Peduli

842 37 2
                                    

Rafa menghampiri brangkar Deenan, pandangannya menangkap sosok gadis yang duduk, menelungkupkan wajahnya di sisi lengan Deenan.

"Sha."

"Enggghh..." Tepukan pelan pada pipinya membuat Alisha terusik, perlahan ia membuka mata dan menemukan Rafa berdiri disebelahnya. Alisha lalu menegakkan tubuhnya. Gadis itu tersenyum tipis melihat tautan tangannya dan Deenan, dengan hati-hati ia lepaskan agar tidak menganggu sahabatnya itu.

Menyusul Rafa yang sudah terlebih dahulu keluar, Alisha menyeryit melihat ruang tunggu yang biasanya ramai teman-temannya kini nampak sepi.

"Mereka pulang," celetuk Rafa. Seolah bisa membaca apa yang dipikirkan gadis disampingnya.

Keduanya terdiam, Rafa sibuk dengan ponsel sedangkan Alisha memandang sekeliling—lebih tepatnya melamun.

"Malah ngelamun, yuk."

Alisha melihat laki-laki itu sedang menggunakan jaket Relivator miliknya. "Mau kemana Raf?"

"Makan."

Uluran tangan Rafa disambut ragu-ragu Alisha, ia masih merasa canggung ketika berdekatan dengan wakil Relivator tersebut. Ia juga sempat protes karena meninggalkan Deenan sendiri, namun setelah mendengar penjelasan Rafa yang mengatakan Ken dan Naff akan segera datang gadis itu merasa tenang. Pandangan Alisha yang semula tertuju pada tubuh tegap Rafa didepannya kini beralih pada tangan mereka. Hatinya bergemuruh merasakan hangatnya genggaman tangan Rafa.

Tujuan Rafa ialah warung makan yang berada di seberang rumah sakit. Setibanya mereka, ia kemudian memesan nasi dan lauk untuk Alisha yang sudah terlebih dahulu duduk. Rafa menyusul Alisha, duduk dihadapan gadis itu lalu mengambil rokok beserta pematiknya.

Asap rokok yang mulai masuk indera penciumannya membuat Alisha menoleh, terlihat Rafa yang fokus pada ponselnya. Sesekali bibirnya menghisap batang rokok yang terselip diantara jari-jarinya. Mata Alisha kini menatap bibir Rafa, ia heran bibir lelaki itu nampak sehat, pink alami tidak menghitam padahal dia seorang perokok aktif. Tanpa sadar Alisha menyentuh bibirnya, sepertinya ia harus lebih rutin lagi dalam merawat bibirnya itu.

Rafa mengerutkan alisnya, "Kenapa?" Heran melihat tingkah gadis itu yang sedang memegang bibirnya sendiri.

"Eh, gak papa kak. Hehe," Alisha tersentak menyadari Rafa sepenuhnya menatap dirinya.

Saat makanan tiba, Alisha dengan tergesa mengambilnya lalu berusaha tenang menyantap makanan tersebut. Alisha sempat mendengar Rafa tertawa pelan. Sungguh hal itu tidak baik bagi jantungnya. Ah Alisha merasa kesehatan jantungnya tidak baik saat berada disekitar Rafa.

Rafa memperhatikan Alisha yang makan dengan lahap. Biasanya gadis lain akan menjaga image dihadapannya tapi tidak dengan Alisha yang dengan santai menikmati makannya tanpa memperdulikan sekitar. Gadis itu tidak malu melahap beberapa hidangan sederhana yang tersaji dihadapannya sendiri. Rafa menyadari kalau porsi makan gadis itu banyak juga. Satu porsi nasi, dua ayam bakar, satu ekor lele bakar dan berbagai jenis sate-satean Alisha lahap sendiri, sedangkan Rafa hanya memesan minum teh hangat saja.

"Nih," Alisha mengulurkan tangannya ke depan mulut Rafa.

"Buat lo aja, gue kenyang," tolak Rafa halus.

"Ih orang-orang liatin sini terus," Alisha risih ditatap demikian oleh mereka yang ada di tempat itu. Bukan kearahnya melainkan pada Rafa, lelaki dihadapannya ini memang menarik atensi para pengunjung warung tersebut. Bagaimana tidak tubuh tegap, serta wajah tampan Rafa selalu berhasil membuat dia menjadi pusat perhatian.

Laki-laki dengan ripped jeans itu tertawa pelan mendengar celetukan Alisha, "Lo gak suka?"

"Enggak," jawab Alisha santai sambil menikmati makanannya, ia tidak sadar dihadapannya Rafa menatapnya penuh arti.

SigrietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang