Ketika hari telah menggelap, ketika kabut telah membalut setiap sudut tempat dengan suhu yang dingin, di sanalah Jimin duduk di bawah sebuah pohon rindang di samping asramanya. Latihan akan dimulai setengah jam lagi, ia masih tidak siap akan melakukannya, apalagi bertemu dengan Taehyung. Semenjak pagi setelah ajakan sarapan guru Dohan, ia selalu memikirkan pertengkarannya dengan Taehyung dibasemen mobil.
Taehyung aneh, dia selalu menyebutnya perebut segala hal milik Taehyung, bahkan Taehyung tahu jika ia berasal dari panti asuhan, padahal yang tahu dia berasal dari panti hanyalah Seojoon saja. Dohan juga ikut marah dibasemen, bahkan sampai menampar Taehyung sebelum ketiganya memasuki mobil. Ia sungguh tidak percaya melihat bagaimana Dohan berteriak pada Taehyung, menampar secara reflek, dan membanting pintu mobil. "Jimin!" Jimin tersadar, ia melihat Yoongi berdiri tak jauh darinya.
Dia mendekat, sambil menggosok-gosokkan tangan karena kedinginan, "You look blue today, kau punya masalah?" Jimin berpaling, melihat tanah yang ditumbuhi oleh rerumputan segar. Yoongi memandanginya, sebenarnya Yoongi tidaklah sedatar itu, dia hanya akan memberi perhatian pada orang yang benar-benar membutuhkannya, dan dia akan kembali berwajah datar ketika ia merasa disekitarnya tidak membutuhkan perhatian atau bantuan.
"It's chilly today, kau mau ikut denganku membeli kopi panas tidak?" Jimin tak menjawab, ia masih setia memandangi rerumputan yang dipijak. "Follow me, then I'll let you off the hook on my piano course!" Yoongi berjalan pergi melewati Jimin, anak itu kembali memikirkan tawaran Yoongi, tentang ia akan diloloskan dalam pelatihan piano bersama Yoongi jika ia mengikuti pemuda pucat itu. "Sunbaenim, can I tag along?"
"You're more than welcome to Jimin!" jawab Yoongi tanpa menghentikan langkahnya atau sekedar menoleh pada Jimin. Mereka berjalan beriringan, menyusuri jalanan yang sedikit sepi di dekat wilayah asrama. "It took ages for walk and get your coffee sunbaenim, bagaimana jika nanti terlambat pada pelatihan instrumen?" Yoongi mengangkat bahunya malas, "Kalian sudah hampir mahir, berlatih sendiri pun kalian bisa, just play it by ear!"
Udara memang semakin dingin, kau bisa melihat uap dingin saat menghembuskan nafas, Jimin menggosok-gosok telapak tangan untuk menghangatkan, Yoongi sedari tadi masih belum keluar dari kafe, si pucat itu juga tidak mengajaknya untuk masuk. "Jim!" Jimin menoleh, sedikit kesal membuatnya berdecak, "Kenapa sangat lama sekali sunbaenim? Bukankah antrian tidak terlalu panjang!"
"Kau kedinginan?" Jimin mengangguk, "Memang siapa yang menyuruhmu duduk diluar?" Jimin merengut, sifat dingin Yoongi telah kembali, padahal tadi pemuda itu sudah mulai bersahabat. "Kau tadi yang menyuruhku untuk tidak masuk sunbaenim!" Yoongi tertawa, sambil menyodorkan segelas kopi yang masih panas. "Dan kau menurutiku? Aku pernah mendengar jika kau mendapat beasiswa di sekolah SMA mu yang sekarang, apa itu hanya bualan?"
"Slick git! Kau sungguh menyebalkan sunbaenim!" Yoongi semakin terbahak, ia menarik Jimin menuju sebuah gazebo yang sepi, mereka terduduk berdua di sana, melepas masker, tetapi masih tetap awas jika saja ada si penguntit dari karyawan pemberitaan. "Kau mau mendengar sesuatu Jim?" Jimin mengangkat wajahnya, ia menyeruput pelan kopi miliknya sambil mengintip Yoongi dari balik gelas. "Aku tidak pernah mendapat restu untuk menjadi pemusik, orangtuaku membencinya, dan mereka juga membakar dua buku lagu ciptaanku sebelum aku kabur dan daftar menjadi trainee DaeHit-Gu!"
"Mereka selalu saja mencoba berbagai macam cara agar aku berhenti menjadi pemusik dan menuruti mereka untuk terjun di dunia politik, bahkan mereka tidak peduli walau cara yang mereka gunakan akan menyakitiku!"
Yoongi menyandarkan diri di tiang gazebo, menatap lurus ke depan tanpa memandang objek yang jelas, Jimin tidak tahu ingin menanggapi apa, ia terlalu bingung dengan alasan Yoongi menceritakan masalah pribadinya pada Jimin. "They're pain in the neck, sunbaenim!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfic[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...