Hoseok sibuk membolak-balikkan buku majalah rumah sakit dengan tenang, sedangkan Yoongi menikmati makanan yang dibawa oleh Hoseok. Pandangan Yoongi sangat lekat pada pemuda yang duduk di samping Hoseok, Yoongi memerhatikan dengan sengit, seolah tidak suka akan kehadiran anak itu. "Kenapa dia ikut ke sini?" tanya Yoongi dengan ketus pada Hoseok.
Hoseok menganggap gaya bicara Yoongi itu biasa, bahkan pemuda asal Gwangju itu tidak memalingkan pandangannya dari majalah yang di pegang, "Guru Dohan menitipkannya padaku, mana mungkin aku meninggalkan anak itu di agensi sendirian, dia juga tidak bisa kembali ke asrama karena kehilangan kunci, dua teman sekamarnya juga sedang melakukan latihan menjadi model di MV senior Roleplay agensi sebelah!" Yoongi masih meliriknya tidak suka, namun beberapa menit kemudian Yoongi kembali biasa dan abai dengan kehadiran pemuda itu.
"Oh, bukankah Jimin dan Taehyung satu kamar asrama? Apa Jimin memiliki kunci asrama juga? Mungkin Taehyung bisa meminjamnya agar bisa kembali!" Yoongi berdecak, menutup makanannya dan membuangnya di sampah. "Mana aku tahu di mana Jimin menaruh kuncinya! Taehyung bisa menghubungi tuan Anh Soo untuk meminta kunci cadangan!" kata Yoongi seperti tidak peduli. Hoseok sedikit mengintip dari atas majalah yang ia baca, "Kau ini ketus sekali pada Taehyung, kau membuatnya tak nyaman!"
Yoongi tidak peduli, dia malah menselonjorkan kaki di atas meja, "Jika begitu, mungkin dia bisa kembali ke agensi atau asrama!" Hoseok menggeleng-geleng, Yoongi sangat sulit menerima orang baru, "Astaga~ sudahlah bahas yang lain saja hyeong!" Yoongi hanya diam, dia memejamkan matanya dan menyenderkan diri di sandaran kursi. Taehyung meremat kemeja hijau terang yang membalut tubuhnya, matanya menajam, meniti Yoongi yang acuh tak acuh.
'Anak panti itu selalu saja mendapat koneksi baik dari orang-orang berpengaruh!' batin Taehyung, ia melirik Jimin tidak suka, jiwa pendendamnya kembali, bahkan ia tidak sudi sebenarnya datang ke ruang rawat Jimin, ia hanya butuh melakukan pendekatan pada Hoseok untuk melatihnya dance secara diam-diam agar bisa terpilih untuk debut bersama ketiga rapper kesayangan DaeHit-Gu entertainment. Namun, melihat Yoongi yang memihak Jimin, sepertinya akan sulit untuk di akrabi, Namjoon pun juga nampak terbuka untuk Jimin, jika begitu kesempatannya akan menipis untuk bisa debut.
"Jangan di ambil hati Tae, Yoongi hyeong memang seperti itu orangnya!" Hoseok menepuk-nepuk pundak Taehyung, sedangkan anak itu membalasnya dengan senyuman kaku. Hatinya menggerutu, ia sudah kepalang benci dengan Jimin, niat awalnya hanya untuk menggertak anak itu agar tidak membaca surat beramplop biru malah menimbulkan ambisinya yang lain. Apalagi keduanya dalam agensi yang sama merebutkan posisi debut. Taehyung tidak ingin kalah dari Jimin, ia tidak mau atensi ayahnya akan sepenuhnya berpihak pada Jimin.
Tok tok tok... Ketukan pintu membuat ketiganya melirik, Hoseok berinisiatif berdiri untuk membukanya, karena Yoongi jelas malas untuk sekedar beranjak dari kenyamanannya. "Oh~ guru Dohan, apa kau mencari Taehyung?" lelaki itu masuk, menggeleng kecil sambil mengatakan, "Aku ingin menjenguk Jimin!" wajah Taehyung semakin suram, ia menggigit dalam pipinya dan memandang langit-langit ruang rawat Jimin. "Berhubung Taehyung ada di sini, Sekaligus saja menjemput Taehyung, ia dan Jungkook ada jadwal latihan dance bersamaku, sebenarnya Jimin juga, tetapi~" Dohan melihat Jimin sendu, ia tersenyum kecut lalu kembali berbincang dengan Hoseok dengan topik lain.
Taehyung meninggalkan ruangan secara tiba-tiba, dan Yoongi menyusulnya. Keduanya memasuki toilet di dekat ruang rawat Jimin, Taehyung nampak mencuci mukanya dengan sedikit kasar. Yoongi terlihat santai saja mendekati wastafel, mencuci tangannya, melihat kaca besar di depannya dan tersenyum miring. "Hentikan ambisi gilamu Kim. Dia bagian yang paling menderita dari semua masalah yang telah lama terjadi!" jantung Taehyung berdegub, suhu tubuhnya meningkat panas dan merasa awas akan Yoongi. "Jangan menghancurkan hidup orang jika kau tidak ingin hidupmu hancur!"
"Seperti ayahmu misalnya~ dia hidup dengan seluruh penyesalannya yang sulit dimaafkan, aku tidak yakin jika di akhir nanti ia dapat menghilangkan penyesalannya begitu saja!" Yoongi tertawa sinis, meninggalkan toilet itu dengan santai. Apa Yoongi tahu masalah yang sedang terjadi? Pemuda pucat itu bahkan menyebut ayahnya dalam pembicaraan. Dari ungkapannya juga tidak secara spontan, memang seperti disengaja untuk diucapkan. Ada suatu hal yang Yoongi coba sembunyikan, dan ia harus mencari tahu akan hal itu.
Taehyung kembali masuk ke dalam ruangan, Dohan masih berbincang dengan Hoseok mengenai dance, sedangkan Yoongi terduduk di sebelah ranjang pesakitan Jimin dan menidurkan kepalanya di dekat tangan pemuda Park itu. Sebenarnya apa hubungan Yoongi dengan Jimin? Yoongi nampak sangat membela Jimin walau wajahnya datar-datar saja. "Mencurigakan!" gumam Taehyung dengan sangat pelan. Ia mendudukan diri di samping Hoseok, matanya terus mengawasi bagaimana sosok Yoongi yang acuh tak acuh pada orang bisa seperhatian itu jika menyangkut Jimin.
"Rahasia siapa dulu yang harus ku pecahkan?" Taehyung bermonolog, ia memiliki pikiran bercabang karena banyak sekali rahasia dari orang-orang di sekitarnya. Taehyung memalingkan pandangan, kala Yoongi melirik dirinya, si pucat itu mungkin merasa tengah di awasi lekat, membuatnya tak nyaman dan segera mencari keberadaan orang itu. Taehyung menjadi gugup, kini berbalik Yoongi yang mengawasinya, seolah Yoongi tengah awas akan keberadaan iblis saja.
Taehyung meremat bawah kemejanya, melirik Hoseok dan Dohan yang masih asyik berbincang, tidakkah dua orang itu ingin keluar? Agar dia bisa keluar dari ruangan mencekam ini. Taehyung menarik-narik baju belakang Hoseok, membuat pemuda asal GwangJu itu menoleh dan memutuskan pembicaraan dengan guru Dohan. "Apa kita tak sebaiknya kembali sunbaenim? Agar ruangan lebih longgar untuk Jimin beristirahat!" kata Taehyung seolah perhatian, padahal dia sudah tidak betah terus berdiam di ruangan itu.
Dohan mengangguk, ia langsung berdiri dan menghampiri Jimin terlebih dahulu, tersenyum sendu, mengusap lembut kepala Jimin, dan Taehyung melihat itu semua, rematan pada bawah kemejanya semakin mengerat, ia juga berusaha menutupi gurat marahnya agar Hoseok tak menyadarinya. Dohan kembali menghampiri Hoseok dan Taehyung, mengajak keduanya untuk pergi. "Aku akan di sini dulu guru Dohan, karena aku nanti juga akan berdiskusi dengan Yoongi hyeong mengenai masalah grup kami!" Dohan mengangguk, lalu menarik tangan Taehyung untuk keluar meninggalkan ruangan.
"Baiklah kalau begitu, aku akan membawa Taehyung untuk latihan dulu bersama Jungkook, kelinci nyonya Shinhye itu pasti sudah marah karena menunggu di ruang dance sendirian!" Hoseok tertawa, tangannya melambai-lambai untuk kepergian keduanya. Setelah pintu terkunci, Hoseok memerhatikan Yoongi dengan lamat, anak itu masih saja membaringkan kepalanya di sisi ranjang pesakitan Jimin. "Ku rasa, Taehyung tengah mengamatimu dengan Jimin!"
Yoongi sama sekali tidak melirik Hoseok, "Ya, aku tahu!" Hoseok menghela nafasnya sedikit panjang, "Apa kau tidak berniat memberitahu dia tentang ayahnya?" Yoongi mendecih, Taehyung bukan urusannya sama sekali, yang menjadi urusannya hanyalah Jimin. "Dia cerdik bukan? Biarkan saja dia mencari tahu sendiri, dan akan merasa sakit sendiri tentang ayahnya!" Hoseok menggeleng-geleng, "Tidakkah itu terlalu jahat hyeong? Mungkin kita bisa sedikit membimbingnya!" Yoongi melirik Hoseok, pancaran matanya terlihat tidak setuju sama sekali.
"Aku akan melakukannya jika dia tidak terus-menerus membuat Jimin depresi!" Hoseok terdiam, jika Yoongi sudah menempatkan satu titik yang ingin ia gapai atau tuju, dia sudah tidak akan mudah di goyahkan. "Baiklah! Omong-omong, apa topeng polosku bagus?" Yoongi berdecak, melempari Hoseok dengan botol air mineral yang sudah kosong. "Kau cocok menjadi tokoh antagonis yang salah ditebak menjadi protagonis, Hoseok~ah!"
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Hello~
Don't forget for vote
♥♥April 10-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfic[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...