Salsa memukul bahu Zio lagi, "Ekspresi lo yang bikin ambigu." ketusnya, Zio tertawa.
"Giliran kek gini aja otak lo 5G, Ca." Salsa memberengut.
Ekspresi Salsa berubah seketika saat melihat tebing tinggi diatas sana yang bertuliskan 'Bukit Karang Gunung Kidul'.
Salsa menunjuk tempat itu dengan mata berbinar. "Zi, kesana yuk." serunya antusias, tanpa meminta persetujuan Zio. Salsa langsung menarik lengan lelaki itu untuk berlari pelan mendekat ketempat yang Salsa tunjuk tadi.
Zio dan Salsa menaiki beberapa anak tangga hingga sampai pada loket pembayaran, untuk menaiki tebing ini Salsa dan Zio harus merogoh kocek sebanyak dua ribu rupiah per orang. Setelah membayar, Salsa langsung bergegas menaiki beberapa anak tangga lagi untuk mencapai puncak pada tebing ini. Salsa semakin antusias kala sudah sedikit melihat hamparan luas lautan yang membentang luas di atas ketinggian yang kini Salsa pijak. Salsa menyeru Zio untuk segera bergerak cepat.
Napas Zio sedikit tersenggal, Zio teringat akan nasihat Vhica kemarin malam, "jangan keseringan begadang. Inget jangan terlalu kecapekan ya."
"Ck, lemah banget lo, Zi." gerutunya dalam hati.
Salsa melihat Zio yang berada cukup jauh dibawahnya, Salsa melambaikan tangannya, "Ayok, Zi. Baru aja segini masa udah capek."
"Umur boleh muda, Ca. Tapi badan gue udah jompo." ucap Zio sedikit berteriak agar Salsa mendengarnya.
Salsa terbahak mendengar ucapan Zio yang ia pikir hanya sebuah candaan, padahal apa yang diucapkan Zio adalah suatu fakta yang benar adanya. Tubuh lelaki itu tidak bekerja normal seperti tubuh manusia pada umumnya.
Zio mengambil napasnya dalam-dalam. Mencoba menguatkan diri untuk sampai kepuncak. Ia tak mau terlihat lemah dihadapan Salsa.
Sampai akhirnya Zio berhasil sampai kepuncak dengan napas ngos-ngosan. Zio mendudukan diri di bangku yang tersedia disana. Bangku yang diatasnya terdapat payung jerami yang lumayan besar, cukup untuk menutupi dua kepala dari sinar matahari.
Salsa duduk disamping Zio, sejenak ia menatap takjub pemandangan indah didepan sana. Lautan terlihat sangat luas jika dilihat dari ketinggian seperti ini. Bangku-bangku dan payung-payung yang berjajar rapi dipinggir pantai terlihat kecil apalagi manusia-manusianya yang terlihat serupa semut jika dilihat dari atas ketinggian seperti ini.
Kebetulan ada stand pedagang kecil yang sengaja tersedia di atas tebing ini. Salsa berjalan meninggalkan Zio untuk membeli dua minuman, nampaknya ia merasa haus. Menanjak ke puncak tebing ini ternyata cukup menguras energi.
Salsa kembali duduk disamping Zio, Zio masih menormalkan deru napasnya. Keringat mengucur deras dari pelipisnya namun untungnya angin ditempat ini berhembus cukup kencang sehingga bisa mengobati rasa gerah yang melanda tubuhnya.
Salsa membukakan tutup botol minum itu dan menyerahkannya pada Zio. Zio menerimanya dengan senyum agak terpaksa karena masih lelah. Salsa menghapus sisa-sisa keringat yang menempel didahi Zio dengan tangannya sementara Zio sedang meneguk air mineral yang Salsa berikan. Lagi-lagi Salsa terpana dengan lelaki tampan yang ada disampingnya. Bisa-bisanya manusia satu ini terlihat sangat tampan ketika sedang minum.
Glek
Glek
Jakun Zio terlihat naik turun diiringi dengan tetesan keringat yang mengucur disana. Pipi Salsa memerah karena salting.
"Faabii ayyi alaa irobbikuma tukadziban." gumamnya.
"Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan." tambahnya masih dengan bergumam pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
StructurED [END] revisi
Teen Fiction#Karya 2 [Fanfiction] (Spin-off Izinkan Aku Bercadar) WARNING!!! ⚠⚠⚠ [Harap baca Izinkan Aku Bercadar terlebih dahulu! Apabila terdapat kekeliruan didalam cerita] ___Satu satunya cara TUHAN menunjukan kepada kita bahwa Dia yang MENGENDALIKAN adalah...