Aroma khas dari minuman memabukkan, lampu temaram, serta dentuman musik keras menyambut kedatangan gadis dengan dress maroon yang nampak pas di tubuh proporsionalnya. Kaki jenjangnya yang dibalut heels hitam melangkah dengan anggun. Dia tidak datang sendiri, ada sahabatnya yang tak kalah cantik dan menawan menggunakan setelan mini dress dengan belahan dada rendah serta tas bermerek Gucci di genggamannya.
Kedatangan kedua gadis itu langsung disambut oleh pelayan kelab ternama tersebut. Seusai memberi tahu identitas, keduanya diantar menuju salah satu ruangan khusus tamu penting. Meninggalkan suasana hiruk pikuk serta musik yang memekakkan telinga.
Zarina menegak minuman yang tersaji dihadapannya dengan santai. Mata Zarina yang dihiasi eye make up bold itu menangkap kedatangan kedua sahabatnya. Dengan senyum simpulnya segera ia berdiri menyambut mereka—Sabila dan Anin. Zarina juga menyuruh pelayan untuk mengeluarkan beberapa botol lagi.
Ketiga gadis itu tidak ada yang membuka suara. Dengan tenang mereka menikmati minuman serta rokok yang terselip di masing-masing jari ketiganya.
"Keterlaluan lo Na." Gadis dengan balutan dress maroon diseberang Zarina membuka suara.
Terkekeh singkat Zarina tidak menanggapi lebih perkataan sahabatnya itu. Pandangannya tertuju pada Anin yang nampak tenang. Gadis yang terkenal tomboy diantara mereka mulai memejamkan mata, badannya meluruh pada sofa. Anin suka efek ini, membuatnya sejenak bisa melupakan masalah pahit di hidupnya. Hal itu Zarina tersenyum tipis mengetahui Anin kembali mengonsumsi obat yang ia berikan.
"Ahh Vero," lenguh Anin tanpa sadar. Di alam bawah sadarnya Anin kembali teringat bagaimana panasnya Vero mencecap setiap jengkal tubuhnya. Jika kalian berpikir Anin gadis yang tidak terlalu tertarik laki-laki kalian salah. Anin tetap membutuhkan pelampiasan, selain obat, sex juga membuat ia melupakan beban di kepalanya. Apalagi bersama Vero, lelaki itu mampu membuatnya tidak berdaya, jatuh bersama dalam lingkaran hasrat yang membara.
Sabila yang berada disebelah Anin terkejut mendengarnya, "Woii sadar, malah desah lo."
"Rafa nyuruh gue jauhin dia," ujar Sabila menatap Zarina yang masih diam menikmati rokoknya.
Meletakkan putung rokok yang masih sisa setengah di asbak, Zarina memusatkan perhatiannya pada Sabila. Dapat Zarina lihat kekesalan pada sorot mata sahabatnya itu, "Sorry."
"Mau lo apa sih Na?" Sabila menggelengkan kepala dengan keterdiaman Zarina, "Deenan? Sadar Na yang lo lakuin kemaren juga nyakitin dia. Cowok lo itu sekarang terbaring lemah di rumah sakit dan itu gara-gara lo."
Emosi Sabila tersulut mengingat Rafa yang menyuruhnya untuk menjauh, "Dan gue juga kena imbas atas tindakan tolol lo ini. Rafa Na, dia. Argghh."
Mata Zarina menajam, "Oke gue akuin kebodohan gue itu. Gue juga udah minta maaf sama kalian. Untuk soal Rafa, lo juga harus sadar Bil itu cowok gak akan bisa jadi milik lo," tekan Zarina pada kalimat tidak bisa memiliki Rafa.
"Lo mau apa lagi dari dia? Uang? Popularitas? Semua udah lo dapetin Bil. Apa lo pernah mikirin kebahagian dia?" Ujar Zarina dengan nafas memburu.
"Jangan egois."
Sabila tertawa menatap tidak percaya dengan kalimat yang terlontar dari sahabatnya itu, "Gue egois? Gimana sama lo Na, setelah semua yang lo lakuin lo bilang cinta sama Deenan? Bukan cinta Ini obsesi Na."
***
"Kemarin aku ketemu dia," ujar Jessie. Tangannya bergerak mengusap dada bidang Gabriel yang dilapisi seragam identitas SMA Wangsajaya. Jessie mendongak untuk menatap Gabriel, terlihat jelas rahang lelaki itu mengeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sigriet
أدب المراهقين18+ Alisha gadis yang memiliki pengaruh besar terhadap Relivator, bersama Angel sahabatnya ia perlahan merubah sifat buruk inti Relivator. Membuatnya disayangi dan dijaga oleh mereka. Bagi ke tujuh inti, Alisha adalah adik kecilnya mereka. Diantara...