32 Third Wish List Salsa

2.3K 118 12
                                    

Dinginnya rumah sakit sudah menjadi sahabat untuk Zio semenjak ia mengidap penyakit itu. Bahkan bau obat dan rasa sakit akibat suntikan sudah Zio hapal betul rasanya. Lagi-lagi lelaki yang hampir menyerah itu merasakan sakit untuk yang kesekian kalinya.

Darah dari tubuhnya dihisap melalui selang panjang yang tentunya meninggalkan rasa perih yang tak ingin Zio rasakan lagi, tapi demi bisa bertahan Zio harus merasakan perih dan sakit lebih lama lagi bahkan seumur hidup mungkin? Apakah ada keajaiban Zio bisa sembuh? Entahlah Zio sendiri sudah terlalu putus asa, ia tidak ingin merasakan rasa sakit ini lebih lama lagi. Ia sudah benar-benar lelah. Bobot tubuhnya dari hari ke hari semakin berkurang, tenaga yang semula prima juga semakin berkurang sehingga lelaki itu rentan kelelahan.

Zio sedang diambang frustasi, tapi disatu sisi dirinya harus bisa bertahan lebih lama lagi demi orang terkasih. Orang tua, teman-teman dan juga kekasihnya.

"Ca..." ucap Zio lirih terbaring diatas blankar rumah sakit dengan selang berisi darah di tangannya.

Ratih menggigit jemarinya menatap iba pada sang putra yang nampak kesakitan, Jojo merangkul bahu Istrinya.

Seorang perawat nampak mencabut selang itu karena cairan darah didalamnya sudah menyarap habis keseluruh tubuh Zio. Zio masih terkulai lemas di blankar. Seorang perawat itu keluar setelah berpamitan, tak lama Dokter Vhica datang.

Pandangan Dokter Vhica dan kedua orang tua Zio bertemu. Vhica mengangguk hormat, Ratih bergegas mendekatinya. Vhica tersenyum, sementara Zio memejamkan matanya.

"Dok, bagaimana dengan anak saya? " ucapnya pelan penuh harap. Vhica tersenyum lalu menatap Zio yang sedang terlelap. "Anak Ibu sangat kuat." ungkap Vhica.

"Saya bersyukur akhirnya Bapak dan Ibu mengetahui kondisi Zio, selama ini Zio merahasiakannya, ya? "

Ratih dan Jojo kompak mengangguk, Vhica tersenyum terharu jika mengenang lelaki itu yang awalnya melakukan cuci darah hanya seorang diri setiap minggunya. Kini perlahan satu persatu orang terdekat Zio mengetahui keadaannya. Vhica sudah memaksa Zio untuk jujur pada orang terdekatnya sedari dulu. Tapi Zio tetap kekeh ingin merahasiakan semuanya dengan alibi 'tidak mau merepotkan mereka' kalimat itu yang selalu Zio ucapkan.

Vhica mengelus bahu Ratih lembut, ia tersenyum. "Bu, Pak. Saya minta kalian untuk tetap dampingi Zio, support terus dia. Karena itu yang dibutuhkan Zio saat ini." jelas Vhica.

"Anak saya bisa sembuh kan, Dok? " tanya Ratih penuh harap, Vhica tersenyum sendu. "Kami selalu mengusahakan yang terbaik untuk setiap pasien termasuk Zio, bagaimana pun hanya Tuhan yang mampu menyembuhkan Zio. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha untuk terus mengupayakan kesembuhan itu. Zio anak yang kuat Pak, Bu. Walaupun akhir-akhir ini dia sering ngeluh, katanya capek." Vhica mendengus dengan senyum kecil sambil menatap Zio yang masih memejamkan mata, entah tertidur atau hanya menutup mata saja.

"Dok, lakukan yang terbaik untuk anak saya." pinta Jojo. Vhica tersenyum kecut. " Zio mengidap gagal ginjal kronis yang awalnya memang tidak ada gejala, ketika sudah berat, akhirnya harus cuci darah secara rutin dan tidak bisa sembuh kembali." terang Vhica dengan nada sendu. Ratih membekap mulutnya bertanda syok, Jojo merangkul bahu sang Istri. Ratih lemas bukan main, tubuhnya hampir saja meluruh jika tidak ditahan oleh sang Suami.

"Dok, pasti ada cara kan untuk kesembuhannya? Tolong bantu anak kami, Dok. Saya akan bayar berapa pun asal Zio bisa sembuh, Dok." ucap Jojo menggebu-gebu. Vhica tersenyum kecut.

"Bapak, Ibu bisa ikut keruangan saya? Nanti saya jelaskan lebih detailnya disana. Disini tidak enak, kasian Zio lagi istirahat juga." ucap Vhica lembut. Jojo dan Ratih mengangguk.

Sesampainya diruangan kerja milik Vhica, Dokter muda itu menjelaskan mengenai penyakit yang Zio idap.

"Gagal ginjal kronis pasti bisa sembuh kan, Dok? " tanya Ratih dari nadanya menyimpan harap jika penyakit itu ada penawarnya.

StructurED [END] revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang