KELEMAHAN

73 10 12
                                    

Percobaan bunuh diri. Eunkwang begitu kehilangan Lily dan tertekan. Selama ini Lily yang selalu menjadi tempatnya bicara. Sejak kematian Lily seminggu lalu. Eunkwang tak banyak bicara. Hyunsik pikir ia akan baik-baik saja. Tapi ternyata tidak hanya Hyunsik, bahkan tak pernah terpikirkan member lain bahwa Eunkwang akan melakukan itu.

Hyunsik duduk disamping Peniel tanpa sempat berganti pakaian.

"Tidak ada yang boleh meninggalkannya" kata Minhyuk.

"A .. aku" Changsub tak mampu berkata-kata.

"Aku tak tau apa yang terjadi jika Peniel tak kembali untuk mengambil ponselnya yang tertinggal" kata Minhyuk.

Hyunsik akhirnya paham.

Hari itu selepas makan siang. Dorm ditinggalkan oleh beberapa member karena mereka ingin melakukan kegiatan diluar rumah. Hanya ada Peniel dan Eunkwang. Peniel memang tak banyak bicara karena tak begitu lancar menggunakan bahasa Korea. Ia hanya mandi dan bicara bahwa akan pergi workout bersama seorang manager. Eunkwang mengangguk saja dan Peniel berlalu. Tapi ia lupa tak membawa ponselnya ia naik lagi dormnya dan mengambil ponselnya. Ketika hendak kembali turun, ia curiga karena tak mendengar apapun dari Eunkwang. Eunkwang biasanya akan keluar dari kamarnya dan bertanya. Tapi kali ini tidak. Eunkwang tak bersuara. Peniel kembali masuk dan mengetuk pintu kamar Eunkwang. Tak ada jawaban, berbekal intuisinya dan daya ingatnya, Peniel menemukan kunci cadangan tiap ruangan dan membuka paksa ruangan Eunkwang.

Eunkwang disana dengan leher terlilit. Ia menangis melihat Peniel. Peniel segera menyambar pisau daging dan menarik sebuah bangku. Eunkwang selamat. Tubuhnya lemas dan terasa panas. Peniel menangis kencang dan memeluknya. Eunkwang pingsan, Peniel menelepon Minhyuk dan managernya. Semua pulang.

Hyunsik menatap ponselnya dan ada panggilan tak terjawab dari Ilhoon. Ia sedang dalam prjalanan pulang ketika Ilhoon meneleponnya.

"Mianhae" katanya pelan. Ilhoon mengusap pundaknya. Changsub menenangkan Sungjae yang masih menangis.

***

Sejak hari itu Hyunsik tak pernah meninggalkan Eunkwang sendirian. Kalaupun terpaksa, ia harus memastikan salah satu adiknya atau Hyungnya ada dirumah. Mereka harus memegang kunci. Bahkan ia berencana memasang cctv di kamar Eunkwang. Namun Minhyuk menolaknya, itu terlalu berlebihan.

Eunkwang bagi Hyunsik sebagian dari darahnya. Ia ingat ketika mereka memulai trainee bersama. Eunkwang orang yang luar biasa. Ia banyak belajar dari hyungnya bagaimana caranya punya mental yang kuat menghadapi tekanan. Eunkwang juga yang membuat Changsub kembali ke Cube dan Eunkwang yang meyakinkan bahwa kelak grup mereka akan jadi grup yang ternama.

Hari itu ia tersadar bahwa sekuat apapun Eunkwang, ia tetap manusia. Ia lemah sama seperti manusia lain. Lily juga bukan orang lain untuk Hyunsik. Ia ingat ketika mereka mulai memasukin dorm, Lily selalu datang membawakan Eunkwang makanan. Ia selalu menjadi orang yang pertama kali tau segalanya tentang BTOB. Lily wanita bijaksana. Ia bahkan jarang mengganggu Eunkwang. Di hari libur, Eunkwang akan mendatangi Lily dan mereka akan menggodanya. Itu terlalu manis. Ia paham betul kenapa Eunkwang jadi selemah itu.

"Lehermu masih sakit?" Katanya bertanya pada Eunkwang. Eunkwang menggeleng. Wajahnya pucat dan matanya menghitam.

Terjadi kesunyian panjang disana. Eunkwang menolak dibawa ke rumah sakit. Hyunsik menemaninya malam itu tanpa banyak bicara.

***

"Eomma" Jangmi tersenyum melihat Eommanya sedang membersihkan meja makan. Wanita itu tersenyum.

"Kenapa tersenyum begitu?" Tanya Eommanya

"Aku berkenalan dengan seorang penyanyi di Museum" Jangmi tersipu.

Air muka Eommanya berubah jadi tak suka.

"Ganti pakaianmu, bantu eomma mengupas lobak" katanya sambil berlalu.

Jangmi menatap punggung kuat wanita tua itu. Ia memeluknya. Eomma tersenyum. Jangmi tau ia tak boleh terlalu percaya diri dan mungkin terlibat lebih jauh dengan oppa yang baru saja ditemuinya. Ia beranjak ke kamarnya dan menatap foto usang di sudut kamarnya dan tersenyum dingin.

***

BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang