AIR MATA DEIJI

65 9 22
                                    

"APA? KEMBAR?!" Eunkwang terbelalak. Hyunsik menceritakan rangkaian kejadian yang bahkan ia sendiri masih belum percaya.

"Saudarinya hidup di kota, namanya Deiji. Orang yang selalu aku lihat di club, ternyata itu Deiji. Bukan Jangmi" Hyunsik menenggak bir botolannya. Eunkwang diam saja. Tak habis pikir.

"Yang kau sukai itu ... Jangmi, kan?" Tanya Eunkwang. Hyunsik mengangguk.

"Kami berpacaran" katanya santai. Eunkwang memincingkan mata "tenang saja, aku akan berusaha menjauhi media"

"Aku tak mempermasalahkan itu" kata Eunkwang

"Lalu?" Hyunsik menatapnya

"Kau bisa berpacaran?"

"Ya!!" Hyunsik menatap Eunkwang dengan sebal "aku tak akan membuang-buang waktu dan kesempatan sepertimu"

Eunkwang tersenyum getir.

"Dia gadis yang baik, Hyunsikah"

"Aku bisa melakukannya dengan lebih hebat dibandingkan Minhyuk Hyung, dan aku akan membanggakannya"

"Aku? Ada apa ini?" Minhyuk menyembul dibalik pintu

"Adikmu punya pacar" kata Eunkwang.

"Benarkah? Dia cantik?, wanita seksi?, kau sudah berciuman dengannya?, kau menidurinya?" Minhyuk bertanya tanpa jeda. Hyunsik menatapnya tajam. Ia mengerlingkan mata.

"Dia gadis desa, apanya yang seksi. Pakaiannya terlalu feminim dan tertutup seperti nenek-nenek" Ilhoon ikut serta.

"Jangan membicarakan Jangmiku sembarangan"  Hyunsik memukul kepalanya.

"Jangmiku, Jangmiku!! Aiiish!!" Ilhoon kembali ke kamarnya. Ia mungkin tak mendengar soal Deiji tadi saat Hyunsik dan Eunkwang membicarakannya.

***

Malam itu Hyunsik mengajak Changsub pergi ke club. Ada penampilan musik langsung disana.

Seperti biasa mereka duduk di sebuah pojok VIP dan memesan dua jenis minuman.

"Jadi saudarinya yang tampil disini? Kenapa kau tak menemui kekasihmu? Malah menemuinya disini?" Tanya Changsub

Hyunsik diam saja. Entah kenapa?. Ia sendiripun merasa aneh. Tapi ia harus mengakuinya, ia lebih suka melihat penampilan musik Deiji dibanding penasaran dengan gaya bermain piano Jangmi. Lagipula menurut Hyunsik, Jangmi pergi ke pusat latihan di waktu yang berbeda. Apa sulitnya pergi lagi besok.

Seorang MC membawakan acara dengan meriah dan teriakan dari pengunjung. Tapi sayang, yang mengisi acara malam itu bukan Deiji. Ada sedikit rasa kecewa di hati Hyunsik. Ia begitu penasaran. Ia pergi mendekati seorang staff dan bertanya.

"Permisi, tuan" katanya pada seroang staff laki-laki dekat kasir "kemana wanita kecil berambut panjang yang biasanya mengisi acara?" Lelaki itu menatap Hyunsik dalam remang.

"Oriza satyva?"

"Nggg????" Hyunsik bingung.

"Deiji kan?" Katanya. Hyunsik mengangguk "gitarnya dihancurkan penagih hutang beberapa hari lalu dan ia babak belur. Itu, rongsokan gitarnya masih ada di belakang sana" katanya menunjuk bagian belakang club "kalau kau menantinya, berputarlah 2 blok dari sini dan temukan bagian belakang club ini. Katanya sambil berlalu.

Hyunsik begitu penasaran. Ia meninggalkan Changsub dan pergi keluar. Berjalan cepat sampai menemukan ujung bangunan dan mengitarinya, kemudian berjalan lagi memasuki gang sempit dengan penerangan remang. Dan menemukan bagian belakang Club.

Ia menemukan Deiji disana terduduk sambil menangis memegangi gitarmya yang hancur.

"Deiji?" Panggil Hyunsik. Deiji mendongakkan kepala. Ia terkejut dan menghapus air matanya "gwenchana?" Tanya Hyunsik. Deiji bangkit dan tak mengatakan apapun.

"Bagaimana sekarang aku bisa mencari uang?" Katanya tersenyum getir.

"Maafkan aku" Hyunsik meminta maaf tanpa alasan.

"DEIJI!!!" 3 orang pria besar menghampirinya. Deiji membuang muka dan mendengus sebal.

"Kalian mau memukuliku dan menagih hutang? Gitarku rusak. Bagaimana aku bisa menghasilkan uang untuk bayar hutang?" Katanya kesal. Salah satu dari 3 orang tadi meludah ke jalanan.

"Kami tak peduli" katanya

"Yasudah terserah saja" Nada bicara Deiji terdengar pasrah. Salah satu laki-laki besar lain menarik rambutnya.

"HEI!!" Sergah Hyunsik. Ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang "ini, pergilah malam ini, ini membayar hutangnya?" Tanya Hyunsik.

Laki-laki itu melepaskan Deiji dan menghitung uang yang diberikan Hyunsik.

"Tentu saja tidak, baru sepertiganya, tapi yasudah. Aku akan melepaskanmu malam ini, Deijiah" mereka bertiga berlalu.

Hyunsik menatap Deiji kasihan. Ia membenarkan sedikir rambut Deiji yang berantakan.

"Gwenchana?" Tanya Hyunsik. Air mata Deiji jatuh.

"Aku akan membayarnya, tuan" katanya parau

"Kau bisa memanggilku oppa" kata Hyunsik. Deiji mengangguk saja. Entah datang kekuatan dari mana Hyunsik menghapus air mata Deiji dengan lembut. Deiji diam saja. Mereka bertatapan.

"OPPA?!" Sebuah suara mengagetkan mereka.

Jangmi? Sedang apa ada disini?" Jangmi berdiri di jalanan sempit. Menatap Hyunsik dan Deiji dengan tatapan dingin.

***

BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang