B a b 9

258 22 0
                                    


Happy Reading

***

Rumah putih nan elegan dengan penjagaan yang cukup ketat tempat Vanesa kini berada. Semua penjaga tunduk pada saat Vanesa memasuki perkarangan rumah. Vanesa yang kini menggunakan jaket kebanggaan miliknya. Ia tak lupa menggunakan masker hitam dan topi untuk menutupi wajah aslinya. Jaket ini yang berlambangkan sayap dengan tambahan aksen mahkota di bagian punggung. 

"Caca marica hey hey!" pekik Rino yang langsung menghamburkan pelukannya kepada Vanesa. Vanesa pun langsung membalas pelukannya. 

"Ada apa gerangan adek Caca datang ke markas?" tanya ken dengan nada menggoda. Vanesa merubah wajahnya jadi datar. Mengingat masalah-masalah yang timbul dalam hidupnya. Membuat ia malas untuk pulang.

"Loh, loh, kok jadi sadgirl gini."

"Udah lah bang, lagi ada masalah aja." ujar gadis itu sambil menundukkan pandangannya ke lantai.

"Cerita." ujar Aksa dengan tegas.

"Huft... Lagi capek sama hidup."

"Sini, cerita-cerita."

"Iya, semua orang ninggalin Caca mulai dari bunda, papah, Eja, trus sekarang bibi sama pak tono juga harus ninggalin Caca. Emang semesta gak berpihak ke Caca. Semuanya ninggalin. Salah Caca apa si? Caca nyusahin? Caca juga pengen kaya orang-orang, punya keluarga lengkap. Bisa tegur sapa setiap hari. Bisa bercengkrama satu sama lain. Sedangkan Caca?hikss.." ucap Vanesa begitu dalam.

Sesak rasanya mengingat masalah-masalah yang timbul dalam hidupnya. Kenapa gak ada yang mengerti dirinya?

Ketiga pria ini merasakan sesak yang dirasakan Vanesa. Dengan cepat Aksa meraih tubuh Vanesa dalam dekapannya. Satu kata yang dirasakan Vanesa adalah Hangat.

"Sst... Tenang ya Ca. Kita selalu ada kok buat Caca." ucap Ken yang berusaha menenangkan Vanesa.

"T-tadi pagi Eja ngasih surat. D-dia udah ga tinggal dirumah lagi. Katanya ini suruhan Eyang. Trus bibi sama pak tono juga udah gak kerja lagi dirumah Caca. Sekarang Caca sendirian hikss.."

"Padahal semenjak Eja tinggal dirumah. Caca merasa senang karena ada temannya kalo dirumah. Tapi kenapa kebahagiaan itu cuma sebentar? Apa Caca gak berhak buat bahagia hah?" Vanesa mengusap air matanya dengan kasar.

Emosinya menjadi-jadi mengingat ketidakadilan dalam hidupnya. Ia benci terlihat lemah seperti ini.

Ketiga pria itu berusaha menenangkan Vanesa. Mereka tidak ingin banyak bicara dulu karena memang emosi Vanesa sedang tidak stabil. Mereka membiarkan Vanesa menangis supaya Vanesa tidak tertekan karena memendam masalahnya sendirian.

Karena nyaman dalam dekapan Aksa sambil dielus lembut surainya. Vanesa pun tertidur. Ia lelah dengan hari ini. Menangis, menangis, dan menangis membuatnya menjadi lelah karena tennganya terkuras habis.

Terasa berat menompang tubuh Vanesa. Aksa pun melihat Vanesa sudah tertidur. Ia langsung menggendong ala bridal style dan membawanya ke kamar khusus Vanesa. Ia merebahkan tubuh Vanesa dengan hati-hati. Lalu menarik selimut hingga sebatas leher. Lalu Aksa mencium pucuk kepalanya dengan sayang. 

***

Di warung kopi tempat dimana para kelompok geng Jaxton berkumpul kini sudah ramai. Tidak hanya ada anggota inti tetapi ada beberapa anggota lainnya. Mereka memang suka berkumpul agar menambah kesan kekeluargaan menjadi erat.

"Everything sucks, just kidding~"

"Everything is great? No really~"

"I haven't thought about my ex today~"

Begitulah keramaian di warung kopi ini. Jika tidak ramai bukan warkop namanya. Seorang bermata abu-abu hanya terkekeh melihat kelakuan teman-temannya. Sambil menghisap rokoknya tak lupa ia menyesap kopi hitamnya. Sungguh sangat nikmat.

Berkali-kali mata Vino tidak terlepas melirik ponsel. Tidak ada notifikasi pesan dari seseorang yang ia tunggu membuatnya geram. Kenapa dia tidak memberikan kabar kepadanya. Kemana dia?

"Dilirik mulu tuh hape. Ntar salting loh bos diliatin mulu," ledek Aldo sambil terkekeh melihat bosnya melirik ponselnya terus.

"Lu kira cewek. Diliatin bentar langsung baper," ucap Dino receh.

"Kalo penasaran, chat aja kali Vin." saran Andra.

"Bener tuh bos,"

Vino sudah kepalang penasaran, Vino akhirnya memberi pesan kepada orang itu. Siapa lagi kalau bukan Caca aka Vanesa. Gadis ini belum ada ngabarim Vino sejak ia bertelfon tadi pagi.

Caca
|Ca?

Pesan masih belum dibalas. Sesibuk itu gadis ini sampai tidak membalas pesannya. Karena belum dibalas juga Vino pun memasukkan ponselnya dalam saku seragamnya.

"Gue pamit duluan yak, nih uangnya. Kembaliannya ambil aja," ucap Vino sambil mengeluarkan satu lembar uang merahnya ke atas meja. Dengan senang hati Dino langsung mengambil uang itu. Lumayan kembaliannya untuk beli gorengan lagi.

***

Vino mengendarakan motornya dengan kecepatan sedang. Ia melewati jalanan yang dapat terbilang sepi. Dari arah belakang ada beberapa orang yang mengikutinya.

Dengan cepat Vino mengudikan motornya dengan kecepatan penuh. Namun ia kalah cepat. Orang itu mencegatnya.

"TURUN LO!"

Vino turun dari motornya dan membuka helmnya.

"Mau apa lo?" ujar Vino dengan mata menajam.

"Santai dulu, bro. Kita main-main dulu gimana?" tanya orang itu  sambil melepas helmnya.

"Pengecut juga ya lo? Mainnya keroyokan?!" cibir Vino.

"Alah banyak bacot lo," Roni pun melayangkan pukulannya pada wajah Vino. Vino hanya tersenyum miring lalu membalas pukulan itu. Anggota Black Devils pun mengeroyok Vino dengan melayangkan beberapa pukulan.

BUGH 

BUGH

Vino tinggal diam. Ia melawan satu per satu lawannya. Hingga akhirnya ia tumbang dan babak belur. Vino melihat ada seseorang yang datang.

"Bangsat! Pengecut lo mainnya keroyokan!" teriak seorang gadis membuat perhatian anggota Black Devils teralihkan. Gadis itu menggunakan slayer hitam sebagai penutup wajahnya. Ia melihat cowok yang dikenalnya kini sudah babak belur.

"Siapa lo?! Gak usah ikut campur?" ucap Kevin salah satu anggota Black Devils. 

"Yakin gak kenal gue?!" ujar gadis itu dengan santai.

Roni yang tersulut emosi pun melayangkan pukulannya dengan keras. Namun sayang, gadis itu menangkis pukulan Roni. Ia membalas dengan pukulan telak pada perut pria itu. Satu per satu anggota Black Devils menyerang gadis itu. 

BUGH

BUGH

KREK

BUGH

BUGH

Anggota Black Devils semua tumbang. Mereka babak belur dan pergi dari tempat itu. Vino melihat orang yang membantunya. Ia melihat gadis itu pergi meninggalkan pria itu seorang diri. Vino melihat gambar logo geng Drax bertuliskan LEADER di bagian punggung jaket itu.

'Jadi dia leadernya?' batin Vino.


TBC

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT! DITUNGGU YA!!❤

DOUBLE V (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang