Tahukah engkau? Jika bumi tengah menangis seperti halnya diriku.
Rintikan hujan semakin deras dan membawa guntur untuk menggentarkan langit. Mendung pekat telah menutupi keseluruhan cerahnya langit, bahkan sang surya pun bersembunyi entah di mana.Semuanya telah mewakilkan rasa pilu di lubuk hatiku, menerima semua luka dan menyimpannya jauh di dalam hatiku. Duri-duri juga menemani langkah kakiku, sebagai pijakanku walau melukai.
Matahariku telah hilang, begitu juga rembulan dan bintang. Semuanya menjadi gelap, hanya ada hujan yang tak kunjung reda seperti tangisanku. Mungkin semua orang tidak akan melihatnya, dan mendengarnya, karena aku telah memutuskan untuk membuat sebuah topeng marmer yang tebal.
Dan memang beginilah sebuah hidup, hidup tanpa adanya masalah dan duka akan terasa hambar. Setiap manusia yang telah menyelesaikan satu masalah, akan ada lagi masalah yang akan datang, semuanya adalah hukum alam. Di mana manusia hanya bisa berusaha dan tidak bisa mengelak ke mana takdir itu akan berpijak.
Mungkin aku bisa bermimpi menjadi seorang penyanyi atau idol, tetapi jika takdir berkata lain~ aku tetap tidak akan bisa menghindarinya walau pun berusaha mati-matian. Aku akan mengalah untuk menghentikan semua kerumitan ini untuk sebuah kedamaian. Mengalah bukan berarti lemah dan kalah, tetapi terkadang itu adalah keputusan bijak dan terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Tidak mengapa sekarang aku mengubur mimpiku, mungkin jika Tuhan mengijinkan, bisa saja ada keturunanku yang akan mewujudkannya suatu saat, dan aku akan melihatnya walau nyawaku telah pergi dari ragaku.
Aku bersandar lemah di kaca cendela bus, mengamati pemandangan di luar yang terlihat segar akan guyuran hujan. Tetes-tetesan air juga banyak yang berjatuhan dari atap bus hingga menuruni kaca cendela, terlihat segar namun menyakitkan. "Mungkin inilah kenapa banyak orang yang menyukai hujan saat mereka bersedih" monologku dan tersenyum lemah di balik masker.
"Sebentar lagi kita akan sampai, ayo bersiap untuk turun!" ujar seseorang di sebelahku, aku hanya mengangguk, dan membenahi tasku yang hampir rusak. Entah sudah berapa jauh aku pergi, yang jelas harapanku hanya satu, 'Menjauh dari semua orang yang pernah ku kenal, pengecualian untuk Yoongi'.
Langkahku telah sampai untuk membuka lembaran baru perjalanan hidupku, dengan sebuah ketenangan dan juga kedamaian.Memang rumah baruku sangatlah kecil, berada sedikit jauh dari rumah-rumah lainnya, dan ada pekarangan luas di belakang, depan dan samping rumah. Memang apa yang kau bayangkan? Memang beginilah rumah pedesaan, setidaknya akan sangat menyenangkan untuk menghibur lara hati.
"Di sebelah kiri dengan pagar hijau itu rumahku, jika kau membutuhkan sesuatu atau bantuan, datang saja kesana. Dan~ kau bisa bergabung untuk bekerja di kebun mulai kamis sore!" aku tersenyum padanya, "Terima kasih, aku berhutang banyak padamu, Eunwoo~ssi!" dia melambaikan tangannya lalu pergi menuju rumahnya.
Aku mulai memasuki rumahku, dan yah~ memang benar-benar kecil dan sempit. Ada satu kasur single di sudut belakang sebelah kanan, di sebelahnya terdapat lemari plastik kecil untuk bajuku yang kebetulan cuma sedikit. Di pojok kiri belakang ada dapur kecil, dengan satu kompor, satu penanak nasi, rak kecil untuk beberapa piring, gelas dan sendok, wastafel mini, lalu yang terakhir lemari penyimpanan kecil terpasang di dinding. Oh~ satu lagi, yaitu kamar mandi kecil terdapat di dekat dapur.
Menyisakan space sedikit di tengah-tengah ruangan. Mungkin aku bisa menambahkan karpet kecil di sana, siapa tahu aku punya tamu dari teman baru saat nanti aku sudah bekerja di kebun. Toh aku tidak lagi melanjutkan sekolah, kerja di kebun adalah satu-satunya solusi untukku mendapatkan uang sebagai penyambung hidup. "Setidaknya ini lebih baik dari pada di panti dahulu!"
Hari ini cukup melelahkan, jadi aku akan tidur lebih dahulu dan mulai bersih-bersih besok. Cuma sekedar iseng aku membuka ponsel, Yoongi hyeong mengiriku banyak pesan dengan nada kalimat yang sama. Aku tersenyum, dia benar-benar tipe seorang kakak yang cerewet tapi menyebalkan, walau begitu dia sangat penyayang dan perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfiction[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...