"Udah bangun?"
Suara berat seorang laki-laki dari arah pintu membuat Sabila menoleh. Lelaki itu berjalan mendekat. Sabila refleks menarik selimut ketika menyadari mata lelaki itu menyorot pada bagian tubuh depan miliknya. Hal tersebut mengundang tawa pelan dari lelaki yang sudah berada disampingnya. Sabila merenggut kesal. Namun tak menolak ketika tengkuknya ditarik, kembali merasakan bibir Bara bergerak pelan di atas bibirnya yang bengkak akibat ulah Bara.
Menutup ciumannya Bara memberikan satu kecupan singkat di bibir Sabila. Jarinya mengusap bibir Sabila yang terdapat sisa saliva keduanya.
Bara menatap lembut Sabila yang kini sedang memeluk sebelah lengannya. Gadis itu bahkan menghiraukan selimutnya yang tersingkap mengekspos bahu mulus Sabila.
"Mau pulang?"
"Nginep sini ya," Sabila mendongak, memasang ekspresi yang nampak menggemaskan dimata Bara. Tidak tahan, lelaki itu lalu menarik Sabila agar duduk di pangkuannya.
Tangan Bara yang semula berada di kepala Sabila perlahan turun mengusap punggung terbuka gadis itu. Merasakan tubuh polos Sabila yang semakin menempel padanya, lalu nafas panas gadis itu disekitaran lehernya membuat tubuh Bara meremang.
Bara terkekeh, tangannya lalu mengumpulkan rambut Sabila untuk ia kesampingkan. Menampakkan leher dan bahu mulus Sabila. Wajah Bara kini sudah tepat di leher Sabila, "Artinya ini akan jadi malam panjang untuk kita sayang," bisik Bara.
***
"SAKA!!!"
Pekikan keras ditambah cubitan pada pinggang diterima Saka pagi ini. Niat baiknya ingin membangunkan gadis disebelahnya dengan mengguyur air mineral miliknya berakhir mendapat cubitan maut yang membuat pinggangnya panas. Selama jam pelajaran sampai kini keduanya duduk berada di kantin Alisha masih enggan berbicara pada teman sebangkunya itu
Tatapan permusuhan sengit Alisha layangkan pada lelaki dihadapannya. Sungguh rasanya Alisha ingin mencakar wajah tengil Saka saat ini. Rambutnya yang masih setengah basah ia cepol menggunakan jedai.
Hari ini merupakan hari terburuk bagi Alisha, diawali datangnya tamu bulanan yang pasti akan mempengaruhi moodnya. Kekurangan jam tidur, dimana Alisha baru tidur tiga jam sebab begadang menyelesaikan tugas sekolah dan pekerjaannya. Serta ditambah oleh tingkah Saka yang dengan santai menyiram Alisha menggunakan air minum, membuat Alisha yang saat itu sudah masuk ke alam mimpi berjingkat kaget.
Saka menghela nafas untuk kesekian kalinya. Menghadapi Alisha dalam mode pms membuatnya harus ekstra sabar. Sama halnya dengan Angel. Mengapa semua cewek itu ribet. Tak ingin ambil pusing lelaki itu mengambil ponsel mulai memainkan gamenya.
Keheningan pada meja kedua sahabat itu lenyap ketika Vero, Deenan, Ken, dan Rafa datang menghampiri. Mereka keheranan dengan tingkah Saka dan Alisha yang hanya diam. Biasanya keduanya akan menceritakan hal random saat jam istirahat, atau bergosip ria tapi kali ini yang satu sibuk dengan ponselnya, sedangkan Alisha dengan tenang memakan dua porsi mie ayam.
"Woi pada diem aja," Ken menyenggol lengan Saka. Membuat ponsel Saka hampir terjatuh kalau saja lelaki itu tidak gesit menangkapnya. Lirikan sinis Saka membuat Ken cengengesan, "Kenapa lo, sariawan?"
"Gak mungkin sariawan, semalam aja beringas," celetuk Vero sambil menyesap es tehnya.
"Gimana Sak, rekomendasi gue tuh," Ken menoel lengan Saka menggoda lelaki itu.
"Enak tapi masih enakan—," Saka menggantung perkataannya. Matanya menangkap sosok gadis yang berjalan ke arah mereka membawa semangkuk makanan favorit Saka.
"Soimay," mata Saka berbinar menatap Angel yang duduk disebelahnya, bukan lebih tepatnya pada semangkuk siomay yang gadis itu bawa.
"Anjirr cewek disamain sama siomay," tawa Ken.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sigriet
Roman pour Adolescents18+ Alisha gadis yang memiliki pengaruh besar terhadap Relivator, bersama Angel sahabatnya ia perlahan merubah sifat buruk inti Relivator. Membuatnya disayangi dan dijaga oleh mereka. Bagi ke tujuh inti, Alisha adalah adik kecilnya mereka. Diantara...