TBH 01 - Birthday Party

591 67 9
                                    

B I R T H D A Y   P A R T Y

Original Story- Zumaseyo
Publisher-Keyralaws

Original Story- ZumaseyoPublisher-Keyralaws

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JLEB!

Pisau tajam berkilau sukses menembus perut dan seketika darah segar mengucur deras. Tubuhnya menegang. Tidak butuh waktu lama, korban yang merupakan seorang pria paruh baya berpakaian sopir pribadi menenteng kunci mobil limbung dan ambruk di depan seorang pria berpakaian serba hitam. Bertudung, memakai masker dan kacamata hitam.

Raut wajah korban yang menahan sakit dan menangis. Dalam hatinya meminta pengampunan pada Tuhan dan keluarga yang tidak sempat melihatnya di saat-saat terakhir. Meminta maaf kepada semua orang yang dihormati dan disayanginya.

Tubuh korban melemas, nyawanya terenggut. Si korban telah meninggal dunia.

Penikam dengan santainya mencabut pisau yang tertancap di perut korban ia menoleh kearah CCTV yang merekam semua kejadian tragis yang dibuat olehnya. Langkah kakinya pergi meninggalkan tempat itu seraya memasukkan pisau ke dalam saku mantel hitamnya.

Pembunuhan telah terjadi di basement sebuah kantor perusahaan terkenal malam itu.

"Kim Taeyeon, Direktur Perencanaan yang merupakan putri dari Kim Wonhae sekaligus pemilik Mirae Grup, akan melangsungkan pesta ulang tahun mewah di Mirae Hotel tempat saya berdiri saat ini. Pagi ini, tengah persiapan untuk ulang tahunnya yang akan dilangsungkan dua hari lagi.

Kim Taeyeon adalah anak kedua yang merupakan salah satu pewaris bersama kakaknya. Sebagaimana telah diketahui, Mirae Grup adalah salah satu dari sepuluh perusahaan paling berpengaruh di Korea Selatan. Perusahan yang bekerja dalam bidang entertainment, hotel serta toko bunga berkelas. Perusahaan yang lembut, ramah, tegas, memuaskan konsumen, peduli dan tidak merugikan seluruh lapisan masyarakat. Itulah prinsip dari Mirae..."

Dep!

"Apa tidak ada berita lain? Benar-benar tidak penting."

Gumamnya mematikan televisi dengan malas menggunakan remote yang diambilnya di atas meja.

Pria yang duduk di depan televisi itu menyalakan rokok elektriknya. Dering ponsel di atas meja terdengar kala pria itu hendak bangkit.

Tidak tertarik begitu melihat nama yang tertera dalam layar ponsel, dijawabnya panggilan tersebut.

"Aku sibuk."

Sambungan telepon ia putuskan tanpa mendengar teriakan penelepon. Ia menatap secangkir kopi di atas meja yang sama sekali belum ia minum sejak satu jam lalu kopi ini dibuat. Belum ada keinginan untuk meminumnya.

Ponsel kembali bergetar namun, ia justru melenggang pergi menuju kamarnya setelah membaca sesaat pesan dari orang yang sama dan meninggalkan ponsel begitu saja di meja.

The Black HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang