20.

950 157 8
                                    

᯾     ———————————————    ᯾
    Ada kalanya aku berubah disaat aku sudah lelah dengan semua alur drama buatan semesta
    ᯾   —————————————   ᯾

————————————————————————————————————————








Brakk

"Sialam kemana tu anak pergi,lo cari sebelah sana le, gye cari dia sebelah sini"
"Iya bang"

Ke 2 orang yang sedang berada di gedunh sekolah itu sibuk mencari sesuatu, mereka ber 2 mengelilingi sekolah di jam 10 malam. "Bang dia gak ada leon udah cari di banyak tempat tapi tetep gak ada" ucap leon saat mendatangi abangnya di depan.
"Yaudah mendingan kita pulang" ucap abangnya. "Tapi bang...apa bang marsen gak bakalan marah kalo tau kjta kekuar malem malem". "Kita berdua cowok lo gak perlu  takut sama marsen, ada gue" ucap abangnya meyakinkan adiknya.

Sedangkan leon hanya menganguk lemas karna masih gakut dengan abang teetuanya itu. Dia yakin jika marsen masih marah pada mereka semua maka dari itu dirinya sedikit was was pada abanv 1 nya ini. "Ngapain masih disini, masuk mobil kita pulang sekarang" ucap abangnya.
Mereka berdua kemudian masuk kedalam mobil, lalu mobil itu melaju entah kemana.





—DIRUMAH SAKIT

"Dok bisa antar saya pulang,sekarang" ucap Joan yang tengah duduk di bangkarnya. "Jo, kondisi mu be-" "saya tidak peduli, antar kerumah saya sekarang saya mohon" ucap Joan memotong ucapan dokter han. Joan memaksa dokter han untuk mengantarnya pulang, bukan karna dia tidak kerasan di rumah sakit, hanya saja dia tidak mau saat dia pulang nanti nyawanya hilang di tangan semua saudaranya. Dokter han menghel nafas pelan lalu menatap Joan, "kamu yakin?" Ucap dokter han yang dianguki Joan.
"Baiklah tunggu sebentar saya ingin mengambil sesuatu untukmu" ucap dokter han, kemudian dia pergi keluar ruang ICU dan berjalan kearah ruangannya. Dokter han mengambil amplop coklat yang ada di dalam lacinya, di amplop itu juga tertera nama Joan yang berati amplop itu untuk Joan.

Dokter han memegang amplop coklat itu sembari menghela nafas panjang, dia masih ragu untuk memberikan amplop itu pada Joan. Tapi ini sudah tugas dokter han, mau tidak mau dia harus memberikan amplop itu pada pasien. Dia menatap amplop itu sebentar lalu kekuar dari ruangannya dan kembali ke ruangan Joan. Sebelum masuk dokter han menghela nafas panjang lagi untuk menetralkan rasa ragunya. Perlahan dokter han masuk kedalam ruangan Joan dan mulai berjalan kearah laki laki itu.

"Ambil ini" ucap dokter han sembari menyerahkan amplop coklat itu. Joan yang melihat amplop itu sedikit menyipitkan matanya, pikirannya pertama saat melihat amplop coklat itu adalah tagihan rumah sakit selama selama dia dirawat disini. "Apa ini tagihan rumah sakit?" Ucap Joan memastikan apa isi amplop itu. Mendengar itu dokter han sedikit terkekeh dengan ucapan Joan barusan. "Hahahaha ini bukan tagihan, untuk tagihan kau tenang saja. Sekarang mari saya bantu untuk berjalan" ucap dokter han sembari menyodorkan tangan nya. Joan meraih tangan dokter han lalu dokter han dengan sigab memapah Joan perlahan. Dokter han memapah Joan sampai mereka berdua sampai di mobil pribadi milik dokter han.

"Sekarang masuklah" ucap dokter han setelah membukakan pintu mobil untuk Joan. Joan dengan perlahan mendudukkan dirinya dimobil dokter han, lalu kemudian dokter han menutup pintuk Joan dan langsung masuk ke dalam mobil bagian pengemudi. "Sekarang tunjukan alamat rumah mu" ucap dokter han sembari menoleh kearah Joan. Mendengar itu Joan sedikit ragu untuk menunjukan alamat rumahnya pada dokter han. "Jalan bungulsari nomor 5" ucap Joan ragu. Dokter han yang mendengar ucapan Joan barusan langsung menjalankan mobil miliknya. Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara sama sekali. Dokter han sibuk mengemudi sedangkan Joan sibuk menatap kearah jendela sembari terus memikirkan apa yang akan terjadi nanti.

Joan bukan tuhan || Jisung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang