16. Kecupan kedua

829 124 15
                                    

*****
Waktu menunjukkan pukul 8 malam tetapi Rafa masih stay di kursi samping brangkar Ellena.

Sedangkan semua orang pergi ke rumah mereka untuk beristirahat, karena ini permintaan Rafa sendiri.

"El" panggil Rafa.

"Emm" Ellena menatap Rafa yang kini menatapnya.

"Apa boleh aku menemanimu dalam memecah kedua kasus itu?" Tanya Rafa.

"Ngga" tegas Ellena.

"Kenapa ngga? Om Albert aja ngijinin" ucap Rafa menaik turun kan alis nya.

"Disini aku yang akan memecah kasus ini bukan papa, terus buat apa kamu minta izin sama papa?" Ucap Ellena balas menaik turunkan alisnya.

"Aku tau dia itu cuma modus doang" gumam Ellena mendelik pada Rafa.

Tapi gumaman nya tidak luput dari indra pendengaran Rafa, hingga membuat Rafa tersenyum geli.

"Aku modus padamu? Hei nona aku hanya ingin menjagamu ga lebih" Ucap Rafa sambil tertawa.

"Ga ada beda nya" Ellena mengerucutkan bibirnya, di mata Rafa Ellena itu seperti koala yang sedang merajuk. Kaya gimana ya?

Cup

"Kamu itu manis El. Aku jadi tambah menyayangimu" Bisik Rafa ditelinga Ellena setelah mengecup bibir pucat milik Ellena.

"Kyaaaaa! Apa yang kamu lakukan Rafaaa" teriak Ellena memukul Rafa sekuat tenaga.

"Aku hanya mengecup bibirmu. Apa itu salah?" Jawab Rafa tanpa dosa.

"Ya salah pake nanya. Kamu yang telah mengambil kecupan keduakuu. Kamu tau? aku sangat sangat sangat menjaga kehormatan bib–"

"Sttt kamu mau aku cium lagi hemm?" Tanya Rafa meletakan telunjuk nya dibibir Ellena.

"Y–ya ngga. Jauh jauh sana" ucap Ellena seketika gugup menatap mata Rafa yang tepat berada 5 cm di depannya.

"Iya iya. Aku akan bertanya padamu" Tanya Rafa kembali duduk di kursi samping brangkar.

"Apa" ketus Ellena.

"Siapa yang mengambil kecupan pertama kamu?" tanya Rafa.

"Mau tau bangett" ketus Ellena.

"Aku udah bilang jangan terlalu ketus kalo ngomong Ell" tegas Rafa.

"Kamu nya nyebelin" delik Ellena kemudian kembali memainkan game cacing yang sempat ia tunda.

Dengan cepat Rafa merebut ponsel tersebut dan memasukannya disaku depan celananya.

"Kembalikan ponselku" titah Ellena menyodorkan tangannya.

"Ngga. Sebelum kamu menjawab pertanyaan aku"

"Pertanyaan yang mana? Kamu kan banyak nanya. Dasar kepo" ucap Ellena mencebikan bibirnya.

"Aku bertanya sekali lagi. Siapa yang mengambil kecupan pertamamu?" Tanya Rafa kembali.

"Mau tau hem?" Goda Ellena menaik turunkan alisnya.

"Aku hitung sampai tiga kalo kamu ngga jawab aku akan melempar ponsel ini ke balkon" tegas Rafa berancang ancang untuk melempar ponsel Ellena pada balkon yang setengah terbuka.

"Tap–"

"Satuu duaaa tii–"

"Papa! Dia yang mengambil kecupan pertamaku di kening saat aku baru lahir" ucap Ellena refleks.

"Syukurlahh" Rafa terlihat lega. Entah apa yang barusan terjadi.

"Apa yang syukur?" Tanya Ellena heran.

"Aku kira yang mengambil kecupan pertamamu itu Evan"

"Ya ngga lah. Selama dia menjadi tunangan aku dia sama sekali ngga berbuat lebih, kecuali kecupan di kening doang si"

"Kenapa?" Tanya Rafa.

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang