Angin malam berhembus kencang, menerbangkan berhelai-helai dedaunan kering, Yoongi hyung sudah menggigil sedari tadi, tangan kirinya mengepal menahan gemetar, sedangkan tangan kanan menggedor keras pintu yang berdiri kokoh di depannya. "Jim!" aku cuma diam saja memerhatikan, sebenarnya aku peka dan ingin membantu menggedor pintu tapi moodku terlalu jelek hingga membuat rasa malas menjadi dominan di diriku. "Dia tidur atau pingsan sih di dalam?!" omelnya, bibirnya mencebik dengan tangan yang semakin bising menggedor pintu.
Tepat setelah dia memanggil keempat kalinya pintu terbuka, akhirnya orang yang kami tunggu-tunggu menampakkan batang hidungnya. Penampilannya sangat acak-acakan, rambut kusut dan wajah yang mengantuk. "Kau selalu mengusik mimpiku hyeong!" gerutunya memandang Yoongi dengan malas. "Aku kedinginan, marahnya nanti saja bocah!" ujarnya melewati Jimin dan masuk begitu saja, "Kenapa mimik wajahmu begitu melas? Apa ada masalah?" ia memerhatikanku lekat sambil sesekali ia menguap. Aku tak membalas ucapannya karena tidak tahu juga ingin menjawab apa, Jimin menghembuskan nafas kesal kentara sekali dengan tambahan lirikan mata yang mengerucut.
Dia menarik tanganku untuk masuk lalu menutup pintu dan menguncinya. "Hyeong apa yang terjadi padanya?" Jimin menatap Yoongi dengan lamat untuk mendapatkan jawaban, sedangkan yang ditatap malah merebahkan diri di kasur tanpa ijin, tidak menjawab pertanyaan yang di ajukan karena pemuda itu mengantuk luar biasa setelah dua hari hanya tertidur selama tiga jam. "Jawaban akan ku berikan besok, aku lelah!"
"Usir saja dia dari rumahmu Jim!" sahut Taehyung dengan lagak berkacak pinggang, Jimin menoleh dan bersedekap dada menatap lekat Taehyung, "Kenapa tidak kau saja yang menjawab pertanyaanku tadi? Kau tidak sedang sakit gigi untuk tidak mengatakan jawabannya!" monster itik itu tidak mau kalah, dia menghalang-halangi Taehyung yang akan menuju kasur. "Kau dudukkan pantatmu di kasurku akan aku pukul dengan penebah kasur!" Taehyung berdecak, pintar sekali Yoongi yang tadi langsung memutuskan masuk dan menguasai kasur, dia sedang tidak mau repot bercakap tapi harus terjebak dengang tagihan jawaban pertanyaan Jimin. "Setan itu berulah Jim, dan aku kena imbasnya!" jawabnya singkat dan berlari menuju sisa kasur.
"Jawaban macam apa yang kau berikan padaku, dan aku tidur di mana sekarang?" matanya meruncing tajam melihat kelakuan dua tamunya, dia yang punya rumah dia juga yang harus mengalah. "Kau kan mungil pasti masih cukup Jim lihat masih ada sisa kasur di sampingku" mentang-mentang tubuhnya bongsor dia berkata jika Jimin mungil, mau marah pun Jimin sudah kalah dengan rasa kantuk, jadi dia memutuskan untuk menyusul tidur di samping kiri Taehyung.
Belum lama dia terpejam telinganya berdengung akan gumaman Taehyung yang berusaha membangunkannya. "Apa lagi Tae?" omel Jimin, "Aku tak bisa tidur Jim!" ujarnya dengan mata sayu. "Lalu?"
"Nyanyikan aku sebuah lagu, dulu ibu selalu bernyanyi sebelum aku tidur!" pintanya, Jimin yang malas berdebat pun menyanyikan lagu yang ia buat dadakan, entah lagu itu bagus atau tidak dia hanya mengucapkan apapun yang terlintas di otaknya. Sudah tidak ada suara yang terdengar, apa Taehyung telah masuk ke alam mimpi? Jimin berhenti menyanyi, lalu matanya melirik ke arah Taehyung. 'Loh dia belum tidur' batin Jimin yang mendapati dwinetra unik Taehyung yang tidak terpejam. "Kau bilang akan tidur jika aku menyanyi!" kesal Jimin sambil mendudukkan diri.
Tangannya bersedekap, dan menatap marah Taehyung, tapi Taehyung tak memberikan respon akan ucapan Jimin. "Tae!" Jimin memanggil, bibirnya masih mencebik karena tak kunjung mendapat respon. "Kau berlatih menjadi patung? Jika ada orang yang mengajakmu berbicara itu harus di respon!" nada suara Jimin agak meninggi, syukur saja Yoongi tak mudah terbangun. "Tae!" untuk yang kedua kali suara lembut itu memanggil. Tapi tetap tak mendapat respon dari orang yang bersangkutan, Jimin pun melihat kembali wajah Taehyung yang sama sekali tak memberikan mimik seperti biasanya.
Semakin Jimin menitinya semakin ia takut, "Kim Taehyung~ssi!" ujar Jimin ragu, dan__ tidak ada jawaban. Jimin pun merasa merinding sampai-sampai mengawasi sekelilingnya, dia juga menepuk-nepuk lengan Taehyung, dan dia tetap saja terabaikan. Jimin merasa gugup, berkeringat deras dan menelan ludah secara kasar, "Tae!" entah keberapa kali dia memanggilnya, matanya masih terbuka tanpa memberikan respon walau hanya sekedar lirikan mata. "Jangan mengerjaiku!" Jimin semakin kalut, dia ingin berlari ke samping Yoongi, tetapi tempatnya terlalu sempit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfiction[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...