Jika kamu merindukan seseorang yang jauh disana kamu bisa mengusahakannya dengan temu, tetapi jika kamu merindukan seseorang yang sudah tiada tak akan mungkin lagi ada temu. Begitulah yang kini dirasakan Salsa dan Bundanya, dua wanita itu menangis setelah Faiza menceritakan dulu saat semuanya baik-baik saja.
Zio yang menyaksikan pemandangan itu tak kuasa menahan haru, Zio bisa merasakan betapa rindunya sang kekasih pada Ayahandanya. Diam-diam Zio meneteskan air matanya, mata yang biasa menatap tajam itu ikut sayu.
Salsa masih terisak dalam pelukan Ibunya. Seseorang memang akan sangat berharga jika sudah tak lagi bersama kita, terlebih seseorang yang meninggalkan kita untuk selamanya.
Zio sadar ia lah sebab dua perempuan beda generasi itu menangis. Zio hanya diam menyaksikan tanpa bersuara.
Mata Zio, sorot matanya sama dengan almarhum Ayah Salsa itu yang membuat Faiza kembali mengenang kekasih hatinya.
Ditinggal belasan tahun tak membuat rasa cintanya pudar. Faiza tidak berniat untuk menikah kembali, baginya Arsen-Suaminya adalah cinta pertama dan terakhirnya, meski nyatanya Arsen yang lebih dulu meninggalkannya.
Ada rasa kecewa dalam diri Faiza, kecewa karena janji yang tidak sempat terealisasikan. Janji akan mengurus buah hati mereka sama-sama nyatanya hanya Faiza seorang diri yang mengurus buah hatinya sampai sebesar ini.
Faiza bukan sosok wanita yang kuat, belasan tahun hidup sendiri kadang Faiza merasakan yang namanya kesepian, namun tak membuat hatinya goyah untuk beralih kelain hati. Tak ada yang mampu menyamaratan kedudukan Arsen dihatinya kecuali putrinya-Salsa.
Faiza merengkuh tubuh putrinya, merasakan kesedihan yang teramat yang Salsa rasakan. Harus ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh sang Ayah diusia yang masih sangat belia, Salsa bisa kuat tanpa sosok Ayah. Itu yang membuat Salsa menjadi perempuan mandiri sampai saat ini.
Namun gadis itu tak bisa bohong jika ia sebenarnya tak benar-benar kuat, ia butuh sosok Ayah yang menjadi pelengkap hidupnya.
Salsa waktu itu melihat Ayahnya pulang, pulang bukan dengan raganya tapi nyawanya yang pulang kepangkuan Tuhan.
Salsa gadis kecil berusia lima tahun waktu itu harus mengubur dalam- dalam pesta ulang tahunnya yang akan dirayakan kedua orang tuanya dengan meriah, namun harus berganti dengan tangisan pilu kepergian sang Ayah untuk selamanya.
Sampai saat itu Salsa membenci tanggal itu, tanggal dimana ia lahir adalah tanggal yang sama namun dengan tahun berbeda, tanggal dimana sang Ayah meninggalkannya untuk selamanya saat ia belum sempat meniup lilin di kue yang bertanda bertambah usianya.
Zio masih diam tak tahu harus bagaimana, ia memilih menunggu kedua perempuan itu menyudahi tangisnya dengan sendirinya.
Zio menunduk, Faiza meraih tangan lelaki itu. Faiza menggengamnya lembut dan tersenyum manis dari balik cadar, "Maafin Zio, Tan. Karena Zio, Tante dan Salsa jadi sedih." ungkapnya merasa bersalah. Jika Zio boleh memilih, ia tak ingin matanya serupa dengan mata Ayah kekasihnya jika itu membuat kekasih dan Ibu kekasihnya bersedih. Zio ingin menggantinya kalau saja ia bisa.
"Seharusnya Tante yang minta maaf sama kamu, Zi. Maaf Tante bikin suasana jadi sedih kaya gini." tuturnya.
Salsa melepas pelukannya, ia tahu kekasihnya itu pasti menyimpan rasa bersalah dalam hatinya tapi itu bukan salah Zio.
KAMU SEDANG MEMBACA
StructurED [END] revisi
Novela Juvenil#Karya 2 [Fanfiction] (Spin-off Izinkan Aku Bercadar) WARNING!!! ⚠⚠⚠ [Harap baca Izinkan Aku Bercadar terlebih dahulu! Apabila terdapat kekeliruan didalam cerita] ___Satu satunya cara TUHAN menunjukan kepada kita bahwa Dia yang MENGENDALIKAN adalah...