Berbeda Tempat

951 48 7
                                    

"Tumben ga sebat, mulut lo kebas marah-marah terus?"

Jay ikut duduk di samping Edgar. Menyaksikan anggota RAXS saling beradu, melatih kekuatan dan skill bertarung mereka. Dibawah pimpinan Edgar siapapun anggota RAXS yang kalah ketika di uji kemampuannya, seperti saat ini. Ketua RAXS tersebut tidak akan segan untuk mendepaknya keluar. Semenjak kematian Barga, Edgar semakin memperketat anggota RAXS seperti melakukan latihan bela diri bersama setiap hari, agar jika terjadi pertarungan tidak terduga mereka akan selalu siap.

Edgar mendengus kasar sebagai jawaban untuk Jay. Rokok dan pematik di saku jaketnya, tidak tersentuh sama sekali. Jika ditanya mulutnya asem atau tidak, jawabannya adalah iya. Edgar itu perokok aktif, sangat tidak mungkin dia melewatkan satu hari tanpa menghisap benda manis tersebut. Tetapi dua hari ini Edgar berhasil, meskipun harus menenggak puluhan botol Vodka sebagai gantinya.

"Ck," Jay menghisap rokoknya sebentar, lelaki itu kembali berkata, "Galau?"

Lagi, decakan pelan lolos dari bibir Jay yang mengeluarkan asap rokok. Keterdiaman Edgar sudah menjawab pertanyaannya.

"Gue kira lo main-main," Jay terkekeh mendengar geraman sahabatnya itu. Tanpa merasa bersalah Jay kembali melontarkan isi pikirannya, "Gini Gar, kalau dia emang mau sama lo, dia pasti perjuangin lo juga. Lah ini mana, dia malah manut-manut aja sama mereka."

Tangan Edgar yang sejak tadi gatal ingin memukul kepala Jay, di detik berikutnya pun terdengar ringisan dari mulut Jay.

Ketua RAXS itu melirik sekilas Jay yang sedang mengusap kepala bagian belakang, "Gue yang bakal berjuang."

Jawaban Edgar membuat tubuh Jay tersentak, lelaki itu bergerak gelisah. Kembali menatap Edgar yang sudah menyunggingkan senyum miringnya. Dari sorot mata Edgar tersirat sesuatu hal yang bisa dikatakan tidak baik.

***

"Thanks Ngel," Alisha menerima gelas yang diberikan oleh Angel.

Minuman berciri khas warna tampilan kuning keemasan dengan bagian atasnya yang berbuih atau mengeluarkan busa berwarna putih itu Alisha pesan untuk menemani Angel. Sedangkan Angel seperti biasa memesan beberapa botol Vodka.

Alisha mendekatkan gelas pada bibirnya dengan gerakan lambat. Ketika cairan itu masuk melewati tenggorokan, Alisha refleks memejamkan mata erat. Meredam rasa pahit yang ia rasakan bahkan sampai beberapa menit ke depan.

Ekspresi sahabatnya yang nampak belum terbiasa minum, membuat Angel terkekeh geli. Kesadarannya masih kuat walaupun sudah menenggak hampir tiga botol. Angel beralih untuk mengambil rokok, menggigitnya, lalu mulai membakarnya. Setelah itu, barulah Angel menghisapnya pelan. Menikmati perpaduan alkohol dan bakaran tembakau yang akhir-akhir ini selalu menemaninya. Gadis cantik mengenakan crop top putih dipadukan ripped jeans hitam itu segera mencegah tangan Alisha yang hendak meraih rokoknya di atas meja.

Mata Angel menyorot tajam, "No, Alisha," tangannya lalu bergerak menjauhkan kotak bertuliskan L.A Ice tersebut.

"Nyuruh minum tapi rokok gak boleh," Alisha merenggut.

Angel tertawa pelan, "Bisa digilas mereka gue kalau lo ketauan ngerokok," sahut Angel kemudian kembali menghisap rokoknya.

"You okay?" Alisha menatap Angel yang juga sedang melihat kearahnya dengan satu alis terangkat.

"Mau aku bantu sesuatu?"

"Lo yakin mau bantuin gue?"

Angel menaruh botol yang ada di genggamannya. Lalu bersandar pada sofa, mendongak menatap langit-langit ruangan yang sudah sangat ia hafal. Biasanya Angel sendirian atau menyewa orang untuk menemaninya, namun kali ini dia mengajak Alisha. Membantunya menghabiskan botol alkohol dalam jumlah banyak, walau Angel tahu Alisha payah dalam minum alkohol. Tetapi kehadirannya sudah cukup membuat Angel terhibur.

SigrietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang