JANGMI DAN DEIJI

58 9 10
                                    

Mereka semua duduk dalam keheningan. Hyunsik tak percaya dengan pengelihatannya. Jangmi ada dua. Eomma membersihkan luka di wajah Jangmi lain. Wanita itu terbangun.

"A .. aku" katanya lirih.

"Deijiaaah" Eomma mengusap wajahnya dan menangis.

"Eom ... Eomma" katanya mengusap air mata Eomma. Hyunsik menatap Jangmi. Tak sengaja ia melihat Jangmi membuang muka. Mata Jangmi berkaca-kaca. Ia pergi mengambil sandalnya dan keluar dari rumah. Hyunsik menyusulnya.

"Jangmi!!, Jangmiah ... Park Jangmi!!!" Katanya menarik lengan Jangmi. Jangmi menangis pilu. Hyunsik memeluknya. Entah ada apa dengan gadis bernama Deiji itu. Kenapa membuat Jangmi sesedih ini.

"Kenapa kau membawanya kemari, oppa?" Kata Jangmi disela tangisannya. Hyunsik diam saja dan memeluk Jangmi semakin erat. Ia bahkan tak tau apa-apa sekarang.

"Mianhae"

***

Jangmi diam saja, malam itu mereka duduk di sebuah ayunan taman di dekat rumah warga. Tak banyak kegiatan dan penerangan malam itu. Hanya beberapa lampu jalan dan lampu taman redup. Jangmi belum mau kembali ke rumah.

"Deiji adalah saudari kembarku" kata Jangmi membuka suara.

"Kembar?" Hyunsik hampir tak percaya dengan pendengarannya.

"Ia ikut appa saat kedua orang tua kami bercerai. Aku membencinya sejak itu. Karena appa memilihnya, tidak memilihku untuk pergi ke kota dan menjadi musisi". Kata Jangmi lirih menatap sorot lampu taman "sejak itu aku berjanji untuk hidup bahagia berdua dengan Eomma tanpa mengingat-ingat keberadaan appa dan deiji. Aku Park Jangmi dan dia Kim Deiji. Kami dua orang yang berbeda" Hyunsik meraih tangan Jangmi dan menggenggamnya dengan hangat.

"Jadi, Ilhoon tak salah mengira. Bisa saja itu Deiji" kata Hyunsik.

"Eomma hanya memperbolehkanku mengikuti kursus piano klasik di kota" kata Jangmi. Ia menyunggingkan seutas senyum dingin.

"Kenapa berbohong pada Eommamu? Kau pergi ke club dan bermain gitar dengan hebat dengan suara indahmu setiap senin dan rabu. Itu mengesankan" kata Hyunsik. Jangmi menatapnya.

"Bahkan yang kau lihat bukan aku, oppa" katanya sedih.

"Apa maksudmu? Jadi selama ini yang kulihat .... " Hyunsik terdiam. Jangmi mengangguk lemah.

"Deiji, itu pasti Deiji" Hyunsik tercekat. Dia bisa saja menjadi gila. Dia menyukai Jangmi yang ada di museum dan Deiji yang ada di club? Itu pasti sangat aneh.

"Kau pasti menyukainya" Jangmi menatap lirih Hyunsik yang langsung salah tingkah.

"A .. aku" Hyunsik bangkit. Ia mendekati Jangmi. Jangmi menatap lembut wajah Laki-laki itu dalam cahaya remang dan membelainya penuh kasih. Hyunsik mengecup kening Jangmi.

"Aku menyukai Jangmi" katanya pelan dengan suara beratnya.

"Benarkah?" Jangmi menatapnya dengan pandangan sendu. Hyunsik membungkukkan tubuhnya perlahan dan mengecup bibir Jangmi dengan hangat.

"Benar" katanya melepaskan kecupan dan tersenyum. Jangmi ikut tersenyum, dan memeluk Hyunsik dengan erat.

***

Mereka kembali ke rumah dengan bergandengan tangan. Eomma mendelik tajam. Jangmi melepaskan genggaman tangan Hyunsik. Ia melihat semua orang termasuk Sungjae dan supirnya sudah berganti pakaian.

"Lampu menuju kota biasanya dipadamkan setelah bis terakhir. Kalian menginap disini malam ini" kata Eomma. Deiji diam saja, ia mengenakan piyama serupa milik Jangmi. Jika wajahnya tak memar, ia benar-benar mirip Jangmi.

"Bibi memberi kami pakaian ini. Kekecilan untukkku" kata Sungjae memperlihatkan piyama yang dikenakannya. Sangat cocok dengan supir mereka, tidak dengan tubuh sungjae yang besar.

"Bertahanlah sampai besok, itu pakaian milik kekasihku" kata Eomma tajam.

"Ne, mianhae" kata Sungjae. Eomma memberikan satu stel untuk Hyunsik.

"Terima kasih bibi" Hyunsik menerimanya.

"Beristirahatlah, kalian bertiga akan tidur disini" kata Eomma. Semua mengangguk.

"Aku ...." Deiji membuka suara, mereka semua melihat ke arahnya "boleh tidur dengan eomma malam ini?" Katanya menunduk. Hyunsik melirik Jangmi yang memasang wajah tak suka.

"Tentu, Deiji akan tidur dengan Eomma malam ini" kata Eomma. Jangmi bangkit dan berlalu. Menutup pintu dengan keras tanpa bicara sepatah katapun.

Mereka tidur dalam keheningan, hanya suara jangkrik pedesaan dan dengkuran keras Sungjae yang terdengar.

Mata Hyunsik sulit terpejam, selain karena dengkuran Sungjae, entah kenapa ia gelisah memikirkan banyak hal.

Ia bingung akan perasaannya sendiri. Ini karena Jangmi. Jangmi yang selalu ingin ia temui di museum adalah Jangmi yang selama ini selalu ia lihat di club malam sebelumnya.

***

BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang