48. Hari H

492 29 14
                                    

*****
Hari ini adalah hari yang dinanti nanti oleh keluarga Rafa maupun Ellena yaitu hari dimana keduanya resmi menjadi sepasang suami istri.

Menjalin sebuah hubungan ke jenjang yang lebih serius itu bukan hal yang mudah tetapi percayalah jika kalian menjalani nya dengan kepercayaan dan kesabaran maka hubungan kalian akan tetap utuh meski rintangan datang bertubi-tubi.

Ellena dengan balutan gaun pengantinnya sedang berdiri didepan kaca dan mengamati setiap lekukan gaun pilihan mama nya.

"Cantik"

"El. Sudah siap sayang? Calon suami mu sudah menunggu dibawah" ucap Della datang bersama suaminya.

"Ellena siap ma" ucap Ellena yakin dengan raut bahagia yang tercetak jelas diwajahnya.

"Kami akan mengantarmu" ucap Albert menghampiri Ellena dan memegang tangan Ellena.

Sedangkan mama nya memegang tangan sebelah nya
Mereka turun bersama menuju altar pernikahan.

Disana Rafa sudah menunggu dengan balutan tuxedo nya, sungguh tampan.

Albert menyerahkan tangan Ellena kepada Rafa yang menyambutnya dengan suka cita.

"Papa hanya minta jaga dia baik-baik jangan sakiti dia meski sekecil apapun itu" ucap Albert. Dan Rafa mengangguk disertai senyuman.

"Ayo sayang" ucap Rafa menggandeng tangan Ellena untuk naik ke atas.

Dan pada hari ini, jam ini dan menit ini kini mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Keduanya tersenyum merekah. Mereka sangat bahagia hari yang dinanti nanti akhirnya terlaksana dengan lancar tanpa gangguan apapun.

Para tamu undangan diharap untuk istirahat terlebih dahulu dihotel ini dan bersiap-siap untuk malam nanti yaitu acara resepsi.

Begitu pun dengan kedua pasutri baru ini. Mereka berjalan menuju salah satu kamar dan menempatinya.

"Gaun nya berat bangett" keluh Ellena duduk dikaki ranjang.

"Ganti baju dulu sayang. Mau aku bantu?" Tawar Rafa melepas jaz nya. Lalu ia duduk disebelah Ellena.

"Ng-ngga usah" jawab Ellena cepat. Rafa yang tau pemikiran Ellena hanya cengengesan.

"Aku ga akan melakukannya kalo kamu belum siap" ucap Rafa mengusap kepala Ellena sayang.

"Makasih sayang. Nanti malam aja ya. Kalo sekarang saat resepsi nanti aku ga mau mempermalukan diri sendiri karena cara berjalannya" ucap Ellena tersenyum.

"Mandi terus istirahat gih" titah Rafa.

Ellena mengangguk kemudian masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

"Syukurlah dia pengertian. Aku belum siap" ucap Ellena di depan kaca.

"Refania bilang bakal sakit. Eh bentar bentar"

Ellena berpikir "Dia kan belum merasakannya. Jadi bagaimana dia tau bahwa ini sakit ngga nya. Refaniaaaaa" geram Ellena mengepalkan tangannya.

"Dia menodai pikiranku" ucap Ellena mulai membersihkan wajahnya dengan kapas.

Dan melepaskan gaunnya kemudian membersihkan badannya yang terasa sangat lengket.

Setelah selesai mandi Ellena teringat jika ia tidak membawa kimono. Baju pun dia tidak bawa.

"Kenapa kamu bisa seceroboh ini Ellenaa. Gimana ini? Kalo aku minta bantuan Rafa. Aku maluu" ucap Ellena bermonolog dengan pikirannya sendiri.

"Ga ada cara lain selain memanggilnya"

"Rafaaa" panggil Ellena sedikit berteriak.

Terdengar derup langkah yang terburu-buru
"Why baby? Apa terjadi sesuatu padamu" ucap Rafa didepan pintu yang tertutup.

Ellena membuka pintunya sedikit dan mengeluarkan kepala nya. Ingat kepalanya bukan seluruh anggota tubuhnya.

"Kenapa hem?" Tanya Rafa sekali lagi.
Ia ingin membuka pintu sedikit lebar tetapi Ellena menahannya.

"Em itu. Aku lupa bawa kimono. Ja-jadi bisa kamu ambilin?" Pinta Ellena gugup.

"Aku kira ada apa. Bentar ya aku ambilin" ucap Rafa menuju ruang ganti dan membawa kimono untuk Ellena.

"Makasih" ucap Ellena segera menutup pintu kembali tetapi kaki Rafa yang berbalut sandal itu menahannya.

Dengan secepat kilat Ellena memakai kimono nya untuk mencegah kejadian selanjutnya.

Rafa masuk dan melihat Ellena sedang memasang tali kimono nya.

Rafa meneguk ludah nya susah payah. Rambut yang basah dan lekuk tubuh yang hampir sempurna itu memikat hasrat Rafa yang seketika memuncak.

Ellena berjalan terburu-buru melewati Rafa tetapi Rafa menahan tangan Ellena.

"Kyaaaaa" teriak Ellena ketika tubuhnya diangkat oleh Rafa dan didudukan di wastafel.

"Mau kemana hem?" Nada berat Rafa membuat Ellena seketika merinding.

"K-keluar lah. Kamu mau mandi kan?"

"Iya tapi sama kamu" ucap Rafa mengecup bibir Ellena.

"A-apaa!"

Dengan cepat Rafa meraup bibir Ellena dan melumatnya. Tidak lupa tangan nya melingkar dipinggang Ellena.

Keduanya berciuman cukup lama. Tidak ada hal apapun kecuali hal tadi.

"Kita lanjut nanti malam. Aku mau mandi apa kamu mau tetap disini?" Goda Rafa tersenyum mesum melihat Ellena yang sedang menatapnya

"Ahh i-iyaa iya" dengan cepat Ellena turun dari wastafel dan berjalan keluar dari kamar mandi.

"Kenapa kamu jadi gugup gini si El?" gumam Ellena disepanjang langkah kaki nya.

*****
Rafa keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pada setengah badannya.

Ia membiarkan tubuh bagian atas nya terekspos. Karena ini sudah biasa baginya.

Ia melihat Ellena yang sedang duduk disofa dengan makanan yang sudah terpampang dimeja.

"Sayang" panggil Rafa.

"Hemm" pandangannya seketika terhenti melihat tubuh Rafa.

"Astagaa. Pemandangan apa lagi ini"

Ellena berjalan menghampiri Rafa dengan ekspresi yang dibuat-buat. Ia tidak mau menampilkan ekspresi dimana ia tergoda dengan roti sobek milik Rafa.

Anjirr pikiran gue melayang woyyy

"Pakai ini" ucap Ellena mengambil baju yang sudah ia siapkan diatas kasur dan menyerahkan nya pada Rafa.

"Abis ini kita makan" ucap Ellena tersenyum.

Rafa menarik pinggang Ellena sehingga tubuh Ellena merapat dengan tubuh Rafa.

"Bantu keringkan rambut aku" ucap Rafa .

"Tinggal bilang ihh. Jantung aku mau copot" ucap Ellena mendelik melihat Rafa yang tertawa.

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang