᪥ 𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 𝕾𝖔𝖓𝖆𝖙𝖆 || 09

393 60 0
                                    

Suara keributan terdengar di ruangan kesayangan Yoongi, sedari tadi pemuda pucat itu mengaduh kesakitan, suara Dug... Dug... Dug... Juga berulang kali terdengar, Yoongi tidak berhenti menendang kaki meja untuk melampiaskan rasa sakitnya, ia sampai berkali-kali mengumpati Jimin karena anak itu hari ini benar-benar gila dalam mengobati luka Yoongi.

Menurut Yoongi, pagi ini adalah pagi yang menyakitkan, baru kali ini ia ingin melemparkan anak orang ke lautan. "JIMIN!" Yoongi berteriak kencang, menjambak rambut Jimin sampai anak itu mendesis, "Sakit Hyeong!" Jimin tidak terima, anak itu kembali mengambil kapas yang sudah di olesi obat dan menaruhnya di luka Yoongi dengan keras.

"Aku lebih sakit bocah. Sudah hentikan! jika kau menjadi dokter, pasienmu akan mati lebih cepat, Jim!" Jimin malah tertawa, mengambil segelas air lalu meminumnya, omong-omong itu adalah air mineral botol terakhir milik Yoongi, dan Jimin tidak peduli pada si pucat yang terus saja memberi komplain. "Awal saja kau penakut seperti kucing yang ketahuan mencuri ikan milik majikan. Berkelakuan lembut dan sopan, tetapi sekarang kurang ajar melebihi setan!"

Jimin mencebik, "Berhenti memanggil setan, mereka kan tidak salah, kalau mereka sakit hati bagaimana? Mereka akan merasukimu dua hari dua malam, dan kau ini tidak berperikesetanan sekali wahai Min Yoongi!"

Yoongi menendang kaki Jimin hingga anak itu mengaduh, "Brisik! Diamlah Jim, kau membuatku pening". Jimin malah tertawa, ia berdiri sambil memainkan ponsel, memfoto Yoongi yang tengah cemberut. "Aku punya aibmu hyeong!"

"Astaga, mimpi apa aku bertemu orang seperti mu!"

"Bersyukurlah hyeong bertemu anak baik seperti ku. Dan___ bilang terima kasih padaku, aku sudah berbaik hati menjadi perawat tanpa bayaran untuk mu!" Yoongi melemparnya dengan bantal sofa, dia tidak mengira Jimin akan cepat berubah pada orang yang membuatnya nyaman. "Kau sendiri yang memaksa, kenapa aku harus berterima kasih!"

"Karena aku membantumu!"

"Ya, baiklah, Terima kasih!" ujar Yoongi dengan nada datar, Jimin mendudukkan kembali dirinya di sofa, anak itu membolak-balik buku lagu milik Yoongi yang di dapatkan dari atas piano. "Jim!"

"....." Jimin tidak memberikan respon, anak itu terlalu fokus akan lagu-lagu milik Yoongi, "Jimin!" masih tetap diam, Yoongi jadi kesal sendiri, dengan reflek menarik bukunya dan menyembunyikannya di bawah laci meja. "Aku ingin melihatnya, sedikit saja! Aku janji tidak akan memplagiat lagumu!" ujarnya memelas.

"Jim, dengarkan aku dulu!"

"Apa? Apa? Kau pasti mencurigaiku kan, kalau aku akan mengambil lagumu!"

Yoongi mengusak rambutnya kasar, "Hari senin sekolahmu masuk luring bukan?" Jimin mengangguk-angguk, kakinya di selonjorkan ke atas meja, tangannya juga di bentangkan, seperti bos jadi-jadian. "Betul sekali!"

"Lalu kau sedang apa bersantai di sini?" Jimin masih menanggapinya dengan santai, meneguk air dari botol milik Yoongi, "Tadi malam kan aku menumpang di sini, hyeong sudah lupa atau apa?"

"Hari ini senin, Jim! Sudah jam sembilan lewat sepuluh pula!" kali ini Yoongi mengatakannya dengan santai, meneguk sisa air di dalam botol. "Iya, aku tahu, kan kemarin hari minggu!"

Plak.. "Kau ini tidak peka sekali, atau kau memang berniat membolos?" Jimin menggosok-gosok pipinya dengan lembut, Yoongi menamparnya tanpa aba-aba, dia jadi tidak bisa menghindar. Bekasnya juga agak nampak. "Aku tidak membolos hyeong!"

"Ya kalau begitu kenapa kau masih di sini? Kau sudah terlambat satu jam setengah Jim!" anak itu masih terdiam cukup lama, sebelum akhirnya berdiri dengan keras dan berteriak, "ASTAGA! KELASNYA____" Jimin mondar-mandir di ruangan itu, wajahnya ketakutan, kecewa, dan juga menyesal. Jimin paling anti dengan kata terlambat, membolos, dan menciptakan kegaduhan. Dan kali ini dia melakukan salah satu dari hal yang paling ia benci.

Wajahnya memerah padam, matanya berembun, dan bibirnya melengkung ke bawah. Jimin mendekati Yoongi, meliriknya dengan memelas sambil mengusap airmata, "Hyeong ayo antarkan aku ke sekolah, buatkan aku alasan agar aku bisa ikut kelas!"

"Kau yang terlambat, kenapa aku yang harus repot mencari alasan!" Jimin tidak mau menyerah, anak itu duduk di lantai, memegangi kaki Yoongi sambil menangis semakin keras. "Kamu ngapain sih Jim, berdiri!" Jimin menggeleng, "Tidak, sampai hyeong mau membantuku!"

"Jim, berdiri!" Jimin tetap kukuh mendekap kaki Yoongi, Yoongi sangat ingin sekali menendangnya, tetapi mengingat Jimin yang mau membantu mengobati luka miliknya, Yoongi jadi tidak tega, dasarnya Yoongi ini selalu tidak tegaan pada orang yang telah memberinya bantuan, jadi dengan nafas berat ia mengatakan, "Baiklah, cepat ganti pakaianmu dengan seragam!" Jimin menang, anak itu tersenyum lebar dan mengusap seluruh airmatanya.

Melangkah keluar dari ruangan Yoongi sambil bersiul-siul. Yoongi mengikutinya keluar, tetapi berjalan dengan malas dan pelan, toh Jimin masih harus berganti pakaian, dia bisa sesantai mungkin menuju lantai bawah. Tepat sekali di saat ia menutup pintu, ia berpapasan dengan Namjoon, di rapper muda berbakat kesayangan Daehyun PD-nim. "Oh, bukankah tadi itu Jimin, hyeong?" Yoongi mengangguk malas, Namjoon berjalan beriringan dengan Yoongi, toh mereka sama-sama menuju lantai bawah.

"Kalian terlihat akrab sekali, apa kau sudah menceritakan fakta itu?" tanya Namjoon, Yoongi menggeleng, "Belum, dan- jangan mengatakan itu di luar ruangan kita Joon! Aku tidak ingin ada seseorang yang sedang membuntuti kita dapat mendengarnya, akan menjadi kacau jika itu terjadi!" Namjoon mengiyakan, lalu pemuda berlesung pipi itu mendekatkan diri pada Yoongi dan berbisik, "Lalu, kapan kau akan memberitahu fakta itu, hyeong?"

"Biarkan dia mengetahuinya sendiri, mungkin aku bisa membantu membuat guru Dohan lengah hingga dia bisa mengetahuinya!"

"Jika kau membutuhkan bantuanku, katakan saja, aku bisa membantumu hyeong!"

"Omong-omong, kau mau kemana hyeong?" tanya Namjoon, merrka berdua mendudukkan diri di kursi tunggu depan agensi, "Mengantarkan anak itik itu ke sekolah Joon!" Namjoon tertawa ringan, "Astaga kau menyebutnya anak itik? Senior macam apa kau hyeong!"

Pembicaraan mereka terhenti kala Jimin menampakkan diri, Jimin menghampiri dua rapper tersebut, tersenyum cerah menyapa Namjoon, "Pagi Sunbae!" kata Jimin sopan, "Pada Namjoon saja kau sopan!" Yoongi menyahuti, Namjoon mengerling, "Memang dia tidak begitu padamu?"

"Hanya saat sebelum banyak bicara, sekarang dia sudah menjadi setan!" Namjoon terbahak, "Tapi dia terlalu manis untuk menjadi setan, kelihatannya dia junior yang penurut dan baik!"

Jimin senang mendengarnya, menaik turunkan alisnya saat melirik Yoongi, "Ada apa dengan alismu? Gatal atau kedutan?" ujar Yoongi, Jimin berdecak, Yoongi ini tidak peka kalau di sindir, "Kau menghancurkan suasana lagi hyeong!"

"Sudah, jangan banyak bicara, ayo cepat ke halte bus, bisa-bisa kau sampai di sana saat kelasmu sudah bubar!"

"Kalian mau menumpang tidak? PD-nim meminjamiku mobil agensi untuk mengantar berkas ke rumah tuan Kwon!" Jimin berbinar, "Tentu, kau sungguh baik Namjoon hyeong, kau terbaik!" serunya sambil mengacungkan jempol. Jimin bersyukur ia tidak jadi menunggu bis lama di halte, setidaknya ia hanya tertinggal dua jam saja.

Yoongi sudah berjanji akan memberikan alasan pada gurunya, semoga saja rapper pucat itu tidak berbohong, Jimin tidak mau di suruh berdiri di depan kelas sampai pembelajaran usai, selalin memalukan itu juga melelahkan.

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Late post!

Hello yeorobun, how was your day?
Jangan lupa buat vote dan komen ya.
Beri kritik dan saran buat author, agar author bisa menulis dengan lebih baik lagi

March 28-2021

Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang