"Em...Zio." ujar Salsa pelan.
Zio bergumam, "Iya, sayang?"
"Dokter Vhica siapa? "
Zio meneguk ludahnya karena syok, apa Salsa mengetahuinya? Zio tak kunjung menjawab.
"Kalau lo gamau kasih tau juga gakpapa kok." Salsa kembali menatap kedepan.
Zio bingung, ia harus beralasan apa.
"Dia temen nyokap gue." akhirnya itu yang mampu Zio ucapkan.
Salsa kembali menatap Zio, "Lo sering ada jadwal sama dia? Jadwal apa? "
Zio lagi-lagi meneguk ludahnya, ia bingung. Apa sebaiknya jujur? Kalaupun jujur apa Salsa akan menerimanya atau justru meninggalkannya. Zio tak siap, ia tidak ingin membuat Salsanya bersedih.
"Em... dia.... "
"Bang! " Zio terkejut saat ada seseorang yang menepuk bahunya.
"Maaf, Bang. Kaget ya? Maaf saya ganggu waktu ngobrolnya. Gitarnya buat Abangnya aja, Adik saya kayanya udah ngantuk." ucapnya meminta maaf.
Zio menatap Salsa sebelumnya setelah itu Zio menyerahkan gitar yang sebelumnya ia sewa. "Eh, gakpapa. Gak usah gitarnya buat Abangnya aja, saya juga udah selesai kok minjemnya. Makasih ya. Lala udah ngantuk ya, maafin Abang minjemnya kelamaan, ya? " Zio berbicara pada Lala yang berdiri disamping Kakaknya sambil sesekali menguap.
"Lala besok sekolah soalnya, Bang." jawab gadis kecil itu lugu. "Oh, iya untung Lala ingetin. Abang juga besok harus sekolah. Yaudah, Lala pulang. Terus istirahat, ya." nasihat Zio lembut, Lala mengangguk.
"Maaf, Bang saya jadi gak enak. Ini uangnya saya kembalikan karena Abangnya juga cuma pinjem sebentar." ucap lelaki itu merasa bersalah.
Zio menggelengkan kepalanya, "Lala mau sepatu baru gak? " Lala mengangguk antusias, "Mau, mau." Zio tersenyum.
"Nanti uangnya minta sama Abang Lala, ya. Buat beli sepatu baru." Zio mengelus rambut Lala lembut. Salsa memperhatikan segala tingkah lelaki itu. Hatinya ikut menghangat melihat interaksi kekasihnya dengan gadis kecil itu.
Sejenak Salsa melupakan pertanyaannya tentang Dokter Vhica.
"Lala ngomong-ngomong kelas berapa? " Salsa ikut bersuara, Zio tersenyum melirik Salsa.
"Syukurlah, kayaknya Caca lupa sama pertanyaannya." batin Zio.
"Aku kelas dua SD." Salsa mencubit pipi Lala gemas. "Belajar yang rajin, ya." ucap Salsa lembut.
"Abang Lala boleh beli sepatu baru? " tanya Lala mendongak menatap Kakaknya. "Boleh dong." Zio yang menjawab.
"Tapi, Bang." ucap lelaki itu.
"Udah, uangnya buat Abangnya aja. Buat beli sepatu baru Lala juga." ucap Zio tulus.
Lelaki itu tersenyum sumringah, "Makasih ya, Bang. Abangnya baik banget, semoga rezekinya makin lancar. Sekolahnya dimudahkan, dan Kakak cantik disebelah Abangnya ini semoga bisa menjadi jodoh Abangnya." Zio terkekeh, "Aamiin.."
"Abangnya juga sehat-sehat, ya." ucap Zio tulus.
"Kalau gitu saya pamit, Bang, Kak. Permisi." Salsa dan Zio mengangguk.
Zio melambaikan tangannya pada Lala, Lala tersenyum membalas lambaian tangan Zio, "Dadah Abang ganteng." ucap Lala, Zio terkekeh.
"Ca, udah malem kita pulang, yuk. Nyokap lo juga bilang jangan pulang malem-malem." ucap Zio kemudian mengajak Salsa untuk segera beranjak.
"Lo izin sama nyokap? "
"Iya lah, masa gue bawa anak gadis orang gak izin dulu sama orang tuanya." Salsa mengulum senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
StructurED [END] revisi
Jugendliteratur#Karya 2 [Fanfiction] (Spin-off Izinkan Aku Bercadar) WARNING!!! ⚠⚠⚠ [Harap baca Izinkan Aku Bercadar terlebih dahulu! Apabila terdapat kekeliruan didalam cerita] ___Satu satunya cara TUHAN menunjukan kepada kita bahwa Dia yang MENGENDALIKAN adalah...