Sudah dua hari Jimin menginap di ruangan Yoongi, menemani pemuda berkulit pucat itu yang masih saja emosi setelah kejadian tiga hari lalu tentang banyaknya pihak yang berusaha membuat agensi mereka di tendang secara perlahan dari dunia hiburan. Memang nasib agensi kecil, harus siap mental dan fisik untuk menempa dan bertahan, kalau tidak? Ya ujungnya akan mengundurkan diri dari agensi.
Jimin memerhatikan beberapa orang yang juga mampir di ruangan Yoongi, yang jelas ada Hoseok, Namjoon, Seokjin, Jungkook, Taehyung, Jaebum, Lucas, dan beberapa trainee lainnya yang dekat dengan mereka. "Jadi, Hyosang dan Jaehwan benar-benar memutuskan keluar?" ujar si pemilik agensi.
"Mau bagaimana lagi, ada agensi lain yang menawarkan mereka debut dengan aman!" sahut Namjoon, wajahnya mengeras, dengan nada suaranya yang jengkel. Jimin yang duduk disamping Namjoon menepuk-nepuk pundak pemuda kelahiran Ilsan itu, setidaknya sedikit membuat emosi Namjoon sedikit menghilang. "Lalu, apakah kita akan memunda pendebutan grup musik kita atau kita tidak akan pernah bisa berhasil mendebutkan suatu grup?" tanya Dohan.
"Oh Dohan ssaem! Apa kau tengah menyuruh kami untuk menyerah?" semua mata menuju kearah Jimin. "Kita bahkan harus mendukung Yoongi sunbaenim dan Namjoon subaenim yang memiliki bakat bagus, aku yakin mereka dapat menuntun kita, Hoseok hyeong juga sangat berbakat dan akan memberikan banyak keberhasilan untuk kita semua!"
"Bahkan kita memiliki anak emas seperti Jungkook, kita hanya perlu menahan semua ini untuk sementara, dan bangkit bersama-sama!" Hoseok tersenyum, dan mengacungkan jempol untuk Jimin. Yoongi juga tersenyum samar, 'Dia sangat suka memotivasi sepertimu, aku harap Jimin tidak akan kehilangan senyumnya sepertimu!' diam-diam Yoongi merasa seolah ingin menangis.
"Apa yang dikatakan Jimin ada benarnya, aku akan membuat rencana baru untuk menarik peminat musik kita, agar saat grup agensi kita debut, akan banyak yang menerima kehadiran mereka!" ujar Daehyun.
Sedikit demi sedikit dari mereka telah bubar, ruangan menjadi lebih sunyi dari emosi yang diciptakan oleh keluarnya dua trainee. Hanya ada Namjoon, Seokjin, Hoseok yang masih enggan untuk keluar. "Apa ada yang punya rencana?" tanya Seokjin. Ruangan masih hening, tidak ada yang menjawab perntanyaan itu, Seokjin menghembuskan nafas berat dan menjatuhkan punggungnya di sandaran sofa.
"Apa harus dengan cara mendebutkan grup seksi untuk menarik minat penonton? Seperti kebanyakan agensi-agensi kecil lainnya! Tapi itu sangat menjijikkan!" ujar Hoseok.
Seokjin hanya bergidik ngeri, "Tanpa hal seperti itu kita dapat menarik minat penonton sebenarnya, ketertarikan pada suatuhal yang utama adalah berbeda dan unik, dimana keunikan itu akan menjadi ciri khas kita yang sulit untuk ditiru!"
Namjoon mengangkat salah satu alisnya, "Terdengar menarik, apa yang membuat kita bisa unik?" tanya Hoseok.
"Aku tidak tahu, tapi mungkin PD-nim bisa membuat seluruh trainee mengembangkan bakatnya, bukan hanya keahlian modeling, menyanyi, dan menari, mungkin editing dan bimbingan menulis lagu akan menambahkan rasa istimewa!" kata Jimin sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di pipi.
"Itu saran sempurna, jika perorangan bisa menulis lagu, maka akan menambah kesan unik karena lagu itu akan tersirat pesan dari sifat setiap kita yang menciptakan lagu!"
"Kau sangat menyenangkan Jim, ku harap kau tetap akan disini bersama kami, tak seperti para trainee yang keluar karena iming-iming agensi lainnya!" Jimin mengangguk.
"Lebih baik kau mengajukan saran ini pada Daehyun PD-nim, Joon~ah! Dan~ untuk Jimin, apa kau mau menemaniku latihan vokal?" tanya Seokjin.
Jimin terdiam sesaat, "A-aku?" Seokjin mengangguk, Jimin sungguh senang sebenarnya ketika banyak trainee senior yang menyambutnya dengan baik, apalagi Seokjin, yang sangat sulit untuk menerima orang baru. "Tak perlu malu Jim, anggap saja Seokjin hyeong teman baikmu!" kata Yoongi sambil tersenyum.
Jimin melirik Seokjin sungkan, "Baiklah!"
Setelah beberapa jam, Jimin dan Seokjin menghabiskan waktu untuk melatih vokal mereka di ruangan kedap suara lantai bawah, Yoongi yang terus membuntuti Jimin melihat keduanya berlatih sambil tiduran di pojok lantai. Sesekali Yoongi terbahak akan interupsi Seokjin yang terdengar gila, tetapi saat Yoongi mencelanya, Seokjin bilang justru pelatih vokal mereka memang mengatakan hal itu saat dirinya latihan.
"Sebentar hyeong, aku bernafas dulu!" Jimin mengangkat tangannya tanda ingin istirahat. "Sepertinya kau harus difokuskan berlatih nada tinggi Jimin~ah!" nilai Seokjin setelah meneguk air. "Aku masih belum mencapai ketinggian vokalmu hyeong!"
"Aku melatihnya di rooftop sekolah dan agensi Jim! Terkadang banyak yang terkejut saat aku berteriak atau memakai nada tinggi!" Jimin tersenyum, "Apa orang-orang tidak menganggapmu gila?" tanya Yoongi.
"Ya~ terkadang!" jawabnya enteng, lalu dengan tiba-tiba melirik Jimin yang masih asik menghabiskan air minumnya, "Ayo kita latihan lagi Jim, aku sedang menganggap diriku guru vokal terhebat!"
"Tolong, kepercayaan dirimu terlalu tinggi!" sindir Yoongi.
"Tanpa kepercayaan diri kita akan mudah menyerah wahai vampir pendek!"
"Sudahlah, ayo Jim kita kembali berlatih!" tangan Jimin ditarik agar ia berdiri, dengan sedikit malas Jimin kembali berdiri, mengambil nafas besar dan kembali bernyanyi bersama Seokjin.
"Jika nafasmu tak kuat untuk mencapai nada tinggi itu, SEDIKIT BERJINJITLAH DAN TUTUP ERAT LUBANG PANTATMU!" Yoongi terbahak keras di sudut ruangan setelah mendengar ungkapan Seokjin, Jimin sampai ikut tertawa dan wajahnya memerah padam.
"Astaga, aku bisa gila jika terus mendengar perintahmu hyeong!" Jimin mengatakannya disela-sela tawanya. "Aku serius Jim, itu juga termasuk cara ampuh!" Jelas Seokjin dengan wajah serius, "Baiklah-baiklah hyeong aku akan mencobanya!" dan Jimin tertawa lagi.
Seokjin mendengus, "Hentikan dulu tawamu bocah!" lalu melirik Yoongi yang terbahak sampai bergulung di lantai, "Setan mungil itu harus diapakan agar diam?" Jimin semakin tertawa mendengarnya, "Oh~ ayolah, cepat kita latihan, jika tidak jatah makan siang kita di ambil trainee lainnya!"
Baiklah Yoongi dan Jimin terdiam seketika, "Ayo hyeong!" kata Jimin menegakkan badannya, sembari membenarkan bajunya yang kusut. "Nah, cepat coba perintahku tadi Jim! Dan JANGAN TERTAWA!" singgung Seokjin lagi.
Sudah berakting sebagai pelatih profesional tadi, malah kedua bocah mungil itu menertawai interupsinya. Coba jelaskan mana bagian yang lucu? Bahkan saat guru vokalnya mengatakan hal itu Seokjin tidak tertawa, dia enak-enak saja mengunyah roti isi selai mangga buatan ibunya. "Ada apa dengan wajahmu yang muram itu?" tanya Yoongi menatap Seokjin dengan datar. "Karena kalian menghancurkan hayalanku sebagai guru vokal!"
"Sudahlah, aku menyerah dengan kepercayaan dirimu, katakan sesukamu hyeong!" Yoongi menidurkan diri di lantai tanpa alas. "Oh~ baiklah, ingat wahai Min Yoongi jangan mengganggu trainee tampan ini menjadi guru vokal untuk Jimin!"
Yoongi mengangkat kedua bahunya, "Jim, setelah latihan cepat minum obat, agar kau tak sakit sepertinya" Seokjin melempari Yoongi dengan botol air mineral yang telah kosong. "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Seokjin dan Yoongi terlonjak karena terkejut, "Ada apa Jim?" tanya Yoongi.
"Tidak ada, hanya mencoba saja menutup erat lubang pantatku seperti kata Seokjin hyeong!"
◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆
Hello!
How r u guys?
Maaf telat update lagi~
Semoga suka....August 11-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfiction[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...