Maaf

1.5K 75 18
                                    

Aku mau ngucapin makasih banyak buat temen-temen yang udah mau baca Sigriet, kasih vote, komen, dll semua itu berharga banget buat aku.

Masih gak nyangka kalau cerita ini bakalan ada yang baca, terus waktu dapet notif dari wp rasanya seneng banget. Sampai sekarang masih gak percaya aja, hehehe.

Makasih yaa💗

***

Merasakan sinar matahari yang perlahan masuk, membuat Alisha mengeliat lalu mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya. Mengedarkan pandangan Alisha sontak melebarkan mata saat tahu ini bukan di kamarnya, refleks ia mengecek pakaiannya syukurlah ternyata masih sama seperti yang semalam. Gadis itu menyibak selimut, setelah itu duduk dipinggir kasur. Alisha ingat kalau semalam berada di mobil Rafa, terus ini dimana?

"Udah bangun?"

Alisha dengan cepat menoleh kearah pintu disana nampak Rafa dengan pakaian santainya berjalan mendekat untuk mengambil ponsel, "Ayo sarapan," ajaknya kemudian berlalu meninggalkan Alisha.

Alisha terdiam beberapa menit, dengan buru-buru ia keluar menyusul Rafa. Ternyata Rafa berada di dapur sedang mengoleskan selai pada roti.

"Kamu gak apa-apain aku kan Raf?" Alisha duduk disamping Rafa menunggu jawaban laki-laki itu.

Tanggapan Rafa yang hanya bergumam membuat Alisha kesal, "Ish jawab yang bener." Bagaimana kalau semalam ternyata Rafa—astaga Alisha tidak bisa membayangkannya.

"Gue tidur di sofa," jelas Rafa kemudian.

Alisha memicingkan matanya menatap Rafa dalam, meneliti ekspresi wajah Rafa yang serius saat mengatakannya.

"Terserah lo mau percaya apa enggak," ujar Rafa karena risih ditatap penuh selidik gadis itu. Rafa menggeser piring kehadapan Alisha lalu beranjak ke kamar tanpa sepatah kata pun.

Alisha menatap punggung Rafa, kenapa ia jadi merasa bersalah seperti ini. Wajar dong kalau dia panik saat tahu tidur di ranjang seorang laki-laki. Alisha mengerutuki dirinya sendiri karena setiap dengan Rafa ia selalu berpikiran negatif, padahal sejauh ini Rafa tidak pernah macam-macam dengannya.

Menghela nafas pelan, tidak seharusnya Alisha bersikap seperti itu kepada Rafa biar bagaimana pun laki-laki itu sudah menolongnya. Alisha segera menghabiskan roti dan susu buatan Rafa. Setelah mencuci piring dan gelas Alisha menunggu Rafa keluar dari kamarnya. Gadis itu merangkai kata-kata untuk meminta maaf pada Rafa.

"Ayo."

Alisha tersentak saat suara Rafa menginterupsinya, ia mendongak melihat Rafa yang sudah mengganti pakaian dengan t-shirt hitam dan ripped jeans senada. Rafa berjalan didepannya sambil menggunakan jaket jeans yang menandakan dia adalah anggota Relivator.

Keadaan didalam mobil hening, keduanya enggan membuka suara sama sekali. Kata-kata yang tadi Alisha sudah rangkai tiba-tiba saja hilang saat melihat wajah dingin Rafa. Sesampainya mereka, Alisha tidak segera turun gadis itu masih memainkan jari-jarinya. Bingung harus bagaimana.

"Masuk gih!!" suruh Rafa tanpa menatap Alisha.

Dengan memberanikan diri Alisha mendongak untuk menatap Rafa, "Maaf."

***

"Kenapa ya Raf susah banget buat lupain dia?"

Rafa menyimak apa yang gadis itu katakan, tangannya mengusap lembut kepala Bila yang sedang bersandar di dadanya.

Bila mendongak untuk menatap Rafa, "Makasih ya." Rafa mengangguk kemudian memberikan kecupan singkat di pucuk kepala gadis itu.

"Raf, soal perasaan aku ke ka—"

SigrietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang