᯾ ——————————————— ᯾
Mencari seorang teman itu bagaikan mencari sebutir berlian ditumpukkan jerami
᯾ ————————————— ᯾————————————————————————————————————————
Cittt
Mobil berwarna hitam itu terparkir sempurna diarea parkir sekolah,setelah itu pengendara mobil itu turun dari mobilnya lalu berjalan sedikit cepat kearah kantor. Sampainya dia di kantor matanya melihat ke berbagai arah untuk mencari sosok yang ingin dia temui disekolah. Setelah mengamati seisi ruangan akhirnya dia menemukan seorang wanita berkacamata yang tengah duduk di kursi sembari membaca buku. Dia menghampiri wanita itu kemudian menyapanya sembari memberikan sedikit senyuman.
"Permisi,Bu Linda ya?" Ucapnya. Wanita yang awalnya membaca buku itu kemudian menutup bukunya lalu sedikit mendongak untuk melihat siapa yang baru saja menyapanya. Dia tersenyum lalu berdiri sembari memberikan jabatan tangan yang dibalas jabatan tangan juga. "Kamu marsen?" Tanyanya sedangkan marsen hanha mengangguk kaku sembari tersenyum. "Mari ikut saya" ucapnya lagi lalu berjalan mendahului marsen, kemudian marsen mengikuti snag guru dari belakang menuju sebuah ruangan yang sedikit tertutup. "Mari masuk,silahkan duduk" ucapnya.
Marsen masuk,kemudian dia duduk tepat di sofa depan sang guru. "Kamu tau kenapa saya panggil kamu kesini?" tanyanya yang hanya dijawab gelengan kecil oleh marsen. "Ini tentang adikmu Joan" mendengar nama Joan disebut sang guru marsen sedikit mengerutkan dahinya. "Adik saya?" Ucap marsen sembari menunjuk dirinya,sedangkan sang guru hanya mengangguk kecil."Memangnya dia kenapa bu?" Ucap marsen. Sang guru hanya menggeleng lalu mmberikan beberapa lembar foto. Marsen menerima foto itu lalu dia mengamati foto yang baru Linda ,tak lama setelah melihat foto itu marsen terdiam sembari mengerutkan keningnya. "Siapa ini"
"Apa ini Joan,tapi kayak bukan" gumamnya."Kamu sudah tau kan itu siapa." Marsen hanya diam sembari masih mengamati foto itu.
"Joan?" Ucapnya yang diangguki sang guru. "Lalu?" Lanjutnya. Sedangkan Linda hanya bisa menghela nafasnya panjang, sebenarnya Dimana letak hati nurani saudara tertuanya ini."Kamu itu kakak tertua Joan marsen, seharusnya kamu ada rasa sedikit khawatir sama dia bukan malah seperti ini"
"Niat ibu panggil saya cuma karna ini? Kayaknya ini gak penting penting banget deh Bu, udahalah Bu saya pamit saya harus kuliah hari ini" ucap marsen lalu pergi dari ruangan Linda.
Linda diam, dia mengamati tubuh marsen yang perlahan menjauh dari ruangan miliknya. Bagaimana bisa adiknya di biarkan seperti orang mati. Dia menghapus air matanya yang hampir turun, ucapan yang marsen baru katakan membuat hati Linda sedikit ter iris, dia memejamkan matany sembari membayang wajah Joan yang babak belur akibat pukulan dari marsen. Sungguh sangat kejam, tidak bisahkah dunia adil dengan bocah malang seperti joan. Huh... Mungkin ini hanya takdir yang sudah tuhan berikan pada Joan.
Marsen berjalan kearah mobil miliknya, dia membuka pintu mobil berwarna hitam itu lalu menutupnya sedikit keras. Marsen diam, dia tidak segera pergi dari area parkir itu, dirinya masih dibayang Bayangi rasa khawatir karna foto yang baru saja Bu Linda tunjukan tadi. Dalam foto itu terlihat Joan yang tidak sadarkan diri dengan banyak darah dibaju dan kepalnya, entahlah dia tidak tau ulah siapa itu dan sekarang dia berfikir apakah itu ulah ke 5 adiknya atau bukan. Entah ada apa marsen kemudian keluar dari mobil dan langsung berlari kelantai 3 untuk memanggil semua adiknya. Dia berlari sedikit cepat menuju ruang kelas 12 IPS 2 kebetulan ke 4 adiknya berkumpul didepan kelas membuat marsen lebih mudah untuk mengajak mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Joan bukan tuhan || Jisung [END]
Actionsemua sudah menjadi takdir tuhan, apa yang diberikan Tuhan akan kembali padanya. dia sudah beristirahat dengan tenang, wajah damainya mampu meninggalkan duka yang cukup dalam. selamat tidur pangeran kehidupan 🥀