47. Apartemen Rafa

447 39 10
                                    

*****
Setelah makan, sore ini mereka sedang di sofa dengan paha Ellena yang menjadi bantalan kepala Rafa.

"Babe, kamu mau anak berapa?" Tanya Rafa tetap menutup mata nya dengan satu tangannya.

"Belum juga menikah. Udah bahas anak"

"Sayang" panggil Rafa lagi. Kini membuka matanya dan menatap Ellena dari bawah dengan tatapan penuh cinta.

"Mau berapa pun anaknya. Yang terpenting semuanya sehat" ucap Ellena tersenyum mengusap rahang tegas Rafa.

Rafa mengangguk pasti "Setelah menikah kita akan tinggal di rumah baru. Apa kamu keberatan?" Ucap Rafa.

"Apapun rencana nya. Aku akan mengikuti langkah suamiku selagi itu baik untuk diri aku sendiri" ucap Ellena tersenyum.

"Baguslah. Aku ngga sia-sia membangun satu rumah dikawasan elit atas nama kamu" ucap Rafa.

Ellena terkejut "Kamu mengatas namakan rumah nya atas nama ku?"

"Iyaa sayang. Apapun untukmu" ucapnya.

"Tentang perusahaan bagaimana? Apa kamu mau menggabungkannya?" Tanya Ellena.

"Rencananya memang begitu. Tapi aku akan meminta persetujuan ayah dan papa dulu. Kamu ga perlu khawatir biar aku yang mengurus semuanya" ucap Rafa mengusap pipi Ellena.

"Aku menyayangimu" ucap Ellena mengecup kening Rafa.

"Aku mencintaimu" ucap Rafa kembali mengecup bibir Ellena.

"Bibir aku udah ngga suci" ucap Ellena mengerucutkan bibirnya.

"Aku akan bertanggung jawab. Besok kita menikah" ucap Rafa tersenyum senyum.

"Ya kan besok memang pernikahan kita" ucap Ellena.

Rafa tertawa hingga mata nya sipit seperti orang koreakk:v
Ini yang kesekian kalinya entah kenapa Ellena selalu terpesona meski sudah biasa.

"Aku tau aku tampan" ucap Rafa kepedean. Ya emang kan aslinya juga cakep.

"Pede bangett" ejek Ellena.

"Mulai besok setiap pagi, kamu akan selalu melihat wajah tampan ini" ucap Rafa menaik turunkan alisnya.

Ellena menarik hidung Rafa gemas "iya sayang iyaa kamu emang tampan. Meski iler kamu banyak kamu tetap tampan dimata aku"

"Pandai menggoda dari mana hem?" Ucap Rafa terduduk dan memeluk Ellena dari samping.

Ellena berpikir sejenak. Kasih tau ngga ya? Kasih tau aja deh "Dari Refania"

"Astagaa anak itu suka banget ngajarin yang ngga ngga ke semua orang" ucap Rafa menggelengkan kepalanya.

"Semua orang?" Ellena kebingungan.

"Waktu itu dia pernah ngajarin ke satu anak laki-laki usianya berkisar 4 tahunan lah"

Flashback On

"Hi ganteng. Lagi ngapain?" Tanya Refania pada seorang anak laki-laki berusia 4 tahun.

"Hallo kaka. Lagi main pacil-pacilan" ucap anak itu cadel.

"Namanya siapa?" Tanya Rafa.

"Eca"

"Hah? Eca? Nama kamu Eca? Ko kaya nama cewe" ucap Refania cekikikan.

"Ishh bukan. Tapi ec–ec–ekca" ucap anak itu mengembungkan pipinya.

"Ekca?" Tanya Refania kembali.

"Bukan ishh. Cantik-cantik ko budek" ucap anak itu menatap Refania sebal.

"Itu mulut. Kecil-kecil ucapannya pedes banget" ucap Refania menggelengkan kepalanya.

"Ekca udah gede. Bukan anak kecil lagi" ucap anak itu.

"Kalo ekca udah gede. Ngomong nya ngga cadel dong" ejek Refania.

"Ekca bilang nama Ekca ini Ekca bukan Ekca" teriak anak itu marah.

"Nama kamu Ekca kan?" ucap Refania.

"Ishh bukannn. Tapi Ekcaaaa!" teriak anak itu menangis. Sehingga mengundang perhatian semua orang yang berada dipantai.

"Ekca Ekca Ekca Ekca" ejek Refania menjulurkan lidahnya.

"Huaaaaa. Bundaaaaaa" tangis anak itu.

"Refaa. Kamu harus tanggung jawab. Kaka ga mau tau pokoknya kamu harus bikin dia berhenti nangis. Kalo ngga sepeda kamu kaka patahin" ancam Rafa bersidekap dada.

"Jangann dong. Iya nih Refa tanggung jawab. Ehh ekcaa ja–" ucap Refania berjongkok dan mengusap punggung anak itu.

"Bukan ekca tapi Ekcaaaa" teriak anak itu lagi.

"Ohhhh Eksa. Nama kamu Eksa?" Tanya Refania pura-pura baru tau. Aslinya dari tadi juga udah tau. Tapi kejailannya yang sangat akut itu tidak bisa dia hindari.

"Iyaa Ekca hiks" ucap Eksa. Tetapi dia tidak juga berhenti menangis.

"Eh Eksa tau ngga? Kalo ngegombalin cewe itu dapet eskrim lohh" ucap Refania cengengesan.

Rafa yang diam tetapi telinga nya mendengar ucapan Refania ia membelalakan matanya.

"Benelan?" Tanya anak itu.

"Ekca mau Ekca mau. Calanya gimana?" Tanya Eksa berdiri dengan Semangat 45.

"Ekca pakai ini dan pegang ini" ucap Refania menyerahkan sebuah benda kecil yang bisa mendengar ucapan Eksa dan lawan bicaranya. Eksa juga bisa mendengar ucapan Refania tepat ditelinganya.

"Kamu samperin cewe yang disana ya. Kamu ngomong 'hi cantikk'. Ayo semangat buat eskrim" ucap Refania mengepalkan tangannya keatas.

"Cemangattt!!" Ucap Eksa menghampiri satu wanita yang bersama seorang pria.

"Hi cantikk" sapa Eksa.

"Hii. Kenapa?" Ucap wanita itu menatap Eksa.

"Kamu tau ngga pelbedaan nya kamu cama kambing" ucap Eksa mengikuti instruksi Refania.

"Memangnya apa?"

"Kalo kambing dikandang. Dan kalo kamu dihati akuu" ucap Eksa tersenyum senyum.

"Anak inii" geram lelaki yang disebelah cewe tersebut.

"Om tau ngga?" Tanya Eksa kembali.

"Gatau. Kan belum dikasih tau" jawab Eksa sendiri.

"Om tau ngga? Pelcamaannya om cama api?" Ucap Eksa.

Pria itu menggeleng .

"Cama-cama penghuni nelaka. Kyaaaaa" ucap Eksa berlari sesuai instruksi Refania.

Dan benar saja pria itu hampir menerkam Eksa. Tetapi wanita disebelahnya menahannya.

"Kerja bagus eksa. Kena mental lo pada. Makanya jangan ciuman ditempat umum" ejek Refania pada kedua orang tadi.

"Yeayy Ekca dapet Esklim"

Flashback Off

"Gilaa si Refaniaa" ucap Ellena tertawa mendengar cerita Rafa yang menurutnya sangat lucu itu.

Rafa yang melihat Ellena tertawa hanya bisa tersenyum
"Selagi aku ada di dunia ini. Aku ga akan melewatkan hari tanpa membahagiakanmu Ellena. Aku mencintaimu"

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang