Derap langkah terdengar begitu halus, menimbulkan getaran dan hempasan angin yang membuat dedaunan kering berserak itu terbang menyisihkan diri. Gurauan serangga begitu asyik terdengar bersahutan dengan nyanyian para burung di dahan pohon. Goyangan rerumputan bersama dengan dedaunan juga membuat suasana menjadi tenang serta gembira, ceria dan memberikan kenangan manis di waktu saat ini untuk hari esok.
Jika boleh berkata, matahari terasa sangat hangat memeluk kulit serta hati yang mendingin, menerbitkan tarikan halus pada bibir hingga membentuk bulan sabit yang indah. Atau, semua ini berubah karena kehadiran matahari lainnya di sisi rembulan yang dingin? Entahlah, Jimin terlalu menikmati langkahnya menuju tempat kerja dengan riang. Sesekali anak itu bersiul, dan memasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku celana lusuh dan banyak jahitan penutup robekan karena sudah terlalu tipis.
Sedangkan pemuda lainnya hanya mengamati dalam diam dan berjalan gontai di belakang Jimin, terkadang melihat-lihat sekitar mengangumi alam asri yang tak ia dapatkan di kota. "Tempat kerjaku ada di belokan itu, jika kau ingin berjalan-jalan silahkan. Setelahnya kau bisa menemuiku di sana!" ujar Jimin sembari menunjuk gapura kecil dengan plat nama kebun teh. "Ya!" jawab singkat si pemuda itu, atau kita panggil saja Taehyung. "Jangan mendekati jalan di dekat bebatuan besar itu!" Jimin kembali menunjuk suatu tempat yang agak jauh dari jaraknya berdiri saat ini.
"Di sana sangat bahaya, banyak orang yang tersesat saat masuk ke sana!" Jimin mewanti-wanti, lalu berpamit untuk segera masuk ke dalam tempat kerjanya. Taehyung terus menatapnya, dan melihat bagaimana Jimin bekerja keras dengan menikmati hidupnya yang sederhana, secara tidak sadar ia menarik sudut bibirnya, tersenyum tipis dan membuat matanya mulai berembun. Dia dengan segera mengusapnya, lalu melihat-lihat lagi tempat di sekitar yang bisa ia jelajahi.
Sesuai pesan Jimin agar tidak mendekati tempat yang katanya bahaya, Taehyung memilih mendekati sungai kecil di dekat tempat kerja Jimin. Sungai itu tidak terlalu dalam, hanya sedalam bawah dengkul orang dewasa dan aliran air yang tidak deras. Taehyung duduk di tanah pinggir sungai sambil melempar batu kerikil ke arah sungai, dan mendengarkan gemericik air yang menyenangkan. Mata tajamnya sungguh awas dengan sekitar, juga teliti melihat setiap lekuk alam yang mengangumkan. Dahinya mengerut ketika mata elangnya menangkap suatu hal di seberang sungai.
Taehyung langsung berdiri dan menyeberangi sungai dan naik ke tepian seberang dengan hati-hati. Dia merasa puas kala sampai di tempat itu dan kembali memakai sendalnya dan menyusuri setiap tempat. "Apa di sini aman?" monolognya sambil memandang sekitar. Tidak ada orang sama sekali di sana, jadi wajar saja jika Taehyung merasa awas akan sekitarnya, karena ia tidak akan bisa meminta tolong jika sesuatu hal buruk terjadi di tempat itu.
Taehyung melangkah pelan untuk bisa waspada, tetapi tetap menikmati hamparan luas dengan rumput yang tumbuh subur beserta berbagai macam bunga yang tumbuh indah sebagai hiasan cantik alam berbau semerbak. Lama kelamaan dia lupa dengan sekitarnya, terlalu menikmati hingga berjam-jam berada di tempat itu, toh dia juga masih tidak merasakan hal berbahaya berada di sekitarnya, dia masih dalam tempat aman. Yah walau sedikit terkejut karena ada ular kobra yang sempat melintasi tempat itu, syukur saja Taehyung langsung pindah tempat, menjauh dari keberadaan ular itu dan ular lainnya.
Di sisi lain, Jimin juga terlalu menikmati pekerjaannya, sampai lupa jika ada seseorang yang harus ia pantau karena tidak tahu menahu mengenai tempat atau desa itu. Sekitar pukul sebelas siang Jimin mendapat waktu beristirahat, ia sedikit bercengkerama dengan pekerja lainnya dan memakan kue pemberian para pekerja. Waktu istirahatnya hanya sebentar, sekitar lima menit saja lalu kembali bekerja sampai pukul setengah dua sore. Jimin sungguh lupa akan keberadaan Taehyung, bahkan setelah berpamit pulang, dia masih belum sadar jika anak itu tidak kembali.
Jimin berjalan balik bersama Eunwoo yang memeluk seikat besar sayur bayam untuk ibunya. "Omong-omong bagaimana dengan saudaramu hyeong? Apa dia masih berada di rumahmu?" Jimin tiba-tiba menghentikan langkahnya, senyumnya pudar dan menengok ke belakang sambil celingukan. "Ada apa hyeong?" tanya Eunwoo yang juga memerhatikan sekitar. "Kau mengingatkanku Eunwoo, dia ke mana?" Jimin bermonolog. Eunwoo mengerut bingung menatap Jimin yang terlihat panik secara tiba-tiba. "Siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfiction[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...