᯾ ——————————————— ᯾
perlahan semesta akan paham
dengan semua keadaan
᯾ ————————————— ᯾——————————————————————————————————————————
"gimana kondisi adek saya dok?"
Dokter Han yang baru saja keluar dari ruang ICU, hanya bisa menghela nafas pelan."salah satu dari kalian ikut saya"
"saya saja dok" selat marsen tiba tiba.
sementara yang lain hanya bisa diam dan berharap marsen kembali dengan kabar yang sedikit membuat mereka tenang.
"mari" ajak dokter.
marsen mengekori dokter Han sampai ruangan miliknya. Sampainya mereka di dalam ruangan, dokter Han mempersilahkan marsen untuk duduk.
marsen saat itu tidak berani mengangkat kepalanya, dia hanya bisa menunduk untuk menghindari tatapan tajam dokter Han.
"apa kau saudara tertua Joan?" tanya dokter Han.
marsen tidak menjawab, dia hanya bisa mengangguk pelan.
sementara itu dokter Han melepas kacamata miliknya dan langsung meletakan kasar di atas meja membuat marsen sedikit tersentak.
"apa gunanya saudara tertua di keluarga mu? tidak bisakah kau menjaga adik adik mu dengan adil?" ucap dokter Han.
"apa kau tau jika perbuatan mu itu membuat adikmu tersiksa?"
"apa kau tau penyakit apa yang saat ini adik mu derita? apa kau tau semua tentang adik mu itu?"
dokter Han menghentikan ucapannya itu, dia sudah tidak tau lagi harus berbuat apa. dokter Han tidak mau jika semakin lama penyakit Joan semakin parah. Tapi dokter Han juga tidak bisa berbuat apa apa, ini semua ada di keputusan Joan. Jika saja anak itu mau melakukan semua ucapan dokter Han, maka dengan kepercayaan 60% Joan akan sembuh. Tapi percuma saja, jika Joan masih menderita di bawah kaki saudaranya maka semuanya tetap sama.
"tumor di kepala Joan sudah stadium 3, saat ini dia dalam keadaan koma, benturan yang Joan alami cukup keras mengakibatkan luka nya membuka lebar dan mengeluarkan darah lebih banyak. tidak ada cara lagi,mau tidak mau Joan harus rutin menjalani kemo selama 2x dalam seminggu" Ucap dokter Han.
marsen yang awalnya menunduk spontan mengangkat kepalanya menatap dokter Han dengan mata berkaca.
"s-stadium tiga!?" tanya nya tidak percaya.
dokter Han hanya bisa mengangguk lemah, dia tau perasaan marsen saat ini. Marsen yang saat itu masih tidak percaya hanya bisa meneteskan air mata. ternyata perbuatannya selama ini bisa membuat Joan sampai menderita sampai sejauh ini.
dia binggung ingin memberi tahu semua saudaranya dengan cara apa, marsen yakin jika terjadi sesuatu pada Joan, Haendra tidak akan tinggal diam. dia pasti akan menghajar marsen habis habis an disaat itu juga, karna marsen tau satu satu orang yang menganggap Joan hanya lah haendra saat itu.
"saya permisi dok, terima kasih" pamit marsen tiba tiba.
dia berlari menjauh dari ruang pribadi dokter Han sembari menangis Ter Isak.
dia berlari masuk kedalam ruang ICU dan langsung memeluk tubuh Joan yang terbaring lemas di bangkar. melihat marsen menangis Ter Isak membuat saudaranya semakin panik. mereka kemudian menyusul marsen kedalam dan menghampiri marsen yang saat itu memeluk tubuh Joan erat sembari menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Joan bukan tuhan || Jisung [END]
Azionesemua sudah menjadi takdir tuhan, apa yang diberikan Tuhan akan kembali padanya. dia sudah beristirahat dengan tenang, wajah damainya mampu meninggalkan duka yang cukup dalam. selamat tidur pangeran kehidupan 🥀