Sinar mentari melesak masuk melalui setiap celah rumah yang ada. Burung-burung mengepakkan sayapnya membentangi langit cerah sambil bernyanyi merdu menyambut pagi. Satu-satunya cendelaku terbuka sedikit lebar, membiarkan angin bertiup memberi oksigen baru ke dalam rumahku.
Pemandangan baru ini sungguh memikat mata dan menyejukkan hati sehinga sangat berat hati jika mengabaikannya begitu saja. Seberapa lama aku terkurung di lingkaran api yang panas dan mengerikan, hingga aku baru sekarang melihat semua keindahan ini. Terhitung satu jam lebih aku duduk tenang di teras rumahku yang mungil, menikmati pemberian Tuhan yang sangat tidak ternilai. Memang yang ku miliki tidak mewah ataupun bernilai tinggi, tapi ini sudah cukup untuk ku nikmati.
"Kenapa tidak sedari dulu aku pergi berpindah ke tempat seperti ini? Sejuk, menyenangkan, dan sangat menenangkan!" aku tersenyum senang, menikmati setiap rasa baru yang menjalar ke seluruh tubuhku. "Ku harap mereka bahagia tanpa keberadaanku!" tapi tetap saja bayang-banyang Taehyung masih melintasi pikiranku. Aku takut jika dia tetap mendapat perlakuan sama dari ayahnya, tetap diabaikan dan selalu sendirian.
"Apa Yoongi hyeong sudah menepati janjinya? Dia hanya butuh rasa pengertian dari orang sekelilingnya!" Ku rasa Taehyung tidak se jahat itu sampai tidak mau berteman. Dia hanya takut di tinggalkan oleh orang yang telah berhasil berada di sisinya. Aku menekuk kakiku dan memeluknya, menenggelamkan wajah sambil merasakan belaian angin yang menggoyangkan rambutku.
"Ketika angin tengah mengajakmu menari maka jangan mengabaikannya, ketika burung tengah bernyanyi, maka gerakkan kakimu untuk membuat irama dan gerakan yang indah!" aku mengangkat wajahku, melihat seseorang yang tengah mengatakan kalimat puitis itu. "Na-namjoon hyeong?" dia tersenyum, lalu duduk di sampingku. "Yoongi memberi tahuku tentang keberadaanmu, dia tidak bisa datang karena mengurusi promosi pre-debut grup kami!"
Vampir itu bilang tidak akan mengatakan keberadaanku pada siapapun, kenapa dia mengatakannya pada Namjoon hyeong. "Siapa saja yang jadi debut dengan kalian nanti?" dia tersenyum manis sambil memamerkan dua lesung pipinya. "Kami hanya mengambil satu orang saja untuk tambahan!"
"Siapa?" dia melirikku, "Taehyung!" rasanya lega setelah mendengar jawaban dari Namjoon hyeong, Yoongi hyeong telah menepati janjinya padaku. "Omong-omong, kenapa Namjoon hyeong datang ke rumahku?" dia memandang luruh ke arah rerumputan yang segar di pekarangan depan rumah, "Hanya untuk memberikan barangmu yang tertinggal, Yoongi hyeong menyuruhku untuk itu. Dan~" aku menatapnya penuh tanya.
"Sebenarnya ada hal yang ingin ku bicarakan padamu" aku mengangguk samar.
"Tentang Taehyung!" tambahnya, ungkapan itu jelas menarik minatku untuk merespon, bahkan aku tidak sadar sudah menatap Namjoon hyeong. "Aku sedikit kurang setuju dengan Yoongi hyeong!"
"Dia terlalu tertutupi kabut kebencian pada anak itu, padahal dia juga membutuhkan uluran tangan dari kita semua!" apa Namjoon hyeong juga mengetahui sesuatu? Firasatku mengatakan seperti itu, tetapi aku tidak bisa menebak pemikiran Namjoon hyeong. "Kenapa kau mengatakannya padaku?" Namjoon melihatku dengan mata yang sulit ku baca, dan~ aku baru menyadari, jika sosok di sampingku saat ini adalah orang yang sangat bahaya jika sedikit saja di gores.
Dia memiliki mata tajam yang membuat siapapun akan mudah menundukkan pandangannya, auranya juga cukup kuat, tak heran jika PD-nim memilihnya sebagai ketua grup. "Karena kalian saling terhubung satu sama lain!" jawabnya, apa aku sedang mengalami gangguan telinga? Suara Namjoon hyeong terdengar lebih berat dari sebelumnya, ada geraman yang samar dari setiap kalimat yang keluar. Suaraku tercekat, aku tidak tahu apa penyebabnya, tetapi yang jelas aku gemetar saat ini. Secepat mungkin aku memutus kontak mata, memandang ke depan dan mencoba tenang.
"Oh, dan aku lupa menyampaikan sesuatu!" tambahnya, suaranya kembali seperti biasanya, tidak terlalu berat dan santai. "Pelaku yang melukaimu saat itu sudah di tangkap!" aku masih diam, rasanya lidahku kaku, aura Namjoon hyeong yang tadi masih membuatku takut. "Jika kau ingin tahu akan aku sebutkan namanya, jika kau tidak ingin tahu aku tidak akan mengatakannya!"
Aku terdiam cukup lama untuk mengeluarkan suara, "Siapa?" dia membuka resleting tas kecilnya, lalu mengambil sebuah kertas putih dengan cap dari kantor polisi, surat penangkapan, "Jaebum?" tunggu, apa surat ini palsu? Tetapi marganya sama, 'Shin'. Aku menatap Namjoon hyeong dengan lekat, "Apa ini tidak salah? Dia sangat baik!"
"Tidak ada orang baik yang mampu membuat seseorang kecanduan narkoba! Dan alasan Hyosang maupun Jaehwan keluar dari agensi juga karena ulahnya!" aku kembali bertanya-tanya, bukankah mereka berdua keluar karena ada agensi yang menawari debut dengan aman? Kenapa sekarang jadi Jaebum yang di salahkan, jika saja Jaebum iri, kenapa bukan dia yang mengambil kesempatan debut di agensi lain yang dapat menjaminnya debut dengan aman. "Kurasa itu tidak mungkin!"
Namjoon hyeong tertawa seperti mengejek, "Jaehwan dan Hyosang melaporkan penipuan pada kantor polisi mengenai agensi itu, dan ternyata surat-surat dan beberapa orang yang menemui Jaehwan dan Hyosang adalah orang suruhan Jaebum" Namjoon hyeong berhenti sejenak.
"Saat mereka berdua konfirmasi ke agensi yang bersangkutan, pihak agensi tidak tahu apapun tentang hal itu!" rasanya sungguh sulit dipercaya, ternyata masalah semakin pelik, tidak sesederhana yang aku pikirkan. "Apa Hyosang dan Jaehwan sunbaenim kembali ke DaeHit-Gu?
"Tidak, mereka baru saja mendapat agensi baru yang berbeda. Kebetulan bakat Jaehwan sangat bagus, dia jadi anggota tambahan untuk boyband yang debut di tahun lalu!" tidak ada lagi pembicaraan di antara kami, rasanya tidak seakrab biasanya, Namjoon hyeong yang saat ini bersamaku lebih serius dari biasanya.
"Apa aku boleh sesekali ke sini? Lumayan menyegarkan untuk mencari inspirasi menulis lagu!" aku mengiyakan saja, tidak ada jawaban lain selain itu. Otakku masih memuat banyak hal, dan tidak bisa berpusat pada satu objek saja saat ini. Setiap hal tercampur aduk di dalam otakku, sangat sulit di pilah untuk di cerna menjadi pembahasan. Ditambah lagi aku yang merasa tertekan akan perubahan sifat Namjoon hyeong, komplit sekali merusak laju pemikiran.
Aku adalah tipe orang yang mudah gugup akan suatu hal, terutama perubahan sekitar yang mudah aku tangkap dan rasakan. Aku juga tipe orang yang takut menyinggung, menyindir, dan melukai perasaan seseorang, bisa di bilang aku benar-benar takut mengecewakan orang-orang yang tengah berinteraksi padaku. Apa ada orang yang sama sepertiku? Bagaimana cara sedikit saja egois? Atau setidaknya bersikap masa bodoh?
Terlahir dengan mental kuat seperti Yoongi hyeong atau Namjoon hyeong adalah sebuah impian, melalui semua masalah dengan melihat arus, mencari titik serang, dan melawan. Aku sangat ingin terlahir seperti itu.
Namjoon hyeong memberiku sebuah kotak kecil dengan pita manis berwarna hijau, juga satu tas yang berisi buku laguku yang tertinggal di studio Yoongi hyeong. "Itu hadiah dari seseorang, yang lama menyembunyikan kerinduannya padamu!"
"Siapa?" Namjoon hyeong membenahi bajunya yang kusut, "Suatu saat kau akan mengerti, karena dia masih menguatkan hati untuk memulai membiasakan menerima kenyataan!" kini pemuda asal Ilsan itu tersenyum, seperti senyumannya saat pertama kali bertemu di depan gedung agensi. Dia memiliki dua sisi sifat yang mengejutkan, senyuman itu bisa berubah kapan saja. "Terima kasih telah berkunjung hyeong, sampaikan salamku pada Yoongi hyeong!" dia mengangguk dan pergi.
◆◇◆◇◆◇◆◇◆◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Heyyo~
Apa kabar?
Masih mau lanjut kan?...August 29-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Sonata || Vmin || Friendship/Family √
Fanfic[Story END] [Fiksi penggemar - Park Jimin] [Friendship, Family, Struggle] Jimin hanyalah anak panti asuhan yang tersisihkan, dirinya tidak pernah mengira dapat memasuki sebuah agensi musik sebagai calon seorang penyanyi. Ia tahu agensi itu hanyal...