59. Menjenguk Mama Mery

330 25 11
                                    

*****
"Kita kesana ya? Kasian mama Mery. Mau bagaimana pun dia sudah seperti ibu aku sendiri" ucap Ellena menatap Rafa yang diam menatapnya.

"Alright. Aku tidak bisa menolak keinginan mu" ucap Rafa pasrah.

Ampuh memang wajah menggemaskan Ellena ini.

"Kau mau menunggu atau mau duluan? Kami akan berganti baju dulu. Tidak mungkin kan kami menjenguk ibumu dengan berpakaian seperti ini" ucap Rafa.

Pasalnya ia hanya memakai kaos oblong saja dengan celana boxer
Dan Ellena pun hanya memakai tanktop dan celana pendek, hanya dibaluti oleh blazer saja

"Aku akan tetap menunggu kalian. Mobilku rem nya sedikit tidak berfungsi, jika aku pakai bisa membahayakan semua orang" ucap Evan.

"Ck alasan. Bilang saja kau mau semobil dengan kami dan mengganggu moment berdua kami" ucap Rafa menatap sinis Evan.

Rafa sedikit menarik Ellena pelan dan berjalan menaiki tangga untuk berganti baju dikamarnya.

"Ck. Aku hanya tidak suka kedekatan kalian" gumam Evan menatap Rafa dengan sorot kekesalan.

Lu mau jadi pebinor van?

Lalu tatapannya tertuju pada sebuah bingkai besar yang dimana terdapat foto pernikahan Rafa dan Ellena.
Keduanya tampak bahagia dalam foto itu.

Ada juga bingkai yang berisi foto keduanya saat honeymoon di Korea. Didalam foto itu keduanya sedang tertawa dengan tangan yang masing-masing memegang eskrim

"Kalian sudah bahagia sedangkan aku disini masih dilingkupi rasa sesal" keluh Evan meratapi nasibnya.

Wanita yang ia cintai kini sudah menjadi milik pria lain. Dan dirahim nya juga sudah terdapat janin hasil keduanya. Jadi untuk apa dia masih berharap Ellena kembali padanya.

*******
Beberapa menit telah berlalu kini mereka sudah berada di dalam mobil Rafa. Yang dimana Rafa sendiri yang mengemudikannya.

Sebelumnya mereka sempat adu bacot, tapi Ellena melerainya dengan ancaman ingin berangkat sendiri tanpa kedua pria itu.

Diperjalanan sebelah tangan Rafa tidak pernah terlepas dari tangan Ellena.

Evan yang melihatnya kesal sendiri. Bisa-bisanya dia bermesraan didepan orang yang masih mencintai wanita nya.

"Gerah Van? Mau aku naikan AC nya biar ga gerah lagi?" Sindir Rafa melirik Evan lewat kaca spion.

Evan menatap Rafa nyalang. Tapi apa daya dia tidak bisa menghajar Rafa dihadapan Ellena.

"Naikan aja yang. Kasian Evan kegerahan" otak Ellena yang kini sedang lola singkatan dari loading lama.

Ia tidak tau jika kedua pria ini sedang perang batin, dan menahan untuk tidak menghajar satu sama lain.

"Ngga usah El. Aku ngga gerah sama sekali" ucap Evan berusaha sesantai mungkin.

Mereka telah sampai dirumah sakit yang dituju. Keduanya masuk dan melihat Mery sedang duduk menatap jendela.

Saat mereka masuk tatapan Mery tertuju pada ketiganya. Ia tampak senang karena Ellena yang saat ini ia rindukan telah berada dihadapannya.

Ellena diam sesaat tetapi tidak lama ia memeluk Mery.

"Kenapa mama bisa berada dirumah sakit? Mama sakit apa?" Tanya Ellena setelah melepaskan pelukannya.

"Lambung mama hanya kambuh sebentar el. Mereka aja yang lebay bawa mama ke rumah sakit ini" ucap Mery menatap Evan dan suaminya.

"Mereka hanya khawatir sama mama. Dan mama jangan anggap ini sepele dong. Karena ini menyangkut kesehatan mama sendiri" ucap Ellena.

Mery tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ini Ellena membawa buah-buahan dari rumah buat mama. Dimakan ya" ucap Ellena meletakan parsel buah di atas lemari mini samping brangkar.

Ia tadi menyempatkan untuk membawa parsel buah dari atas lemari dapur yang sengaja ia sediakan jika ada keperluan mendadak.

"Mama udah makan?" Tanya Ellena kembali.

Mery kembali mengangguk.
"Oh iya Stela kemana?" Tanya Ellena celingukan.

"Ia sedang melanjutkan kuliahnya diluar negeri El" ucap papa nya Evan.

Ellena hanya ber-oh saja
Beberapa saat hanya ada keheningan di dalam ruangan ini dan dering ponsel Rafa memecahkan keheningan ini.

"Hallo oma" ucap Rafa mengadahkan tangannya kedepan tanda berpamitan untuk keluar terlebih dahulu.

"Oma ingin bertemu Ellena"

"Iyaa oma kami akan kesana. Tapi nanti ya" ucap Rafa hati-hati.

"Oma mau nya sekarang Rafa. Kamu ga mau nurutin kemauan oma mu ini?"

"Bukan begitu oma. Ellena hanya sedang butuh istirahat saja" jelas Rafa.

"Ellena bisa istirahat dirumah oma. Pokoknya oma tidak mau tau kamu harus bawa Ellena menemui oma"

Tut

Rafa menjambak rambutnya. Oma nya ini memang seenaknya saja. Jika ingin sesuatu pasti harus dituruti sekarang juga.

Dan astagaaaaaaaa

Rafa lupa bahwa harus mengabari seluruh keluarganya bahwa Ellena sedang hamil.

Dan tring
Sebuah ide muncul dari otaknya.

Ia menelpon bunda nya dan menelpon mama Ellena untuk meminta seluruh keluarga berkumpul di rumah oma nya.

Rafa kembali masuk ruangan dan melihat Ellena yang sedang menatapnya.

"Tante. Mohon maaf, bukannya Rafa menghambat waktu kebersamaan kalian tapi Ellena harus segera pulang karena ada urusan pribadi yang mengharuskan kami meninggalkan tempat ini" ucap Rafa menghampiri brangkar Mery dan berdiri disamping Ellena.

"Tidak apa-apa Raf. Tante ngerti kok. Lain kali kami akan berkunjung ke rumah kalian gapapa kan?" Ucap Mery tersenyum.

"Berkunjunglah sesempatnya kalian. Bila perlu kami juga akan berkunjung ke rumah Tante" ucap Rafa tersenyum.

Mery menganggukkan kepalanya.

"Kalo begitu kami permisi ma. Cepat sembuh ya" ucap Ellena mengusap tangan Mery dan berlalu dengan Rafa yang merangkul pinggang nya.

Mery menatap kepergian mereka dengan sendu.

Andai yang disamping Ellena itu putranya. Pasti ia akan sangat sangat bahagia melihatnya. Tapi sayang menantu yang ia harapkan kini sudah menjadi menantu orang lain.

Sebelum berangkat menuju rumah Oma nya, keduanya menyempatkan ke ruangan dokter kandungan untuk mengecek keadaan janin Ellena lebih lanjut.

*****
Didalam mobil Ellena bertanya pada Rafa "Ada urusan apa?"

"Oma memintaku untuk membawa mu menemui nya. Dan disana aku akan mengumumkan berita kehamilan mu pada seluruh keluarga kita" ucap Rafa. Tangannya sibuk menjalankan stir mobil.

"Ahh iya aku rindu kampung oma" ucap Ellena memeluk tubuhnya sendiri.

"Kita makan dulu ya. Awas loh jangan sampe telat makan, inget kan apa kata dokter tadi" peringat Rafa. Tangannya membelokkan stir menuju restoran terdekat.

"Iya sayang iya"

Setelah keduanya makan. Mereka melanjutkan perjalanan nya menuju kampung oma

Di perjalanan Ellena memilih untuk tidur. Kursi mobilnya sengaja ia dorong sedikit kebelakang agar ia bisa berbaring dengan nyaman.

Rafa yang melihat Ellena kini tertidur dengan pulas memilih untuk memberhentikan mobilnya sejenak di tepi jalan dan melepaskan jaketnya lalu menyelimuti nya pada tubuh Ellena

"Always healthy mom and baby" bisik Rafa mengecup perut Ellena yang berbalut dress.

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang