Di dalam dorm sudah terlihat gelap kecuali beberapa titik yang tersinari oleh cahaya kecil lampu jamur yang terpasang di dekat para anak-anak muda yang tengah terlelap. Mereka terlihat pulas dan tidak bisa diganggu oleh apapun, kelelahan mereka sungguh mengunci tubuh untuk abai dari suara maupun guncangan.
Kecuali seorang saja yang masih bergerak gelisah dalam tidurnya. Berulang kali ia berpindah menghadap kanan dan kiri, menghadap langit-langit ruangan dan terakhir dia memilih duduk. Matanya terasa panas, tetapi dia tidak bisa terpejam barang sedikitpun. Hatinya masih nyeri, hingga membuat tangannya beberapa kali memukul-mukul dadanya berharap rasa nyeri itu berkurang.
Dia mencoba untuk berdiri, menuju dapur untuk mencari air setidaknya bisa ia gunakan sebagai pereda nyeri. Sayangnya rasa itu tetap saja tidak menghilang, nyeri semakin terasa, nafasnya semakin terenggah-enggah seolah ada yang tengah membekapnya hingga tidak bisa bernafas. Suaranya tercekat, ingin meminta tolong pun sangat susah, matanya berkunang-kunang, menjadi buram hingga ia tidak bisa lagi menopang tubuhnya.
Namun ia sayup-sayup mendengar seseorang memanggil namanya, sedikit ia rasa ada orang yang tengah mengguncang tubuhnya, tetapi ia tidak yakin siapa sosok tersebut, semakin penglihatannya semakin gelap, dan tubuhnya menjadi mati rasa.
Sekitar hampir satu jam setelah kejadian itu, perlahan demi perlahan matanya kembali terbuka, pandangannya terlihat sayu, dengan bibir pucat membiru yang mengerikan. Dia merasakan sebuah hembusan udara kuat menyambar hidungnya secara terus-menerus, dia tersenyum kecut kala menyadari udara itu dari selang oksigen. "Jungkook~ah, tolong panggilkan dokter, Jimin sudah sadar!" teriak Namjoon yang memasang raut khawatir.
Tanpa diam lebih lama remaja dengan kaos hitam itu lari keluar ruangan, Jimin memerhatikan sekitar, hanya ada Namjoon dan Hoseok yang duduk di samping ranjang pesakitan. Mereka berdua tersenyum, dan Namjoon menambahi kalimat penyemangat menyambut kesadarannya. Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok berjas putih yang tersenyum dengan mengatakan sedikit basa-basi. Jungkook mengekor, juga ada Seokjin yang berpenampilan lesu.
Si pria berjas putih itu mengatakan hal yang umum, di mana sangat ia hafal di luar otaknya. "Tuh, Jim dengarkan! Jangan depresi, lebih baik kau ikuti saja alur kehidupan" ujar Seokjin dengan suara malas, matanya hampir terkatup serta beberapa kali ia menguap. "Kita akan membantumu untuk membuat Taehyung tak marah lagi padamu!" seru Namjoon dengan senyuman berdimpel.
Hoseok tak mahu kalah untuk memberikan wejangan, pemuda itu membelai halus surai Jimin yang sedikit basah karena berkeringat akibat menahan rasa nyeri di dadanya. "Jimin~ah, jangan terlalu berkomunikasi lebih dalam dengan guru Dohan, jika aku telisik, Taehyung selalu emosi jika guru Dohan mencoba untuk berbicara dengan kalian. Entah kenapa!" kata Hoseok, Namjoon mendengus karena yah rumit juga masalah yang terjadi dengan rekan pra debutnya.
Jungkook yang tak tahu ingin berbicara apa memutuskan untuk duduk agak jauh dari mereka, ia duduk di ranjang pesakitan lain yang kosong di dalam ruangan itu. Seokjin melirik Namjoon dengan tatapan yang tak bisa diartikan, serta terlihat kilat penuh tanya di dalam mata indahnya itu, salah satu alisnya memicing, seolah ia tahu sebenarnya Namjoon menyimpan banyak rahasia mengenai Jimin, dan Taehyung.
"Omong-omong di mana Yoongi hyeong? Aku tak melihatnya kembali setelah bilang akan membayar biaya rumah sakit!" Hoseok berujar sambil celingukan, Seokjin hanya menggeleng sebagai jawaban. "Hyeong, aku mendapat pesan dari Yoongi hyeong, dia meminta kalian untuk ke basemen rumah sakit!" Jungkook tiba-tiba berseru, dan menunjukkan pesan dari ponselnya.
Namjoon nampak bertanya-tanya, "Ada apa dengannya? Lalu Jimin bagaimana?" kata Namjoon, karena dalam pesan itu Yoongi menginginkan Hoseok, Namjoon, dan Seokjin untuk datang ke basemen. "Namaku tidak di cantumkan Yoongi hyeong, jadi aku saja yang menemani Jimin hyeong di sini!" tawar Jungkook dengan senyuman tulusnya, ia tahu ada masalah yang dia tidak boleh ikut di dalamnya, jadi dia menawarkan hal itu pada mereka.
"Tawaran Jungkook tak buruk, ayo kita segera menghampirinya, sebelum Yoongi berubah menjadi iblis karena emosi menunggu kita!" ujar Seokjin yang langsung keluar ruangan, Namjoon mendengus tetapi mengikuti langkah kakak tertua di dalam grupnya itu dan di susul oleh Hoseok yang sempat-sempatnya melambaikan tangan dan melempar senyuman pada Jimin dan Jungkook hingga dua remaja itu bergidik ngeri.
Jimin mengusak lehernya sendiri, "Apa kau tidak geli dengan ciuman jauh dari Hoseok hyeong?" tanya Jimin dengan wajah julid, Jungkook terbahak, "Hahaha sebenarnya iya!" kemudian keduanya kembali terbahak sampai tersedak ludah sendiri.
Suasana kembali hening, lalu Jungkook menghidupkannya kembali dengan basa-basi mengenai debut mereka dalam waktu dekat. "Hyeong, lagu debut kita sudah jadi, Namjoon hyeong dan Yoongi hyeong membuatnya semakin menarik!" katanya senang, Jungkook sangat suka dengan usulan konsep Namjoon, "Oh~ kau sudah tahu lagunya? Bagaimana lagunya? Apa itu bagus?" Jungkook mengangguk antusias.
"Aku sangat suka dengan konsepnya, dan rapper Namjoon hyeong, Yoongi hyeong, dan Hoseok hyeong akan paling menonjol, dan kita akan membalutnya dengan bumbu vokal gabungan dengan Seokjin Hyeong, untuk suara Taehyung hyeong akan menjadi jembatan penggabung antar vokal dan rapper!" Jujur atas semua penjelasan yang di berikan oleh Jungkook, Jimin tidak paham, jadi dia hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum. Jungkook membalas senyuman itu, emhh mereka terlihat lucu saling berbalas senyuman polos.
Semua itu tak luput dari perhatian seseorang di balik pintu ruang rawat inap itu, seseorang yang memasang topeng kuat dari banyaknya penyesalan. Terutama untuk senyuman Jimin, yang mampu membuat hatinya berdenyut sakit karena mengingatkannya pada seseorang yang dulu ia cintai namun tak mampu ia pertahankan hingga terbujur kaku setelah menggantungkan diri di langit-langit kamarnya.
Dia telat, sangat telat menyadari akan runyamnya masalah yang terjadi, katakan ia bodoh karena tak mampu menggenggam erat seseorang yang ia cintai, ia juga tak mampu untuk mendekap dua bocah yang terpisah dan terpaksa untuk merasakan rasa sakit dari sayatan-sayatan yang tercipta dari dirinya dan seorang lainnya. "Guru Dohan?" keterdiamannya terpecah, karena sesosok pemuda menepuk pundaknya, "Anda menangis?" pemuda itu bertanya-tanya, keningnya berkerut sembari menunjukkan raut khawatir pada salah satu gurunya.
"Oh Lucas, aku hanya merasa kasihan padanya yang hidup seorang diri dan merasakan banyak kesakitan. Omong-omong kau sedang apa di sini?" ujar Dohan, ia menunjukkan senyuman yang dipaksakan pada Lucas. "Saya hanya ingin menjenguk Jimin, sejak dia kembali lagi ke agensi saya belum menemuinya karena latihan yang padat." kata Lucas dengan ekspresi yang tulus. "Apa anda akan masuk juga?" Lucas bertanya kembali.
"Ya, aku akan masuk!" ujar Dohan, mereka masuk menemui Jimin dan Jungkook yang saling berbincang asik, Dohan sangat cepat dalam mengubah ekspresinya seolah tidak terjadi apapun. "Heyyo bro~ apa kau merindukanku!" seru Lucas, anak itu memiliki pembawaan yang ceria, Jimin semakin senang kala melihatnya. "Jim, maaf aku baru mengunjungimu!" Jimin terbahak akan kelakuan Lucas yang mendrama itu, "Wah kau tak berubah ternyata, tetap saja melucu!" kata Jimin diselingi kekehan.
"Jimin~ah, apa kau sudah lebih baik?" Jimin tersentak, ia baru menyadari kalau Lucas tidak datang sendirian. Ada sosok lain di belakangnya yang kini menyapa dirinya dengan senyuman, Jimin membalas sesopannya, "Ah saya sudah membaik, terima kasih sudah mengkhawatirkan saya!" katanya. Di dalam pemikiran Jimin terbesit ucapan dari Hoseok tadi, Jimin sebisa mungkin untuk mengontrol pembicaraannya dengan Dohan, dia seolah tengah membangun tembok tipis agar Dohan tak terlalu masuk ke dalam percakapan. Jungkook dan Lucas merasakannya, mereka berdua hanya bisa saling bertatapan seolah mengatakan 'Apa kau juga merasakan apa yang aku rasakan?'
Hello Myori! Chi back nih hehe....
Lama ya??? Maaf kerjaan gak bisa ditinggal, kerjaan selesai pun langsung istirahat jadi ga sempat nulis.Semoga kalian suka~
March, 24-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfiction[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...