Ilhoon duduk dan menyambar bir kaleng yang Deiji sediakan untuk Hyunsik. Ia membukanya dan meneguknya pelan.
"Kau menunggunya?" Tanya Ilhoon. Deiji diam saja, membuang pandangannya ke tempat lain.
"Dia ..."
"Dia tak akan datang" Ilhoon menatapnya "ia mungkin bermalam dirumah kekasihnya" Deiji menoleh dan mengangguk pelan.
"Tentu saja" kata Deiji pelan.
"Kau ... menyukai Hyungku, Deiji?" Ilhoon menelisik. Deiji menatap Ilhoon lekat-lekat. Ia tak mau menjawabnya. "Hentikan jika kau menyukainya. Aku tak mau melihat Hyungku jadi laki-laki brengsek karena menyakiti hati wanita. Kau mengerti maksudku, kan, Deiji?" Ilhoon bangkit dan berterima kasih atas bir yang Deiji biarkan ia meminumnya. Lalu pergi tanpa peduli perasaan wanita itu.
Deiji menengadahkan wajahnya menatap langit. Matanya berkaca-kaca. Ia hampir menangis tapi berusaha menepisnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan meyakinkan diri sendiri bahwa ia bukan perusak hubungan orang lain.
"Lupakan saja, Deiji" katanya pada diri sendiri.
***
Hyunsik meminta supir mengemudikan mobil dengan cepat menuju kota. Ia harus segera menemui Deiji, tapi bayangan wajah Jangmi yang murung seolah menghantuinya. Ia resah. Ia harus menemui yang mana. Sesampainya di perbatasan ia meminta supir berhenti. Ia diam cukup lama dan berpikir keras, lalu mendengus kesal karena membenci sikapnya yang plin-plan.
"Putar arah, kita kembali ke rumah Jangmi" katanya pada supir "pulanglah setelah mengantarku"
***
"Kau ..." Jangmi terkejut melihat Hyunsik berdiri di hadapannya. Hyunsik tersenyum dan memeluknya.
"Aku dihantui wajah wanitaku yang murung. Mana mungkin aku membiarkannya sendirian" kata Hyunsik menyesap aroma tubuh Jangmi. "Buatkan aku ramyeon yang pedas, aku lapar. Ingin makan nasi"
Jangmi tersenyum ceria. Ia tak kesepian lagi malam itu.
***
"Oppa" kata jangmi membantu Hyunsik mengenakan piyamanya.
"Hmmm" gumam Hyunsik dengan suara beratnya yang memikat.
"Dua minggu lagi aku ulang tahun. Kau mau merayakannya denganku?" Hyunsik mengangkat wajah Jangmi
"Kau ulang tahun? Mau hadiah apa dariku?" Katanya tersenyum manis
"Aaah, kau bersamaku saja sudah jadi hadiah terbaik tahun ini. Haruskah kita makan malam bersama dan meniup lilin?" Kata Jangmi
"Asal setelah itu bisa bercinta denganmu aku akan menyiapkan segalanya" goda Hyunsik. Jangmi tersipu. Memeluk tubuh lelakinya dan mengecup pipi Hyunsik yang bulat dengan penuh cinta.
"Kau adalah hadiah terbaik untukku di tahun ini dan seterusnya" Kata Jangmi. Mereka berciuman mesra dan segera tidur.
***
Jangmi tidur pulas dengan senyuman indah dipelukan Hyunsik. Hyunsik menatap wanita itu dengan penuh cinta.
"Kau berulang tahun? Kalau begitu ... Dia juga kan?"
Hyunsik termenung. Ada sedikit perasaan bersalah pada Deiji malam ini karena ia ingkar. Tapi di satu sisi ia bersyukur karena bisa menemani wanita terbaiknya malam ini. Ia mengecup puncak kepala Jangmi dan berusaha memejamkan mata.
"Maafkan aku, Deiji" katanya lirih.
***
Setelah hari itu. Hyunsik berusaha untuk membatasi diri agar tak menemui Deiji di penangkaran Kucing. Ia terus membangun komunikasi yang penuh cinta dengan Jangmi. Tapi terkadang ia menjadi gila karena seperti orang yang berpura-pura kuat menahan rindu. Hyunsik tak tahan lagi. Ia harus meminta maaf langsung pada Deiji. Ia harus menemuinya.
Deiji hendak menutup pintu toserba saat Hyunsik datang.
"Kau mau tutup? Aku mau membeli sesuatu" katanya. Deiji diam saja. Kembali ke mesin kasirnya. Setelah membayar bir kaleng yang ia beli. Hyunsik meminya Deiji menutup pintu toko dan berjalan-jalan dengannya "aku harus menebus dosa. Ayo!" Katanya. Deiji menurut saja. Ada semburat perasaan bahagia hadir disana saat Hyunsik menemuinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Fanfiction"Aku salah, tapi cintaku tidak" Hyunsik menggenggam tangan kurus itu dan mencium bibir wanita itu dengan hangat. Ia sudah memastikan, dan memutuskan ...