Hyunsik memberi Deiji sepasang piyama miliknya yang tentu saja kebesaran. Hyunsik sudah menunggunya membersihkan diri, lengkap dengan obat-obatan yang tadi ia beli. Semua memilih untuk tak ikut campur. Hanya Ilhoon yang terlihat ingin tau dengan mondar-mandir ke dapur.
Deiji mengelilingkan pandangannya. Apartemen itu keren dalam pandangannya yang selama ini tinggal di rumah bersekat papan bersama appanya. Baru kali ini ia datang ke dorm sebuah grup idola.
"Kemari" titah Hyunsik. Deiji menurut saja. "Kau bisa mati kedinginan kalau tidur diluar" Hyunsik membuka bungkus alkohol dengan cekatan. "Duduk menghadap ke arahku" katanya.
Kali pertama mereka bertatapan langsung. Hyunsik bersikap normal. Tapi wajah Deiji menyemu merah. Ia tersipu. Hyunsik mulai membersihkan luka Deiji dengan kasa alkohol kecil.
"Aaaaak!" Teriak Deiji.
"Diamlah, jangan bergerak" Hyunsik memegangi wajah Deiji. "Kenapa tak pulang dan masih terlibat masalah dengan rentenir? Kau menyusahkan appamu" kata Hyunsik kejam.
"Hutangku masih ada, mereka mengejarkan dan aku bahkan tak punya uang untuk tidur di sauna" katanya. Hyunsik menghela nafas.
"Lalu kenapa berhutang?" Tanya Hyunsik akhirnya. Deiji ragu apakah harus ia menceritakannya pada Hyunsik. Hyunsik membubuhkan obat merah pada cottonbud kecil dan menempelkan perlahan pada luka di wajah dan ujung bibir Deiji dengan lembut.
"Jangmi, pasti beruntung sekali punya pacar seperti oppa" kata Deiji pelan. Hyunsik berhenti. Menatapnya.
"Kau harus hidup dengan baik jika mau punya pacar seperti aku" kata Hyunsik. Deiji membuang muka.
"Benar. Hidupku jauh dari baik seperti Jangmi" ia menerawang. "Aku tak sekolah dengan baik, appaku tak sukses dan harus bekerja keras, aku harus selalu membelikannya vitamin penambah darah atau dia akan kesulitan bekerja. Vertigonya akan kambuh dan ia tiba-tiba pingsan" Deiji menatap Hyunsik.
"Maafkan aku" kata Hyunsik.
"Aku bekerja dengan gitarku setiap malam agar bisa membelikannya vitamin, dan orang2 brengsek itu menghancurkannya" mata Deiji berkaca-kaca.
"Lukamu belum selesai kuobati" kata Hyunsik mengambil salep untuk mengurangi memar. Deiji beralih lagi padanya. Hyunsik menyentuh wajah Deiji dan mengusapnya lembut. Mereka bertatapan. Ada keheningan lama disana.
BRAK!!, Pintu kamar Sungjae terbuka.
"Aku tak tahan lagi, apakah kalian berciuman?" Kata Sungjae sembarangan. Peniel menariknya. Ilhoon keluar dari kamarnya bersama Changsub.
"Kau menguping?" Tanya Ilhoon pada Sungjae.
"Kita juga kan?" Changsub membela Sungjae. Minhyuk keluar dari kamarnya. Eunkwang menyusul. Ia memukul kepala adik2nya dengan koran.
"Kenapa keluar dari kamar kalian?! Aaaaaah aku menanti apa yang terjadi kemudian! Dasar bodoh!" Eunkwang kesal.
Hyunsik mendengus kesal menatap tajam satu persatu hyung dan adiknya.
"Maafkan mereka Deiji" kata Hyunsik. Deiji menunduk saja, tersipu malu.
Pandangan Deiji teralihkan pada sosok kecil yang keluar dari kamar Sungjae. Ia berjalan mendekatinya. Semua member menatapnya. Deiji kembali duduk menggendong dan mengusap Sami.
"Kucing cantik" katanya.
"Putriku" kata Sungjae dengan bangga.
"Kekasihku" Hyunsik menambahkan
"Gadis manisku" Changsub tak mau kalah. Deiji menatap mereka bertiga bergantian.
"Sayang tak dirawat dengan baik" katanya tajam.
"Apa maksudmu? Dia memperoleh penuh cinta dirumah kami" kata Hyunsik.
"Kecuali aku, aku tak mencintai si kaki empat itu" Ilhoon mendelik.
"Bulunya kusam dan sedikit rontok, tubuhnya sedikit kurus dan ia berkutu. Jika ia dirawat dengan baik, seharusnya kalian bisa tau itu. Kau tak memberinya makan?" Tanya Deiji.
Hyunsik mengambil bungkus makanan Sami yang diletakan dekat pot disamping sofa.
"Pantas saja. Kalian mengandalkan makanan instant" kata Deiji "apakah kalian membawanya untuk vaksinasi? Atau sekedar mandi di tempat mandi yang benar? Bulunya harus dirawat" kata Deiji lagi. Semua terdiam.
"Darimana kau tau itu semua?" Tanya Changsub. Deiji diam.
"Aku mencintai kucing, appaku tidak. Aku tak bisa memelihara kucing dirumah. Maka aku jadi volunteer di sebuah penangkaran kucing jalanan. Aku merawat mereka setiap pagi" katanya dengan wajah ceria.
Hyunsik menatapnya. Deiji asik menceritakan tentang bagaimana ia merawat kucing-kucing itu kepada hyung dan dongsaengnya. Baru kali itu ia melihat Deiji bicara dengan binar di wajahnya. Wanita berhati lembut.
"Cantik" kata Hyunsik pelan. Tak ada yang memperhatikannya. Tapi hatinya menghangat. Deiji, menyukai Sami.
***
"Tidurlah di dalam, aku akan tidur bersama Eunkwang Hyung" kata Hyunsik sembarangan.
"Aku bisa tidur disini" kata Deiji.
"Mana mungkin wanita tidur di luar" hyunsik berkeras.
"Ya!! Aku tidur dimana?" Ilhoon bingung karena ia dan Hyunsik sekamar.
"Disini" Hyunsik menunjuk sofa sembarangan.
"Aku tidak mau!" Kata Ilhoon
"Sudahlah, aku tidur disini" kata Deiji
"Kau, bisa tidur bersamaku, aku tak menyentuh wanita" kata Eunkwang. Semua adiknya mendelik tajam "atau mungkin aku kau tidur disini saja" ia berbalik dan masuk ke kamarnya.
"Kalau kau berkeras, baiklah" Hyunsik mengambilkan bantal dan selimut hangat "ketuk pintu kamarku jika butuh sesuatu" katanya.
Malam itu berakhir. Semua tidur di tempatnya masing-masing. Deiji tidur dengan cepat dan merasa nyaman berada disana. Sami tidur di pangkuannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Fanfiction"Aku salah, tapi cintaku tidak" Hyunsik menggenggam tangan kurus itu dan mencium bibir wanita itu dengan hangat. Ia sudah memastikan, dan memutuskan ...