotel" jelas Haris mengucapkan semua jadwal Ellena yang seharusnya tugas sekertaris Ellena.

Sekertaris Ellena 2 minggu ini mengambil cuti karena ia akan bersalin dengan kandungan yang pertama

Semantara Haris yang harus menggantikan tugas sekertaris Ellena sekaligus sebagai asisten pribadi Ellena.

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang