58. yang lagi ngambang

458 96 89
                                    

💙💚💛

"Jadi ini efek anastesi sampai kapan yah dok?" Tanya KAI pada dokter yang baru selesai melakukan operasi kecil pada Sekar. Sekar menjadi pasien terakhir untuk hari ini dan operasi kecil itu berakhir larut malam.

"Besok pagi paling udah normal mas. Usahakan Mba nya jangan makan di sisi kanan dulu yah! Untuk makannya jangan yang keras-keras juga." Kai cuman manggut-manggut dengerin dokter yang kini sedang menulis sebuah surat ijin sakit serta resep obat.

"Ya Allah apa itu cahaya ilahi. Kenapa panas!" Tanya Sekar pada lampu di kursi dental. Walaupun omongannya ga jelas karena ke ganjal kapan tapi orang yang mendengar Sekar masih bisa mengerti ucapannya.

Dengan cepat KAI menjauhkan tangan Sekar dari lampu dan memberdirikan tubuh gadis berambut terang itu.

"Eh siapa ini? Kok manis?" Perkataan Sekar yang ngelantur malah membuat KAI jadi deg-degan. Tapi setelah itu kembali fokus ngelapin bibir yang ia peganggi karena Sekar ngeces alias ileran. Taulah gimana kalo mulut kebuka mulu gimana.

"Makasii dokter!" Ujar KAI setelah menerima surat dan resep kemudian memasukkannya ke kantung depan bajunya.

"Udah kita pulang dulu yah, biar bisa istirahat." Terang KAI lalu keluar dari ruangan bersuhu rendah itu.

Karena mereka pengunjung terakhir saat mengantri di apotek pun tidak seberapa lama.

"Kak salep luka bakarnya yah!" Pinta sebuah suara saat KAI membayar obat Sekar.

"Lah Juli?!" Kaget KAI saat melihat siapa dibelakangnya.

"Eh elu? Ngapain?" Tanya Juli.

"Ini bawa Sekar ke dokter. Dia abis ngangkat gigi bungsunya." Jelas KAI.

"Oh! Itu dia ngapain tuh?" Sekar lagi julurin tangannya ke angkasa.

"Itu efek anestesi jadi agak gitu deh." KAI kini memiringkan kepalanya melihat ke angkasa juga. Mana tau ada sesuatu yang menarik di sana.

"Tangan lu kenapa?" Tanya KAI lagi saat melihat lengan Juli yang memerah.

"Ini tadi kena wajan panas di dapur." Jelas Juli langsung membuka salep itu ditempat karena sudah membayar saat KAI memperhatikan Sekar.

"Dapur kita?" Tanyanya bingung karena jauh sekali rumah dengan praktek dokter disini.

"Bukan itu dapur tempat kerja gue yang baru." Juli nyoba buat olesin cuman agak susah akhirnya KAI ambil alih salepnya.

"Sini gue bantuin." KAI meggangin tangan Juli dan Juli pun meggangin lengan bajunya.

"Mah KAe!" Pekik Sekar dan buat KAI kaget.

"Iya?" Tanya KAI setelah selesai membantu Juli dan memberikan salepnya setelah di tutup erat.

"Kok badan ku jadi tinggi gini?" KAI panik karena kini Sekar sudah manjat di kursi tunggu sambil nangkepin bahan promosi obat cacing yang bentuknya emang menarik.

"Ya Allah gini amat ngurusin orang ngambang!" Sambat KAI sambil nangkep badan Sekar supaya ga jatuh dari kursi.

"KAI gue balik kerja dulu yah!" Pamit Juli.

"Eh elu kerja dimana emang?" Juli pun berbalik lalu menunjuk bangunan di sebrang jalan.

"Itu yang gedung sebelah Bank Syariah." KAI manggut-manggut masih melukin badan Sekar yang masih pengen nangkep benda di langit-langit itu.

"Tihati!" Kata KAI yang mukanya kini di uyel-uyel oleh Sekar.

"Iya lu juga." Akhir Juli sebelum menyebrang.

[Complete] KAWAN 2 ©2021| AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang