Ruangan dance sungguh sedikit sepi, para traine sudah keluar dari ruangan itu sejak beberapa jam lalu, hanya ada segelintir traine yang betah duduk di ruangan dance, mengingat mereka kelelahan untuk berlatih hampir tiga jam lebih. "Menurutmu siapa yang akan di pilih untuk debut?" tanya Lucas sambil meregangkan leher.
"Ku rasa, hanya Jungkook!" sahut Jaebum.
"Jungkook sudah terpilih, dia telah menjadi anggota ke empat menggantikan Hyosang hyeong! Bukankah PD-nim menginginkan tiga orang lagi?" tanggap Eunjoo.
Jimin melirik, "Tinggal dua lagi, jangan lupakan Seokjin sunbaenim. PD-nim tinggal mencari pengganti Jaehwan sunbaenim dan penambahan satu anggota lagi!" mereka mengangguk-angguk, lalu kembali meniti satu sama lainnya. "Jadi, kira-kira siapa yang akan di debutkan? Mengingat masih banyak yang belum terlalu lihai untuk dance, vokal mungkin bisa diatur, dan rapper sudah dipegang oleh Namjoon, Hoseok, dan Yoongi sunbaenim!" traine bernama Eunjoo itu terlihat pesimis.
Jimin hanya mengangkat tangannya, tetapi dalam hati ia menguatkan keyakinan bahwa dia harus bisa debut secepatnya, mengingat si pemilik agensi tidak akan mendebutkan grup baru lagi dalam waktu berdekatan dari debutnya Namjoon nanti. "Semuanya hanya bisa kita usahakan, keputusan mutlak milik PD-nim!" jawab Jimin. Besok adalah seleksi bagian dance, Jimin harus banyak berlatih mandiri agar dapat lebih luwes saat penilaian.
Ada lima puluh orang traine yang menjadi saingannya. Artinya saingan cukup ketat juga walau tidak seketat agensi besar. "Apa kalian akan mengikuti kelas lanjutan? Kelas vokal libur untuk hari ini!" Jimin melihat setiap kawannya yang terlihat malas, mereka terlalu lelah. "Sekarang hanya ada kelas lanjutan para senior, aku ingin tidur saja untuk hari ini. Bukankah lumayan bisa memejamkan mata selama empat jam!" itu benar, menjadi seorang traine harus mengorbankan waktu tidur yang cukup banyak, tugas mereka bertambah setiap harinya, dan semua itu tidak ada waktu jeda jika bukan di hari libur sekolah.
"Kalau begitu kalian kembalilah dulu, aku masih ingin jalan-jalan di lapangan asrama kita, aku sungguh butuh udara segar!" gumam Jimin, ia berpisah dengan teman-temannya di koridor.
Berjalan seorang diri menikmati hembusan angin malam yang lembut. Rambutnya bergoyang-goyang menyukai belaian angin, terasa sangat menyenangkan dan menyegarkan. Jimin mendudukkan diri disebuah kursi panjang di sudut lapangan, kakinya berayun-ayun mengikuti melodi dari angin, dan ia mengangkat wajahnya menghadap sang rembulan. Malam yang indah, dengan belaian angin yang menimbulkan suasana rindu entah pada siapa dan apa.
Jimin menoleh ke arah kiri ketika mendengar suara tapak kaki, di sana terlihat Seojoon yang berjalan santai sambil melambaikan tangan. "Kau disini rupanya. Tadi aku mencarimu di ruangan dance!" sapa Seojoon. Pemuda dengan rahang tegas itu mengulurkan tangan, menyerahkan satu amplop bewarna biru kepada Jimin. "Surat untukmu, tadi aku mendapatkannya dari Yeonsoo, dia bilang seseorang memakai masker hitam memberikan surat itu!" Jimin mengambilnya dari tangan Seojoon.
"Oh, terima kasih hyeong. Sudah lama aku menantikan surat ini!" kata Jimin, "Memang dari siapa?" Jimin melirik sekikas, "Tidak ada, hanya sebuah surat hiburan berisi sebuah motivasi!" jawab Jimin.
"Kalau begitu aku pergi dulu, PD-nim sudah memberiku kontrak sebagai modeling!" ungkap Seojoon senang, Jimim tersenyum, "Benarkah? Wah~ selamat hyeong, pasti kau akan debut lebih cepat dari pada para grup musik!" Seojoon hanya tertawa, menepuk-nepuk pundak kiri Jimin lalu melambaikan tangan dan pergi.
Dwinetra sipit Jimin melirik surat beramplop biru ditangannya, entah berapa bulan surat itu baru datang lagi padanya, Jimin sudah tidak sabar ingin mencari clue dari surat itu, setidaknya ia bisa memasang satu puzzle. 'Kaca yang pecah mungkin bisa kembali di rekatkan, namun ketika berkali-kali pecah, serpihan kecil akan menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfiction[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...