"Sha mau yang item apa abu?"
Diseberang sana Alisha nampak sedang berpikir sambil menatap t-shirt warna abu-abu lalu beralih ke yang hitam. Angel berdecak kesal sahabatnya itu kalau disuruh untuk memilih pasti lama. Saat ini Angel sedang berada di toko salah satu pusat perbelanjaan untuk membeli kado. Vero ia tinggal di restoran yang ada di lantai dasar, laki-laki itu kelelahan setelah mengelilingi beberapa mall. Terhitung ini sudah mall ketiga yang mereka kunjungi lantaran disebelumnya tidak ada yang cocok.
Angel mengarahkan kamera pada wajahnya, "Yang abu aja gimana?" Usulnya kemudian, ia sudah lelah keliling untuk mencari lagi. Rasanya Angel ingin segera pulang dan rebahan.
Alisha menatap Angel sekilas, gadis itu sedang mencoba membuat kue yang sudah ia pelajari sebelumnya, "Yaudah itu aja, jangan lupa dicek ukurannya."
Angel mengangguk lalu mengakhiri panggilan video tersebut. Berjalan menuju kasir sebelumnya Angel sudah melihat ukuran yang tertera, ternyata sama dengan size Deenan. Setelah melakukan transaksi Angel masuk kedalam lift untuk turun menemui Vero. Ia sudah mengabari laki-laki itu kalau sudah menemukan barangnya.
"Capek banget," keluh Angel yang sudah duduk di samping Vero.
Vero terkekeh melihat gadis itu kelelahan, ia mengulurkan minuman yang tadi sudah dia pesan sebelum Angel datang. Angel tersenyum manis menerimanya lalu menegak sampai setengahnya.
"Mau pulang sekarang?" Mendapat anggukan dari gadis itu Vero berdiri lalu mengulurkan tangannya untuk membawakan belanjaan Angel. Sebelah tangannya lagi menggenggam tangan gadis itu. Menghiraukan rontaan kecil dari dia, Vero malah semakin erat menggenggam tangan yang terasa pas dalam genggamannya.
***
Deringan ponselnya membuat video yang sedang ia tonton otomatis terganti menampilkan foto laki-laki berambut ash grey yang sedang bergaya sok cool. Alisha mengerang kesal lalu melepas sarung tangan plastiknya untuk menerima panggilan dari Ken.
"By temenin beli kado yuk."
Alisha melihat jam yang ada di ponselnya, masih pukul empat sore. Butuh beberapa menit lagi untuk ia menyelesaikan kue buatannya.
"Kalau sekarang gak bisa," sahut Alisha sambil tangannya terus mengaduk adonan untuk hiasan kuenya nanti.
Mendengar suara grasak-grusuk dari Alisha, Ken menyeryit, "Lagi ngapain sih, rusuh banget?"
Karena ponselnya diselipkan pada telinga dan bahu saat Alisha akan memindahkan adonan tersebut ponselnya tidak sengaja terjatuh. Beruntung layarnya tidak retak dan masih terhubung dengan panggilan Ken.
"Kamu kesini aja, katanya mau bantuin." Setelah mengatakan demikian Alisha mengakhiri panggilan tersebut dan kembali melanjutkan membuat kue yang tinggal dimasukkan kedalam oven.
Beberapa menit kemudian, Bi Minah—asisten rumah tangga Alisha terkejut melihat dapur yang berantakan. Banyak peralatan berserakan dan tepung yang berceceran diatas meja. Terlihat juga Alisha yang sedang menelungkupkan wajahnya di meja makan. Gadis itu kelelahan setelah percobaan membuat kue. Sudah empat jam dia melakukannya dari pulang sekolah tadi. Bi Minah mengurungkan niatnya untuk memberitahu kalau ada teman Alisha yang datang dan kembali ke depan menemui Ken menyuruhnya masuk.
"Masuk aja den."
Ken celingukan dimana Alisha, katanya wanita yang sudah berumur dihadapannya ini akan memanggil gadis itu, "Alisha mana?"
Bi Minah menyuruh Ken untuk mengikutinya. Ken menurut. Mereka sampai didapur seketika mata Ken melebar melihat keadaan dapur yang berantakan lalu beralih menatap Alisha yang terpejam damai. Setelah mengucapkan terimakasih, Ken mendekati Alisha kemudian duduk disampingnya. Ia terkekeh geli melihat ada sisa tepung yang menempel pada dahi, pipi, dan rambut gadis itu. Segera Ken mengambil ponselnya untuk mengabadikan wajah Alisha yang menurutnya lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sigriet
Novela Juvenil18+ Alisha gadis yang memiliki pengaruh besar terhadap Relivator, bersama Angel sahabatnya ia perlahan merubah sifat buruk inti Relivator. Membuatnya disayangi dan dijaga oleh mereka. Bagi ke tujuh inti, Alisha adalah adik kecilnya mereka. Diantara...