Semakin hari Hyunsik makin penasaran dan tertarik pada Jangmi. Beberapa kali ia menyempatkan diri datang ke club untuk menyaksikan penampilan Jangmi dengan gitarnya. Karena lokasinya lebih mudah dijangkau dibandingkan harus datang ke Museum. Tapi acapkali Hyunsik pergi ke museum hanya untuk menikmati es kopi hitam dan menunggu Jangmi datang untuk berbincang hal yang tak penting.
Jangmi di siang hari berbeda dengan Jangmi yang selalu ia lihat di club. Tapi wajah tenang dan sorot matanya sama. Tetap Jangmi yang pertama kali ia temui di museum seni.
Hari itu selain berbincang, mereka berjalan pelan disekitar taman.
"Eommaku sangat menyukaimu. Aku tak pernah bicara padanya kalau aku bertemu denganmu. Dia bisa pingsan karena terkejut" kata Jangmi.
Hyunsik tertawa kecil. Senyum dan tawa khas hyunsik yang bermata kecil.
"Ajak aku bertemu dengannya" katanya. "Aku ingin bertemu ibu dari wanita pandai bermain musik ini".
"Kau serius, oppa? Kalau iya, siapkan perutmu. Eommaku akan menjejalinya banyak makanan" kata Jangmi. Hyunsik berhenti berjalan dan menatap Jangmi dengan tatapan serius. "Wae?" Kata Jangmi heran.
"Bawa aku bertemu dengannya sekarang. Kami pasti akan sangat cocok" Hyunsik berjalan cepat "dimana sepedamu?" Katanya lagi. Jangmi berjalan cepat menyusulnya.
***
"Kau yakin bisa megendarainya? Ini sepeda wanita pedesaan" kata Jangmi pada hyunsik yang mematung menatap sepeda manis berwarna ungu itu.
"Tentu saja aku bisa" katanya mantap "ayo cepat naik"
Jangmi naik dengan hati-hati. Karena hari ini ia memakai rok, ia duduk di boncengan sepeda dengan posisi menyamping. Hyunsik susah payah mengendarai sepeda itu. Terseok dan tampak ragu-ragu.
"Sudah kubilang kau tak cocok dengannya oppa" kata Jangmi ketakutan.
"Tenang saja Jangmiah, aku profesional" Hyunsik terlalu banyak bicara, ia terseok dan mereka terjatuh di jalanan.
"Oppa gwenchana?" Jangmi menarik sepedanya yang terjungkal dan menindih tubuh Hyunsik.
"Aaah, harusnya aku yang bertanya" kata Hyunsik melihat luka kecil di kaki Jangmi. Jangmi melihatnya.
"Luka kecil" katanya mengulurkan tangan pada Hyunsik agar ia berdiri.
"Ibumu akan membunuhku" kata Hyunsik.
"Ya, kau akan dicincang halus dengan pisaunya"
"Kau benar-benar mengerikan" Hyunsik membersikan bagian belakang celananya.
"Kemudikan lagi dengan lebih hati-hati"
"Baiklaaaaaah, ayo naik"
Hyunsik mengangkat sepeda Jangmi yang tak kenapa-kenapa dan menyuruh Jangmi naik lagi. Kali ini Hyunsik bisa mengemudikannya dengan tenang. Ia menikmatinya. Pemandangan indah dari ladang-ladang milik petani setempat. Beberapa terlihat sedang menggembala.
"Oppa" tiba-tiba Jangmi memanggilnya
"Hmmm"
"Punggungmu luas sekali" kata Jangmi yang memegangi pinggang jacket Hyunsik. Hyunsik tersenyum geli. Wanita kecil itu jujur sekali.
"Kau menyukai punggungku?" Kata Hyunsik gemas
"Apakah semua idola seperti ini?"
Hyunsik tergelak.
"Perhatikan jalananmu, oppa" rengek Jangmi.
"Maafkan aku, tapi kau sangat lucu" Hyunsik sedikit terseok. Hatinya terasa hangat.
Akhirnya mereka sampai di rumah Jangmi. Rumah khas pedesaan yang sejuk. Mereka masuk dan Jangmi memberi salam.
"Jangmiaaah, tumben sekali pulang jam ..." Eommanya terhenti begitu melihat Jangmi tak datang sendiri. Eomma dan Hyunsik bertatapan.
"Eomma, dia ..."
"Ada apa dengan kakimu?" Eomma melihat luka kecil di kaki Jangmi yang terluka "kau" katanya menunjuk Hyunsik dengan pisau tajam di tangannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Fanfic"Aku salah, tapi cintaku tidak" Hyunsik menggenggam tangan kurus itu dan mencium bibir wanita itu dengan hangat. Ia sudah memastikan, dan memutuskan ...