19 Zi, janji untuk selalu bersama?!

3K 121 8
                                    

Perjalanan dari Bandung ke Yogyakarta lumayan menguras waktu jika menggunakan jalur darat. Salsa, Zio, Paul dan Nabila harus menghabiskan delapan jam lamanya didalam kereta. Tidak ada yang bisa dilakukan selain makan dan juga tidur untuk menunggu sampai ditempat tujuan.

Hamparan sawah membentang luas selama jalur perjalanan, Salsa yang duduk didekat jendela mengeluarkan handphonenya guna mengabadikan pemandangan indah itu dalam benda pintarnya, sayang sekali jika disia-siakan. Pemandangan hijau seperti ini membuat pikiran dan perasaan menjadi tenang, Salsa sangat menyukainya. Sementara Paul dan Nabila sedang berbincang ria dibangku depannya. Sedangkan Zio tengah tertidur lelap disampingnya.

Kepala Zio hendak tersungkur namun untungnya Salsa dengan sigap menahannya. Zio sempat terusik, namun matanya kembali terpejam. Salsa menggelengkan kepalanya pelan, lelakinya ini memang hobi sekali tidur. Salsa sampai tak habis pikir dengan lelaki itu. Merasa kasihan, Salsa membawa kepala Zio untuk bersandar dibahunya. Deru napas lelaki itu terdengar teratur, karena tak ada hal yang bisa dilakukan Salsa ikut terlelap dengan menyandarkan kepalanya pada kepala Zio. Keduanya tertidur lelap.

"Sal." beberapa kali Nabila memanggil Salsa, namun karena tak ada sahutan Nabila membalikan tubuhnya kebelakang.

Nabila tersenyum tipis melihat kedua temannya yang sedang terlelap. Ia mengabadikan momen itu pada kemera ponselnya. Nabila cekikikan pelan melihat hasil jepretannya.

Paul yang menyadari Nabila tertawa sendiri langsung ikut membalikan badannya.

"Kenapa Nabila? Kok ketawa-ketawa gitu? " tanyanya lembut, Nabila memandang kekasihnya dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.

Nabila menunjukan layar ponselnya yang berisi jepretan gambar Salsa dan Zio yang sedang terlelap. Nabila menarik ponselnya lagi setelah Paul melihatnya dan kembali tersenyum, "Lucu ya mereka." beonya.
Paul terkekeh, "Mereka itu ya kalo gak makan, ribut ya tidur." sahutnya, Nabila tertawa pelan menimpali ucapan kekasihnya yang ia pikir-pikir ada benarnya juga.

Zio melenguh merasakan pegal dilehernya, ia hendak bangkit namun kepalanya terasa berat. Zio diam pada posisinya, menyadari bahwa beban itu adalah kepala Salsa yang bertumpu pada kepalanya. Zio tak bergeming ia lebih memilih Salma terbangun dengan sendirinya. Zio menunggu cukup lama.

Zio menatap Paul dan Nabila didepannya yang juga sedang terlelap, perjalan yang panjang tak urung membuatnya bosan. Tak ada hal yang bisa dilakukan selain tertidur dan juga makan tentunya.

Merasakan pergerakan Salsa, Zio berucap syukur dalam hati. Salsa yang menyadari Zio sudah terbangun lantas bersuara.

"Eh, Zi. Udah bangun? " tanyanya basa-basi. Zio tak menjawab ia meregangkan otot-otot lehernya yang terasa sakit. Nampaknya ia salah posisi tidur.

"Ca, masih lama ya? " Salsa mengangguk, "Kenapa? Bosen? " Zio mengangguk pelan.

"Gue juga bosen gak ada temen ngobrol, kerjaan lo molor mulu dari tadi." dumelnya.

Zio terkekeh pelan, "Sorry, Ca. Gue pertama kali naik kereta. Ternyata rasanya bikin rada mual ya." keluhnya tertawa pelan.

"Cemen lu, gitu doang udah mabok." cibir Salsa dengan nada bercanda.

"Ya gimana dong, Ca. Gak biasa gue naik kereta biasanya naik pesawat." jumawanya dengan nada bercanda.

Salaa memukul tangan Zio pelan, "Gaya lu Ron, Ron. Songong bet dah lu." sebalnya sambil menoyor kepala Zio pelan, Zio tertawa.

StructurED [END] revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang