35 Zio, lo mimisan?

3.1K 166 21
                                    

"Sayang, kamu mau kemana? "


"Ke sekolah."

"Kan udah jadwalnya pulang jam segini? Mau ngapain?" tanya Ratih heran, Zio tersenyum.

Bibirnya masih terlihat pucat. Kemarin Zio sudah diizinkan pulang setelah seminggu lamanya dirawat.

Zio merindukan Salsa si gadis cerewet, terlebih mendengar cerita Paul yang katanya Salsa seminggu belakangan ini nampak murung, sering menolak makan, tawa menggelegarnya pun tak terdengar sama sekali. Zio jadi khawatir, perihal masalahnya mengenai kesalah pahaman itu sudah Paul bereskan. Semuanya sudah aman terkendali.

Zio rindu mendengar ocehan Salsa yang sudah seminggu ini tak ia dengar. Bagaimana keadaan gadis itu? Dan apakah dia baik-baik saja? Zio sangat merindukannya.

"Io mau ketemu Caca," Ratih tersenyum, ia mengelus rambut anaknya lembut.

"Udah kangen, ya? " Zio mengangguk.

"Kamu sih tidurnya kelamaan." canda Ratih, namun matanya berubah berkaca-kaca. Ucapannya memang terdengar tegar tapi siapa sangka hatinya benar-benar rapuh diliputi rasa kalut.

"Yaudah, Io berangkat ya, Ma." Zio mencium kening Ratih seperti biasa.

"Pake mobil aja, ya? Biar Pak Ratno yang nganterin." titah Ratih.

Ya, selama Zio dirumah sakit mereka memilih memperkerjakan seorang supir untuk mengantar mereka kesana-kemari.

Zio menggeleng, "Gak usah, Ma. Io bisa kok."

"Kamu belum sembuh bener sayang. " Ratih masih melarang.

"Io kangen naik motor, Ma. Boleh, ya? " pintanya setengah merengek. Ratih akhirnya mengalah, "Yaudah, tapi hati-hati, ya? Kalau pusing berenti dulu. Terus telpon Mama, biar Mama jemput."

Zio tersenyum lebar, ia menunjukan jari telunjuk dan jempolnya membentuk sebuah lingkaran (👌) "Okie dokie." sahutnya semangat, Ratih terkekeh.

Zio melajukan motornya sampai sekolah, Zio sempat bercengkrama sebentar dengan penjaga didepan. "Nak Zio baru keliatan kemana aja? " tanya Pak Satpam.

"Biasa, Pak. Liburan biar gak mumet." jawab Zio ramah. "Wah, saya juga udah lama gak liburan." sahut Pak Satpam.

"Pak gerbangnya boleh dibuka gak? Saya mau masuk."

"Loh, bentar lagi kan jadwal pulang. Oh, ada keperluan, ya? "

Zio mengangguk, "Iya."

"Yaudah, berhubung bentar lagi pulang dan gerbang mau dibuka. Nak Zio boleh masuk."

"Makasih, Pak."

Setelah itu Zio masuk. Ia memarkirkan motornya tepat diparkiran seperti biasa. Sambil menunggu Salsa keluar Zio mencari-cari keberadaan motor Salsa. Namun motor itu tak ada, apa Salsa tidak membawa motornya? Dari kejauhan Zio melihat gadis yang selama ini ia rindukan. Gadis itu terlihat sangat lesu.

"Liat siapa didepan kamu." titah Nabila pelan dengan senyumnya.

Perlahan Salsa mendongak, matanya membulat sempurna. Perasaan gundahnya selama ini menghilang begitu saja kala melihat lelaki yang selama ini ia rindukan tengah menatapnya dengan senyuman manis.

"ZIO?" beonya.

Salsa berlari cepat menubruk tubuh Zio dengan tangisnya yang juga pecah. Zio terkekeh melihat kelakuan kekasihnya. Sedangkan Paul dan Nabila menatap haru dengan senyum kearah sepasang sejoli itu.

"Ca..." panggil Zio lembut.

Salsa memukul dada Zio pelan, ia tak perduli jika sudah menjadi pusat perhatian saat ini, "lo jahat, lo jahat." ucap Salsa sembari terisak.

StructurED [END] revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang