AKU SUKA OPPA

64 10 5
                                    

"Kau tau aku sedang punya banyak waktu untuk berlibur" kata Hyunsik dalam perjalanan menuju rumah Jangmi. Mereka berjalan pelan seolah tak ingin cepat sampai rumah. Hanya hati Hyunsik yang berdetak dengan cepat. Pasalnya Jangmi hari itu sangat manis dengan pita jingga yang ia kenakan.

"Suatu hari jika kau sibuk, kau pasti akan melupakanku" kata Jangmi. Langkah Hyunsik terhenti. Jangmi terus berjalan sampai tersadar oppanya berhenti. Ia berbalik dan menatap Hyunsik.

"Itu sulit kan?" Kata Hyunsik "Jangmissi membuatku selalu ingin datang kesini untuk menemuinya" kata Hyunsik. Jangmi mendekatinya.

"Kau bicara apa? Aku tak mendengarnya"

"Ah, aku hanya bergumam, pita rambutmu bagus sekali" kata Hyunsik "Jangmiah, aku boleh bertanya sesuatu?"

"Apa itu?"

"Kau dan eomma mu hidup berdua?" Tanya Hyunsik hati-hati. Sekarang Jangmi yang terhenti. Hyunsik menatapnya.

"Ya, eomma dan appaku bercerai saat aku kecil dan aku hidup bersama Eomma" kata Jangmi membuang pandangannya ke arah padang rumput yang luas. Ia tiba-tiba duduk di pinggir jalan. Rumahnya sudah dekat, tapi Jangmi ingin bercerita. Hyunsik duduk di sampingnya.

"Usiaku 8 tahun saat mereka bertengkar hebat. Ayahku seorang pekerja tetap di sebuah pabrik di dekat sini. Ia sangat menyukai musik sampai ia melepaskan pekerjaannya. Ayahku berkeras mengajak Eomma pindah ke kota dan mewujudkan impiannya menjadi seorang musisi. Tapi eomma tak mau, baginya menjadi seorang musisi bukan sebuah pekerjaan" Jangmi menatap Hyunsik. "Oppa, sudah menghasilkan uang dari menjadi seorang idola?" Tanya Jangmi tajam.

"A ... aku" Hyunsik menunduk. Ia menyadari ucapan Jangmi ada benarnya. Walau perusahaan sudah membayarnya setelah debut 3 tahun, tetap saja itu belum bisa membeli kemewahan yang dikatakan orang-orang tentang menjadi idola.

"Ia selalu bilang padaku untuk tak berhubungan dengan seorang musisi. Bukan karena tak boleh, ia hanya takut hidupku berakhir sepertinya". Jangmi dan Hyunsik bertatapan.

"Lalu bagaimana kalian hidup?"

"Eomma menyewakan tanahnya untuk petani dan penggembala. Ia dapat uang setiap bulan dari penyewa. Aku tidak sekolah tinggi oppa, aku hanya sekolah sampai SMU" Jangmi tersenyum.

"Tapi kau pandai bermain musik"

"Darah ayah ibuku begitu kental, kan? Appaku seorang musisi, ibuku penyanyi yg hebat"

Kini hyunsik mengerti darimana datangnya bakat Jangmi.

"Aaaaaah, sayang sekali tak boleh berpacaran dengan musisi. Belum apa-apa sepertinya aku sudah ditolak" kata Hyunsik tertawa datar.

Jangmi menatap lekat wajah lelaki Introvert di sampingnya.

"Aku menyukai oppa" katanya lembut. Hyunsik menatapnya.

"Kau menyukaiku?" Tanya Hyunsik tak kalah lembut. Jangmi mengangguk.

"Apa tak apa-apa orang sepertiku menyukai idola?" Kata Jangmi. Hyunsik tersenyum. Mereka bertatapan dalam. Mata Jangmi memantulnya warna matahati sore yang indah. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Jangmi. Jangmi diam saja.

"Harus berapa lama aku menunggu kalian? Aku kelaparan!!" Suara Ilhoon mengagetkan mereka berdua. Jangmi mundur. "Aku .. mengganggu?" Tanya Ilhoon.

Hyunsik mendengus sebal. Jangmi bangkit mengulum senyum malu.

"Ayo kita makan malam" kata Jangmi tak berani menatap Ilhoon. Ia berjalan cepat. Hyunsik bangkit menatap tajam pada Ilhoon. Kemudian memukul kepala Ilhoon dengan segenap jiwa raga.

"Yaissssh!!! Sudah berapa kali seharian ini kau memukul kepalaku?!" Rengek ilhoon.

***

Mereka pulang dan Eomma sudah menyiapkan banyak makanan seperti biasa.

"Wuaaah, bibi benar-benar memasaknya sendiri? Ini semua kelihatan enak" kata Ilhoon menatap semua masakan di atas meja.

"Makanlah sampai kenyang" kata Eomma tersenyum senang.

"Eomma" kata Jangmi pelan. Eomma menoleh "aku ..." ia diam. Hyunsik dan Ilhoon ikut diam "aaaah, tak jadi. Aku lupa apa yang mau kubicarakan. Ayo makan" kata Jangmi.

Hyunsik menatap air wajah Jangmi yang berubah sendu. Ia diam saja. Tak ingin bertanya lebih jauh.

***

BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang