61. Yang ga makan

426 100 66
                                    

Makasih banget untuk yang udah nungguin kalau udah lupa boleh baca part sebelumnya yah!
Ini sengaja aku lompat jauh biar ninggalin part yg ga penting
Happy reading 💕
💛💙💚

"Loh Juli. Masuk!" Sepertinya kini Susan dan Juli lebih akrab karena kini tidak ada embel-embel mba atau Bu sebelum nama Juli.

"Iya kebetulan mertua mas Candra masak opor kambing jadi sekalian bawain buat mba Susan." Tambah Juli dengan senyuman. Sejujurnya berteman dengan Susan merupakan sesuatu yang membuat Juli nyaman terlebih Susan memperlakukan dia dengan sangat baik.

"Ya ampun repot banget, tapi masuk ayok. Cobain masakan ku yang bumbunya dari kamu itu." Susan menarik tangan kanan Juli dan masuk diikuti oleh Sean.

"Oiya tadi ibu saya juga datang dan masak sate paruh." Sean memberikan bungkusan juga untuk Susan setelah keduanya duduk di ruang tamu.

"Wah! Senangnya pasti rumah kalian rame banget yah? Mertua mas Candra sama Juli Dateng buat ngerayain idul Adha." Susan berspekulasi sendiri membuat Juli jadi ingat niat awalnya datang kesini. Dia akan meluruskan hubungan antara dirinya dan Surya.

"Sekar ngga ikut sekalian?" Tanya Susan membuat keduanya saling pandang dan memikirkan hal yang sama. Untuk apa Sekar ikutan?

"Dia masih sakit, kemarin habis cabut gigi bungsu. Makannya masih susah kemana-mana." Jelas Sean dan membuat Susan merespon.

"Ya gimana kan dia saudaranya mas Surya kirain bakal kesini juga."

"Gimana?"

Bukannya pikiran Susan yang diluruskan perkara Juli dan Surya. Kini pikiran Sean dan Juli yang kini diluruskan oleh Susan mengenai Surya dan Sekar yang ternyata saudara kandung.

"Kok Sekar ngga pernah cerita yah."

"Sebenernya Sekar juga baru tahu kemarin. Karena kebetulan wajahnya mirip banget sama Shera." Nama ini terdengar lagi oleh Juli membuatnya semakin pasang telinga mengenai siapa Shera sebenarnya.

"Nah Shera itu temen saya waktu di kampung dulu, cuman kan saya merantau ikut suami. Itu suami sebelum sama mas Surya loh ya. Hahahaha." Sean yang kini Kepalanya mau pecah karena denger cerita penuh cabang yang disampaikan oleh ibu-ibu didepannya pun mencoba untuk menyela.

"Bu Susan sebenernya kita," Juli memegang lengan Sean. Memberikan tatapan agar dia saja yang menjelaskannya.

"Mba sebelumnya saya mohon maaf. Kedatangan kami kesini juga ada maksud lain," Juli pun memperlambat suaranya agar Susan dapat mendengarkan dengan seksama. Agar tidak ada lagi salah paham diantara mereka.

Juli benar-benar menceritakan semuanya, hingga kata yang keluar dari mulut Susan kini adalah, "Jadi Kalian bukan suami istri?" Yang di tanya pun menggeleng.

"Dan kamu mantan pacar suami saya?" Gadis Purnawan itu pun mengangguk.

"Saya menyesal pernah melakukan itu mba. Tapi sungguh, saya juga tidak tau kalau dia sudah berkeluarga." Tambah Juli setelah dicolek Sean karena sadar wajah Susan kini sudah merah padam.

"Sean yang menyadarkan. Apalagi melihat mba dengan, " hampir dia keceplosan menyebutkan Mas Surya seperti yang biasa dilakukan Susan. "dengan Pak Surya terlihat sangat bahagia." Susan menahan tangisnya dengan mengambil nafas pendek dengan cepat bak baru saja berlari mengitari blok.

"Saya hanya ingin meluruskan kesalahpahaman saja." Tambah Juli lagi saat Susan memegang dadanya, sebulir dua bulir air mata kini jatuh di matanya yang berhias makeup.

"Kenapa memang kalau saya salah paham? Saya lebih suka salah paham daripada sakit hati seperti ini. Lagi dan lagi Saya sudah anggap kalian seperti keluarga sendiri, tapi kenapa malah begini jadinya." Suara mba Susan bergetar sepertinya dia shock berat.

[Complete] KAWAN 2 ©2021| AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang