B a b 8

251 22 0
                                    


Happy Reading

***

Vanesa menarik tangan orang itu hingga ke luar rumah Eyangnya. Vanesa dan Vino berjalan beriringan menuju parkiran mobil. Pikiran Vanesa masih berkecamuk dengan kejadian tadi. Kenapa semua orang menatapnya seolah ia benar benar seorang pembunuh? Ia masih kecewa dengan keluarganya. Tidak ada yang membelanya ketika ia dituduh.

"Lo gak papa?" tanya orang itu. Vanesa hanya membalas dengan gelengan. Kepalanya terasa penuh dengan apa yang ia pikirkan. Ia ingin cepat-cepat pulang tapi Reza masih ada di dalam. Vanesa merutuk dirinya yang tidak membawa mobil sendiri tadi.

'Dasar bodoh' batin Vanesa.

"Thanks, Vin" ucap Vanesa kepada Vino. Orang yang rela ditampar hingga terluka karena dirinya.

"Gue obatin ya, lo bawa mobil? gu-gue tadi bareng Reza jadi gue ga bawa mobil." ucap Vanesa dengan gugup. Vino mengangguk lalu menarik lengan Vanesa menuju mobilnya.

Hingga di dalam mobil Vanesa membuka kotak P3K. Dengan gesit, ia menuangkan betadine ke kapas. Kapas itupun diarahkan ke arah bibir Vino.

"Sorry." Ucap Vanesa sambil mengoleskan kapas yang sudah diberi betadine ke sudut bibir Vino. Vino menatap lekat wajah Vanesa yang masih fokus mengobati lukanya itu. Ringisan Vino membuat Vanesa bergidik ngeri.

Selama diobati, Vino diam tak bersuara. Ia sedang mencoba menetralkan degupan jantungnya yang menggila. Apakah ia jatuh dalam pesona Vanesa?

"Udah selesai. Gue balik dulu ya," pamit Vanesa sambil membereskan kotak p3k. Baru ingin membuka pintu mobil, lengan Vanesa ditahan oleh Vino. Vanesa pun menolehkan wajahnya ke arah Vino.

"Gue anter."

"Hah!" Ucap Vanesa yang begitu terkejut.

"Gausah! Gue bareng Reza aja," ucap Vanesa sambil meraih handle pintu mobil. Namun, dengan cepat Vino menekan kunci pintu. Vino mendengus kesal mendengar pernyataan Vanesa. Hatinya tidak terima gadisnya diantar orang lain.

"Gue ga terima penolakan. Malam ini gue anter lo pulang."

Dengan pasrah Vanesa menuruti permintaan Vino. Karena tidak ingin membuat Reza khawatir. Ia pun mengirim pesan singkat.

Eja
|Gue pulang bareng temen Ja. Lo nanti pulangnya hati-hati ya
|💛

***

Mobil putih tiba disebuah rumah yang kini sudah gelap gulita. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.05 WIB. Orang rumah juga mungkin sudah terlelap karena memang keadaan rumah sudah sepi.

"Thanks ya, gue masuk dulu," ucap Vanesa.

"Ca!" Panggil Vino kepada Vanesa. Vanesa pun mengernyit setelah mendengar panggilan Vino.

"Ca?"

"Mulai hari ini gue panggil lo Caca ya cewek tengil." Ucap Vino sambil menepuk pucuk kepala Vanesa. Ntah kenapa jantung Vanesa berdebar hebat akibat perlakuan Vino ini.

"Ter-terserah lo." Ucap Vanesa yang gugup sambil menatap Vino. Vino terpana melihat Vanesa yang begitu menggemaskan.

"Gue boleh minta satu hal sama lo?"

"Tergantung."

"Gue pengen kita berteman. Gak tau kenapa ya gue pengen baikan aja sama lo. Gue tau kita kalo ketemu selalu berantem tapi jujur gue pengen aja jadi teman lo. Jadi, lo mau kan jadi teman gue?" Ucap Vino dengan sedikit gugup.

Vanesa masih belum menjawab. jujur ia bingung. Ada apa dengan cowok ini?

"Gimana ca?" tanya Vino yang terheran.

DOUBLE V (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang