75. yang pasang badan

386 93 47
                                    

💚💛💙

Sean baru menyelesaikan laporan untuk di kumpul nanti pagi kebetulan ia harus mengejar waktu untuk bisa di mutasikan kembali ke kampung halamannya.

Kembali Sean terdiam di depan layar komputernya, melepaskan kacamata frameless itu dan memijit pangkal hidungnya.

Mata Sean melihat jam di hapenya kemudian melihat notifikasi. Tidak ada yang istimewa hanya spam promo gratis ongkir dan beberapa voucher diskon. Headset yang sedari tadi ia gunakan pun di lepas.

Masih 2 menit menuju jam 2 malam tapi mata Sean masih segar. Mungkin ini efek kopi yang tadi ia seduh setelah makan malam.

Sean pun mengambil jaket dan juga memakai celana panjang. Mungkin ada sesuatu yang bisa ia lakukan untuk sekedar jalan-jalan di sekitar kompleks perumahan.

Baru saja kaki Sean memakai sandal untuk keluar kamarnya suara sebuah tangisan membuatnya mundur untuk masuk kembali ke kamarnya.

Ihh anjir! Mba Kun apa yah?

Suara lirih nan sendu itu membuat jiwa maskulin di diri Sean seketika menciut. Bisa-bisanya dia mendengar tangis di jam 2 malam. Siapa lagi kalau bukan hantu. Iya kan?

Tetapi suara tangisan itu diiringi oleh suara ingus yang biasa akan selalu meleleh jika manusia menangis.

Eh masa mba Kun ingusan?

Akhirnya Sean kembali melangkah keluar dan menemukan Juli sedang mendekap lututnya sendiri sambil terisak-isak dengan punggung yang bergetar.

Sean kembali masuk ke kamarnya mengambil sekotak tissue kemudian kembali menemui Juli, namun saat mendekat kakinya melambat.

Dengan perlahan Sean mendekati tubuh itu. Sean duduk di ujung sambil mencoba mencari kata yang tepat untuk ia gunakan menghadapi Juli yang sepertinya sangat kacau saat ini.

Sean tidak akan merasa secanggang ini jika kemarin dia ngga ngambek karena perlakuan Juli yang malah bercanda ketika ia sedang serius.

"Jul?" Panggil Sean dan dengan pelan Juli mengangkat kepalanya. Wajahnya yang penuh riasan itu sudah luntur oleh keringat, air mata dan tentunya ingus.

Sumpah ini bocah kenapa ancur banget penampilannya. Mana di depan Sean. Tumben tumbenan ini Juli begini.

"Lu kenapa?" Sean malah mendekat sambil mengelap air mata Juli yang sudah bercampur dengan eyeliner yang luntur itu.

"Sean! Gue sedih!" Saat kata itu keluar dari Juli, aroma alkohol kini memenuhi Indra penciuman Sean.

"Jul? Lu minum?"

7 jam sebelumnya

Tiara, boss sekaligus teman Juli semasa kuliah itu sedang menyiapkan sebuah ruang VIP yang katanya akan digunakan untuk acara besar.

Juli yang masih jadi asisten dapur itu akhirnya menemani beberapa pelayan karena kepala dapur memintanya untuk membantu di luar saja.

Sejujurnya Juli agak kesal sudah cukup lama gadis Purnawan itu menjadi asisten dapur namun tak kunjung diangkat menjadi chef, walaupun asisten dapur gajinya tak kalah menjanjikan tapi dia juga ingin bertanggungjawab dengan suatu masakan dan bukannya sibuk dengan cucian kotor, sabun dan spons cuci piring.

Hingga acara dimulai Juli pun diminta untuk mengganti pakaiannya menggunakan baju pelayan karena Tiara bilang jika jumlah pelayan tidak akan cukup.

Juli mulai melakukan pekerjaan pelayan seperti umumnya, menata meja serta peralatan juga nama tamu sesuai daftar.

[Complete] KAWAN 2 ©2021| AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang