Pemilihan anggota baru untuk grup Yoongi, Namjoon, dan Hoseok akan dilakukan tiga hari mendatang. Semua trainee berlatih mandiri nonstop sebelum di persembahkan dan di nilai siapa yang akan didebutkan bersama ketiga rapper itu. Yoongi berjalan keliling melihat satu persatu trainee untuk mengadakan penilaian mandiri, begitu juga Namjoon, Hoseok, dan Seokjin yang sudah terpilih.
Yoongi tidak membutuhkan waktu lama untuk itu, setelah puas melihat-lihat dia langsung keluar dari ruangan dengan memberikan isyarat pada Namjoon jika Yoongi ingin pergi lebih dahulu. Yoongi terlihat kurang puas sebenarnya, berjalan dengan sedikit tegas melalui beberapa lorong untuk kembali ke studio kecilnya.
Tepat setelah Yoongi menutup pintu studio, mata kucingnya menemukan sebuah kertas robekan buku diari tepat di bawah pintu, ia menggapainya dan membacanya dengan pelan. 'Temui aku di gazebo tempat pertama kali kita membeli kopimu'-Jimin. Tanpa basa-basi dia langsung bergegas ke tempat itu. Ia sedikit berlari agar lebih cepat sampai, inilah yang ia cari, bocah itu benar-benar membuat Yoongi khawatir, pasalnya selama lima hari ia sangat sulit untuk bertemu Jimin.
Sekitar lima belas menit Yoongi sampai, di sana ia telah mendapati Jimin yang duduk bersandar tiang gazebo sembari menatap anak-anak yang asik bermain basket. Yoongi mendekatinya secara perlahan, "Jimin~ah, aku sudah lama mencarimu!" sapa Yoongi dan mendudukkan diri di sebelah Jimin. "Hyeong, bantu dia untuk bisa debut bersamamu!" Yoongi menoleh pada Jimin, "Dia?" Yoongi membeo.
"Kau tahu siapa yang tengah ku maksud!" Yoongi menghela nafasnya lelah, "Jika kau dan dia debut bersama pasti akan terasa mencekam di grup kita Jim, toh Seokjin dan lainnya juga tak nyaman dengan sikapnya!"
"Tidak akan ada perseteruan di dalam grup, cukup jangan bedakan dia dan beri dia perhatian. Dan__ aku tidak akan ikut dalam penilaian untuk debut!" Yoongi kini menjadi sangat serius, tersirat amarah dalam wajahnya. "Aku akan mengundurkan diri dari agensi!" Yoongi mendecih, raut mukanya terlihat semakin menyeramkan, "Apa dia mengancammu? Katakan padaku, aku akan membantumu!" Jimin menggeleng-geleng dengan keras.
"Semua itu murni atas keinginanku sendiri. Tolong bantu aku untuk mendebutkannya, hanya itu permintaanku padamu, aku ingin mengakhiri semua ini dan pergi jauh dari kalian semua! Aku hanya ingin merasakan hidup baruku, tanpa teringat bayangan mengerikan ini. Biarkan aku terbang bebas dari sangkarku, aku juga ingin melihat luasnya alam yang indah diluaran sana!" tangan Yoongi menjadi tremor, pemuda itu sungguh tidak memiliki kata-kata untuk mencegah Jimin tetap tinggal.
Jimin tidak baik-baik saja untuk tetap tinggal, jika Yoongi memaksakan rencananya jelas akan membuat mental Jimin semakin sakit. "Apa kau akan kembali ke panti?" Jimin menggeleng. "Aku akan pergi ke tempat di mana dia tidak akan bisa memberiku surat lagi!" Yoongi memeluk Jimin erat, menepuk-nepuk punggungnya dengan halus dan penuh kasih sayang. "Apa kau tahu Jim, bahwa aku sangat menyayangimu seperti adik kandungku. Aku tidak bisa terlalu lama marah padamu, aku tidak bisa membentakmu karena hal itu akan menyakiti hatiku, aku ingin membawamu pulang ke rumahku dan menunjukkan mu pada ibuku jika aku menemukan adik selucu dirimu!".
Punggung Yoongi bergetar, pemuda itu menangis setelah lama tidak pernah menangis dalam kehidupannya. Bahkan Jimin tidak pernah melihat Yoongi menangis seperti ini, ia memang pernah melihat Yoongi sedih sebelumnya, tepat di mana keduanya untuk pertama kali membeli kopi dan duduk di gazebo yang sekarang kembali mereka duduki, tetapi tidak sesedih ini. Suara Yoongi melemah, pemuda pucat itu juga tidak mau melepas pelukannya. Hingga membuat Jimin ikut menangis di bahu Yoongi. "Walau aku tidak lagi berjumpa denganmu, aku akan menyimpan kenangan tentangmu, dan aku akan menjadikannya kenangan terindah jika aku memiliki kakak sepenyayang dirimu hyeong!"
Yoongi menggeleng, "Aku tidak akan mau berpisah denganmu. Dan~ sepertinya aku tahu siapa yang bisa membawamu jauh darinya Jim, akan ku pastikan dia tidak tahu tentang keberadaanmu, aku juga akan membantumu dalam memutus kontrak trainee dan aku akan membayar dendanya!" Jimin menolak, Yoongi terlalu berlebihan sampai pada denda.
"Tidak hyeong, biar aku membayar dendaku sendiri!" Yoongi tetap menggeleng, "Dan mempermudah dia untuk mencari keberadaanmu Jim? Selama kau masih belum lepas sungguhan dengan agensi, dia bisa melacakmu. Anggap saja kau berhutang padaku, sebagai bayarannya cukup ijinkan aku mengunjungimu di saat-saat lenggang!" Ucapan Yoongi ada benarnya, itu akan menyulitkan dia untuk menghindari ayah Taehyung.
"Baiklah!" jawaban Jimin pada akhirnya, Yoongi tersenyum tipis dan mengusap air matanya. "Aku akan menghubungi dia untuk menjemputmu, mungkin besok kau sudah bisa berberes barangmu sedikit demi sedikit agar tidak ada kecurigaan olehnya!" Jimin mengangguk akan saran Yoongi, entah kemana Yoongi akan membawanya pergi, yang jelas dia bisa jauh dari Taehyung maupun ayahnya.
"Hyeong, kau mau menepati janjimu bukan? Sayangi dia untuk ku!" Jimin menatap Yoongi dengan mata yang berkaca-kaca, "Kau terlalu baik Jim, sangat sulit mencari orang yang memiliki kepribadian seperti dirimu!" ungkap Yoongi, "Berjanjilah padaku!" Jimin kembali menuntut, "Aku tidak akan sepenuhnya berjanji Jim, karena inilah sifatku, tapi aku akan berusaha!"
Mereka berbincang hingga sedikit lama, mungkin sekitar satu setengah jam sambil menikmati semilir angin yang menghanyutkan kesedihan. Dan mereka kembali ke agensi ketika Hoseok menelpon Yoongi untuk segera berkumpul di agensi, karena ketiga rapper itu akan melakukan promosi di HitItGu rapper audition sebagai permulaan promosi peranggota.
Yoongi melambaikan tangan saat mereka akan berpisah di koridor, Jimin menanggapinya dengan sedikit tersenyum, setelahnya ia berjalan gontai menaiki anak tangga menuju rooftop. Tinggal satu set anak tangga lagi ia berpapasan dengan sang pelatih dance, yaitu Dohan, Jimin cuma menunduk tanpa banyak bicara. "Oh Jimin, apa kau sudah makan siang?" Jimin masih terdiam. "Aku akan makan siang bersama Taehyung dan Jungkook, ayo ikut!" Jimin menggeleng.
"Maaf tapi baru saja saya makan siang dengan Yoongi sunbaenim!" jawab Jimin sopan, pahadal dia tidak makan siang sama sekali. "Ah~ baguslah kalau begitu, kau jangan sampai telat makan agar tidak mudah sakit!" Jimin kembali membungkukkan badan, "Terima kasih atas perhatian anda, permisi!" Jimin berlalu setelah memberi salam. Sedangkam Dohan hanya terdiam di tempat memerhatikan Jimin yang semakin menjauh.
Dohan sungguh merasakan jika Jimin mulai membangun tembok besar untuknya, setiap hari Jimin semakin dingin, semakin tertutup dan menjadi lebih pendiam. Sungguh berbeda dengan Jimin di awal yang sangat ceria, hangat, dan sangat perhatian pada sekelilingnya. Dohan mulai menerka-nerka jika Jimin ada masalah hingga mempengaruhi moodnya.
◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆
Hey guys!....
Apa kabar? Sehat semua kan? Jangan lupa jaga kesehatan ya di era pandemi ini, juga jaga mental buat kalian yang memiliki beban besar...
Percayalah jika kalian adalah orang yang kuat dan bisa menyelesaikan beban itu dengan suatu hal besar yang membanggakan...I Purple U ARMY~
💜💜💜August 27-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfiction[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...