21.

948 153 12
                                    

᯾     ———————————————    ᯾
    Setelah ini hidupku tergantung pada obat obat yang tidak berguna
Hahaha menyediakan
    ᯾   —————————————   ᯾

————————————————————————————————————————






Tok tok tok

"Jo buka pintu, gue mau masuk" ucapnya.  Tapi tidak ada sautan suara dari dalam kamar Joan.

Tok tok tok

"Jo buka, gue mau masuk" ucapnya lagi. Sudah sedikit lama saudaranya itu berdiri di depan pintu kamar Joan dan mengetuk kamar Joan beberapa kali. Tapi tidak ada respon sama sekali dari Joan. Karna ucapannya tidak direspon sama sekali oleh Joan, dia memutuskan untuk pergi dari depan kamar Joan.

Sementara di dalam kamar Joan, Joan berdiri tegak di balkon kamarnya. Anginnya menerpa wajah pucat dan polosnya. Beberapa helai rambut miliknya berterbangan akibat angin yang melintas. Dia tidak tau harus apa sekarang, apa yang akan terjadi nanti, Joan tidak tau. Saat ini pikirannya kosong, dia tidak tau harus apa, luka dihatinya sangat dalam. Dia lelah bertahan, 12 tahun mereka membenci Joan sungguh rasanya seperti menjalani hidup seorang diri. Siksaan demi siksaan cacian demi cacaian Joan terima setiap hari.

Apa benar Joan hanya beban di keluarga nya? Apa salahnya Joan? Apa memang benar dia tidak pantas hidup?. Anak pembawa sial seperti Joan tidak pantas hidup? Ayolah dia sekarang lelah. Ingin rasanya berteriak dan meluapkan apa yang selama ini dia pendam sendirian. Jika saja sekarang dia diberi pilihan antara hidup dan mati maka pilihannya adalah yang ke 2. Benar benar lelah, tidak ada yang mau mendengarkan ucapannya. Berkali kali menjelaskan pada semua bahwa itu hanya kecelakaan tapi tidak ada yang pernah percaya. Sudah cukup, dia tidak akan membuang banyak kata kata sampah di depan semua saudara dan teman temannya, karna semua itu percuma. Semua omongan Joan dianggap angin lewat oleh mereka, lelah rasanya sungguh.

"Joan capek, kenapa harus Joan? Kenapa bukan Leon, kenapa bukan Abang? Apa salah Joan? Joan capek ma...." Ucapnya Joan tak bersuara. Dia masih setia berdiri di balkon kamarnya, berusaha menenangkan diri sebaik mungkin. Kejadian yang terjadi di gudang waktu itu masih terekam jelas di memori kepalnya. Kenapa mereka semua begitu tega? Tidak bisahkah mereka menolong Joan? Apa Joan harus mati maka semua orang akan peduli padanya?. Hahaha omong kosong.

"Akh..sial kepala Joan sakit...akhh jangan perut Joan mohon jangan perut, Joan mohon jangan perut tuhan..." Ucapnya merintih kesakitan. Tubuh Joan merosot kebawah, tangan nya memegang kepala dan perutnya. Sangat sakit, bahkan saat ini Joan tidak bisa berdiri karna sakit di perutnya. Kepalnya pusing tidak karuan, perban yang awalnya rapi kini berantakan karna ulah tangan Joan.

"Mama sakit...Joan mohon jangan perut..." Ucap Joan memohon agar perutnya tidak ikut merasakan sakit. Dia masih terduduk di balkon, dirinya berusaha berdiri dengan bantuan besi yang yang ada disana. "S sakit ma..." Ucapnya.

Kali ini laki laki ini menangis karna tudak sanggup dengan rasa yang dia rasakan. Perutnya sangat sakit dan juga kepalnya. Tak lama saat dia berusaha untuk bangun tiba tiba hidungnya mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Seketika tubuh Joan sedikit tercengang saat tangan nya mengusap hidungnya. "Mimisan...apa lagi ini tuhan" ucapnya pelan. Kali ini Joan memaksa tubuhnya untuk tagak, tidak peduli seberapa sakit perutnya. Tujuan pertama dia berdiri adalah mengambil obat obat yang dokter han beri tadi.

"Se sedikit la gi" ucapnya.

Setelah berusaha berdiri, Joan perlahan berjalan dengan sedikit menahan rasa sakit nya. Joan berjalan kearah meja belajarnya dengan cepat dia langsung meraih kapas di atas meja dan langsung membersihkan darah yang mengalir dari lubang hidung nya. Dia membersihkan darha itu sedikit cepat karna puaing dikapalnya semakin manjadi jadi. "Ayo cepat se bentar ya" setelah berusaha membersihkan hidung nya Joan langsung membuang kapas kapas itu ke lantai dan langsung berdiri lalu berjalan kearah ranjangnya.

Joan bukan tuhan || Jisung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang