18 Sembilu

2.5K 148 24
                                    

Jojo duduk melamun sambil menyundut satu batang rokok yang ia kepit diantara jari telunjuk dan jari tengahnya. Lelaki yang hampir berumur setengah abad itu diam melamun memandangi langit yang terlihat sangat cerah disore hari ini. Pandangan matanya terlihat kosong, lelaki itu tengah memikirkan banyak hal.


Ia bangkit berjalan kearah tepi balkon, Jojo menatap banyak lalu lalang kendaraan di bawah sana. Sebuah apartemen minimalis ini yang menjadi tempat tinggalnya selama beberapa hari ini.

Kendaraan dan beberapa bangunan kecil bisa ia lihat dari lantai tujuh belas gedung ini. Kendaraan dibawah sana terlihat seperti puluhan semut yang mondar-mandir.

Jojo menghela napasnya. Mengingat rumah tangganya yang sudah terlanjur hancur, semenjak hari itu ia tak lagi pulang kerumah. Dalam hati ia bertanya, bagaimana kabar Istri dan anaknya? Ia tak benar-benar rela melakukan ini, namun karena rasa sakit mendapat tuduhan yang terus-terusan Istrinya lontarkan membuatnya muak.

Ia sangat menyayangi Istrinya itu, namun bodohnya lelaki itu malah mengucapkan kalimat yang seharusnya tak ia ucapkan pada perempuannya. Seharusnya ia sadar perkataannya pasti akan membuat Istrinya terluka, Jojo menyesal. Namun bagai nasi yang sudah menjadi bubur. Amarah, kecewa, dan rasa muak yang mendominasi saat itu membuat mulutnya tak terkontrol.

Jojo bahkan tak sanggup jika harus menghubungi Istrinya lagi, ia harus apa? Jojo bingung. Semuanya menjadi kacau seperti ini.

Wanita dan minuman menjadi pelariannya, apa itu terdengar buruk? Tentu saja. Jojo memukul pagar balkon cukup keras.

"Goblok." umpatnya.

Bayang-bayang Ratih yang menangis terus berkelebatan diingatannya, ia sadar sudah menyakiti istrinya berkali-kali. Selama puluhan tahun menikah Jojo tak pernah mempermasalahkan apapun tentang Istrinya, perihal Istrinya yang memang tak bisa memberinya keturunan sudah ia terima dengan lapang dada. Adanya Zio sudah lebih dari cukup membuatnya bahagia. Jojo tak pernah menuntut lebih.

Namun, beberapa bulan belakangan ini Ratih sering menuduhnya melakukan hal yang tidak-tidak. Berselingkuh, mendua, dan lain sebagainya tanpa ada sebab yang pasti. Jojo sama sekali tak menbenarkan tuduhan itu, ia tidak pernah berniat untuk mendua. Namun lambat laun tuduhan yang dilayangkan Istrinya itu membuatnya muak, dan memilih untuk merealisasikan ucapan yang selama ini Istrinya tuduhkan. Jojo benar-benar selingkuh, namun dari lubuk hatinya yang paling dalam ada rasa tak tega tapi ego dan amarah mengalahkan akal sehatnya. Jojo sudah terlanjur muak dan capek dengan semua tuduhan itu.

"Kenapa jadi serba-salah begini? " ujarnya lirih.

Tanpa ia sadari ada sebuah tangan melingkar dipinggangnya, perempuan yang mengenakan baju kurang bahan itu membelai dada Jojo pelan dan meletakkan dagunya pada bahu lelaki itu. Jojo tersenyum tipis seraya menggenggam tangan mulus yang menggerayangi dadanya.

"Sayang." ujarnya manja dengan nada menggoda. Jojo diam, selama melakukan perselingkuhan ini. Jujur perasaan Jojo tak penah benar-benar tenang. Semakin perempuan itu menggoda maka semakin kuat juga wajah Ratih membayangi pikirannya.

Perempuan itu juga yang selama ini menemaninya selama ia tinggal di apartemen ini. Jojo untungnya masih waras tidak menyetubuhi perempuan itu meskipun ia harus berperang dengan nalurinya sebagai lelaki. Perempuan dewasa berbadan putih mulus, seksi juga cantik justru menjadi godaan yang amat dahsyat baginya. Jojo berusaha untuk tak terbuai, niatnya hanya ingin membalaskan rasa sakit hatinya atas tuduhan yang selama ini Istrinya layangkan.

StructurED [END] revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang