5.

719 118 8
                                        

   ᯾     ———————————————    ᯾
    Keadilan tidak pernah Berpihak
kepadaku.
Bukan tidak pernah,melainkan
Tidak akan pernah.
    ᯾   —————————————   ᯾

——————————————————————————————————————————

Danu mendorong tubuh Joan hingga punggunya membentur tembok,Joan berdesis karna dia merasa sakit yang luar biasa dibagikan kepalnya. Bagimana tidak, luka nya yang ada di kepala karna pukulan Bagas waktu itu saja belum sembuh,dan tadi kepalanya itu mendapat pukulan lagi dari balok kayu yang cukup besar oleh geng Angga.

Danu mengikat kedua tangan Joan dengan tali yang memang sudah dia bawa, Joan memberontak saat itu,ingin rasanya dia berteriak tapi percuma salah satu dari mereka membekap mulut Joan dengan tangannya. Setelah mengikat tangannya Danu kemudian mencekik leher Joan sehingga membuat Joan kesusahan bernafas.

Mereka tidak ada yang membantu Joan bahkan tidak ada yang menghentikan perlakuan Danu pada Joan, seakan sedang mendapat tontonana gratis mereka hanya tersenyum dan sesekali tertawa karna melihat ekspresi Joan yang hampir mati karna kesulitan bernafas.

"Kencengin lagi dan,kalo bisa buat dia sampe mati ahahahaha" ucap Angga disertai tawa membuat teman temannya ikut tertawa.
Joan diam dia tidak melawan karna jika dia melawan maka joan akan habis di tangan mereka semua.
Joan mendongak keatas sembari memejamkan matanya, perlahan dia makin kesulitan bernafas,wajahnya perlahan membiru, pengelihatannya perlahan buram.

Danu melihat itu,lalu dengan cepat dia menjatuhkan tubuh lemas Joan yang hampir pingsan.

"UHUKK...UHUKK..UHUKK." Joan terbatuk cukup keras,dia mengambil oksigen dalam dalam laku membuanganya kasar.

Setelah mereka membuat Joan hampir mati, mereka semua pergi meninggalkan Joan yang terkapar lemas di belakang sekolah.

Darah dikepala Joan masih bercucuran bahkan darah itu semakin banyak sehingga membuat baju Joan berlumuran darah.Dengan tangan yang masih di ikat Joan berusaha untuk bangkit,namun sayang tubuhnya kali ini benar² lemas dia tidak bisa berbuat apa-apa. Perlahan pengelihatannya kembali buram, Joan kembali merasakan sakit dibagian kepalnya. Ingin sekali dia meminta pertolongan pada seseorang,tapi Joan terlalu lemas untuk berteriak.
Tak lama setelah itu Joan pingsan dengan keadaan sedikit mengenaskan.







—Pulang sekolah

"Nih ambil sekarang Lo aja yang nyetir tangan gue pegel" ucap Bagas sembari melempar kunci ke arah Jendra. Dengan spontan Jendra menangkap kunci itu, kemudian masuk kedalam mobil di ikuti yang lain.
"Ulangannya tadi gimana le? Bisa ngerjainnya?" Ucap Rengga yang ada di samping Leon.
"Agak susah bang,ada beberapa soal tadi yang Leon jawab asal heheheh" ucap Leon sembari terkekeh pelan menampilkan gigi putihnya. "Gpp yang penting Leon udah ngerjain ulanganya" ucap Haendra sembari mengelus Surai hitam adiknya.

"Dari tadi gue gak liat itu anak,kemana lagi dia??" Ucap Jendra sembari fokus menyetir.
"Gak tau kayaknya cabut lagi tu anak" ucap Haendra.
"Bener bener minta mati dia,liat aja nanti sampe rumah bakalan gue abisin tu anak" ucap Bagas sedikit emosi karna menyangka Joan bolos sekolah lagi, padahal sekarang Joan masih berada di belakang sekolah dan masih dengan keadaan yang sama.

16.33

Joan masih saja pingsan,tidak ada seorang pun yang atau akan keberadaan anak itu. Sekolah sudah sepi semua murid sudah pulang hanya ada beberapa guru dan tukang kebun sekolah yang masih ada disana.

"Astaga" pekik seseorang menghampiri Joan.
"Allahuakbar...siapa ini Ya Allah" ucap seseorang sembari membuka tali yang melilit ditangan Joan. Setelah tali itu terbuka dia mengamati sebentar wajah Joan,lalu memekik dengan keras
"Astagfirullah nak Joan? Ini beneran nak Joan? Astaga kamu diapain lagi nak sama abangmu... haduh saya harus ngapain ini, hah tunggu sebentar yaa nak bapak mau pergi cari bantuan." Ucapnya lalu pergi dari tempat itu untuk mencari bantuan.

Joan bukan tuhan || Jisung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang